Langsung ke konten utama

[Vignette] Red Sign

Title:
Red Sign
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC]
Genre:
Drama. Romance. Friendship. Family.
Duration:
Vignette
Rating:
Teen
Summary:
Tanda merah itu… ugh, memalukan!!!
.
.
.

Cuaca semakin dingin saja siang itu, namun gadis bersurai panjang kecoklatan yang berdiri di daun pintu masih enggan untuk beranjak, meski koridor itu sudah hampir sepi dari para siswa.
“Tinggal beberapa orang lagi,” ucapnya seraya mengintai keadaan koridor sambil masih menempel pada daun pintu. Gadis itu mengamati dengan perlahan-lahan siswa yang mulai bepergian darisana.
“Memangnya ada apa dengan beberapa orang lagi?”
Soojin hampir saja berteriak jika saja ia tak ingat bahwa ia sedang mengintai orang-orang di koridor. Entah sejak kapan Jungkook−teman sekelasnya−ada disana, mengagetkan saja.
“Sejak kapan kau ada disana?!”
“Baru saja. Sebegitu terkejutnya kau seakan aku ini hantu. Memangnya apa yang sedang kau lakukan?” Jungkook ikut mengarahkan kepalanya kearah koridor. Namun tak ada keganjilan sedikitpun, lalu kembali menatap Soojin. “Kau tidak pulang?”
Ha? Hmm, sebentar lagi aku pulang. Kau sendiri tidak pulang?”
“Kau pulang naik bus, kan? Bukannya lima menit lagi pemberhentian busnya, kau tidak takut tertinggal?” Kembali Jungkook melempar pertanyaan pada Soojin bahkan tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Soojin hanya terdiam, mencoba untuk mencari alasan. “Kau di jemput?” tanya Jungkook lagi.
Ah, iya! Aku di jemput oppa-ku. Sepuluh menit lagi dia datang. Kau pulanglah.”
Soojin kembali terheran ketika melihat Jungkook duduk di bangku dekat pintu bukannya malah pergi seperti yang Soojin katakan. “Sepuluh menit lagi, kita turun bersama. Tak apa kan aku menemanimu disini?”
Sebenarnya sih apa-apa, pikir Soojin. Tapi melihat niat Jungkook, mungkin perlu cara lebih halus. “Kau tidak perlu repot, oppa akan menjemputku ke kelas. Lagi pula, oppa bisa marah jika melihat adiknya hanya berdua bersama seorang lelaki.”
Hmm, benarkah? Kurasa Myungsoo hyung tidak segalak itu.” Soojin kalah telak. Tak bisa lagi mencari alasan lain membuat gadis itu hanya diam.
Satu menit, dua menit, lima menit, dan terlewati sudah waktu sepuluh menit seperti yang Soojin katakan. Sementara mencari ide lain, Soojin terus berharap agar Jungkook pulang lebih dulu.
“Kurasa ini sudah lewat dari sepuluh menit. Mana oppa-mu?” Jungkook menyembulkan kepalanya kearah koridor yang sudah sepi sejak lima menit lalu. Dan koridor itu memang sepi, tak ada tanda-tanda bahwa Myungsoo akan datang.
Hmm, mungkin di jalan macet,” jawab Soojin sekenanya. Dirinya masih tak mau berpindah dari daun pintu dan terus menggumamkan doa agar Jungkook segera pergi.
Jungkook hanya menanggapi dengan anggukan kecil, lalu kembali duduk sebelum ia ingat akan sesuatu. “Soojin-ah, kau tidak mau duduk? Sedaritadi kau hanya berdiri di depan pintu.”
Hmm, aku hanya lelah duduk terus selama pelajaran.” Satu lagi alasan yang Soojin buat, sementara alasan yang sedaritadi ia cari tak kunjung di temukan.
Jungkook membatalkan rencananya untuk duduk kembali, lalu menghampiri Soojin di depan pintu. “Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?”
Skak mat. Soojin semakin terpojok. “Memangnya apa yang bisa aku sembunyikan? Pertanyaanmu aneh. Mungkin seharusnya kau segera pulang dan istirahat di rumah.”
“Ya, mungkin kau benar. Tapi bukannya kau juga seharusnya segera pulang ke rumah?”
“Aku sedang menunggu jemputan, Jungkook.”
“Jemputan dari Myungsoo hyung? Aku bahkan sudah mengiriminya pesan dan dia bilang kau tidak ada menghubunginya untuk menjemputmu. Jadi sebenarnya, apa yang kau sembunyikan?”
Soojin rasanya ingin terjun dari lantai tiga setelah mendengar ucapan Jungkook. Apa sebenarnya mau Jungkook sampai-sampai harus membuat Soojin kesal? Tapi Soojin merasa ada yang aneh dengan ucapan Jungkook tadi.
“Tunggu dulu!” Akhirnya Soojin menemukan keganjilannya. “Kau menghubungi Myungsoo oppa? Bagaimana kau bisa mengenal oppa-ku? Bagaimana kau−AAA!!”
Jungkook menarik Soojin untuk menjauh dari daun pintu. Tak menghiraukan teriakan Soojin, laki-laki itu tetap memeriksa sesuatu yang ia yakini sedang Soojin sembunyikan di belakang tubuhnya.
“Soojin-ah, kau terluka? Kau−“
Ah! Memalukan!!!” Soojin merutuk sambil terus menundukkan kepala. Rasanya terlalu malu untuk menatap laki-laki itu saat ini.
“Kau berdarah, bagaimana itu bisa memalukan?” Soojin terus saja menundukkan kepalanya, lagi-lagi gadis itu membongkar otak untuk mencari ide. Sementara Jungkook menatapnya aneh. Apa menurut seorang gadis terluka itu menjadi momok besar, sampai-sampai mereka menyembunyikannya? Jungkook berpikir sendiri sambil mengingat noda darah di rok Soojin.
Soojin mundur lagi, kembali merapatkan dirinya di daun pintu. Ia lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan, sangat perlahan seolah berharap napasnya tak akan pernah habis. Dengan masih menunduk, Soojin mulai bersua.
“Kook… hmm, ini bukan seperti yang kau pikirkan. Ini… seperti… sesuatu yang kita pelajari dalam Biologi…,” jelas Soojin dengan terbata-bata dan suaranya memelan mendekati akhir kalimat.
Jungkook terdiam, mencoba mencerna perkataan Soojin satu per satu. Beberapa menit Jungkook terus berpikir, sementara Soojin ingin berlari saat itu juga untuk menghindari tatapan Jungkook. Setelah beberapa menit berpikir, Jungkook akhirnya tahu maksud gadis itu. Laki-laki itu terkejut sambil menutup mulutnya yang terbuka.
Soojin yang melihat ekspresi Jungkook dari sudut matanya, mengigiti bibirnya kesal. “Sudah ku bilang ini memalukan!” teriaknya lagi masih dengan kepala yang menunduk. Tanpa berkata-kata apalagi, Jungkook memasuki kelas. Soojin kembali merutuk dalam hati. “Pasti anak itu pergi melalui pintu belakang kelas. Pergi saja. Aku sudah menyuruhmu untuk pergi daritadi!!”
Barusaja Soojin menghembuskan napas lega dan mendongakkan kepalanya, Jungkook lagi-lagi sudah berdiri di hadapan gadis itu. Laki-laki itu mendekat kearah Soojin yang tampak begitu ketakutan. “Ya!! Apa yang akan kau lakukan?!!” teriak Soojin dengan mata tertutup sambil menghimpitkan kembali badannya di daun pintu, berharap dengan begitu jaraknya dengan Jungkook semakin jauh. Namun tindakannya tak terlalu berpengaruh, Jungkook sudah berdiri lima senti di hadapannya.
Jungkook meraih tubuh Soojin lalu melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu. “Ini bisa membantumu untuk menutupinya,” ucap Jungkook lalu memundurkan badannya. Tak akan pernah lagi ia mencoba untuk sedekat itu dengan Soojin, jantungnya tadi bahkan terasa berhenti seketika dan berdetak begitu cepat di detik selanjutnya.
Soojin akhirnya mendongak, matanya kini bertemu dengan Jungkook. Dan yang ia temui adalah senyum manis laki-laki itu. “Apa ini?” tanyanya. Soojin meneliti pakaian yang ada di tubuhnya kini, yang Jungkook ikatkan di pinggangnya.
“Itu kemeja milikku. Aku selalu menyimpannya di loker. Kau bisa meminjam itu untuk sementara,” jelas Jungkook. Laki-laki itu kemudian tertawa melihat wajah ketakutan Soojin barusan, ia sungguh tak bisa menahannya lagi. “Kenapa kau takut begitu? Kau pikir aku akan melakukan apa? Jangan-jangan kau berpikir aku akan…” Jungkook menggantungkan kata-katanya lalu menampakkan senyuman jahil.
Ya! Aku tidak berpikiran apa-apa!!” teriak Soojin lalu melangkah meninggalkan Jungkook dengan rasa kesal. Laki-laki itu segera menyusul Soojin dengan tawa kecilnya.
“Pantas saja kau sedaritadi marah-marah padaku. Yah, seperti inilah wanita ketika sedang masanya.” Jungkook menghela napas lelah, seolah-olah daritadi ia sudah disiksa betul-betul oleh Soojin. Gadis itu langsung memukul lengan Jungkook cukup keras.
“Kalau saja kau tidak membantuku, sudah ku pastikan kau pulang dengan tidak selamat, Jeon Jungkook,” ujar Soojin geram dengan glare yang ia tujukan pada Jungkook. Laki-laki itu hanya tertawa kecil melihat kemarahan Soojin. Ia mengangkat kedua tangannya menyerah.
Cahaya mentari sore itu cukup terik bagi sepasang siswa sekolahan yang menyusuri trotoar dengan langkah pelan. Jungkook menelan saliva-nya, ia kehausan. “Soojin-ah, bagaimana kalau kita membeli minum?”
Soojin menghentikan langkahnya seketika lalu menoleh kearah Jungkook di sampingnya. “Kau mengikutiku?” tanya gadis itu heran. Ia sungguh tak menyadari keberadaan Jungkook di sebelahnya, padahal satu kilometer telah mereka lewati dari sekolah.
Jungkook menggeleng pelan sambil menatap Soojin bingung. “Aku mengantarkanmu pulang,” jawab Jungkook polos. Sungguh ia tak mengerti tentang kadar kepekaan gadis di sampingnya, jelas-jelas sedaritadi Jungkook jalan di sebelahnya, dan ia bahkan tak sadar? Kemana saja perginya pikiranmu, Kim Soojin?
Soojin kembali melangkah santai. Sama sekali tak menanggapi pertanyaan Jungkook sebelumnya, padahal laki-laki itu benar-benar kehausan. “Kau pulanglah, Kook. Aku bisa pulang sendiri.”
Rasa haus Jungkook hilang seketika, ia kembali menyusul Soojin, dan melangkah di samping gadis itu. Ia tak berkata apa-apa, hanya diam selama perjalanan mereka menuju rumah Soojin. Ada dua alasan mengapa ia diam. Pertama, ia takut akan kena marah Soojin lagi. dari beberapa cerita yang ia dengar, gadis memang suka marah tanpa alasan ketika sedang pada periodenya. Dan sejak tadi Jungkook sudah membangkang pada perkataan Soojin, jadi kemungkinan besar ia akan kena marah besar gadis itu. Kedua, jujur saja Jungkook merasa kasihan melihat keadaan Soojin. Gadis itu tampak begitu lemas saat ini. Mungkin jika Jungkook mengajaknya banyak bicara, ia bisa pingsan nanti karena kehabisan tenaga.
Rumah Soojin sudah tampak beberapa meter di hadapan mereka. Jungkook juga sudah melihat Myungsoo yang duduk di beranda depan rumah itu. Laki-laki itu pasti sangat khawatir, terlebih tadi Jungkook memberi tahu Myungsoo tentang kebohongan yang coba Soojin buat. Ayolah, adiknya itu bukan seorang yang suka berbohong, pasti ada satu alasan kuat yang membuatnya seperti itu. Dan Myungsoo mendapat jawabannya dari Jungkook.
Soojin sudah masuk ke dalam rumah beberapa saat lalu dan Jungkook langsung menceritakan semuanya kepada Myungsoo. Laki-laki itu tersenyum. Memang keadaan yang sangat mendesak hingga Soojin terpaksa berbohong pada Jungkook. Tapi karena memang tak pandai berbohong, akhirnya ia ketahuan juga.
“Jadi, sekarang kau sudah berani mengantar adikku pulang? Tidak membuntutinya lagi?” tanya Myungsoo yang seketika membuat Jungkook terdiam.
“Aku akan terus berusaha untuk itu, hyung,” jawab Jungkook lemah. Yah, sebenarnya itulah yang Jungkook selalu lakukan. Mengingatnya membuat Jungkook ingat pertanyaan Soojin yang sampai sekarang belum ia jawab.
“… Bagaimana kau bisa mengenal oppa-ku? …”
Ya, karena ia tertangkap basah mengikuti gadis itu. Memalukan. Bahkan untuk melakukan kegiatan sembunyi seperti itu pun Jungkook tak bisa, lalu bagaimana ia bisa menunjukkan secara terang-terangan tentang perasaannya pada Soojin?
Sampai sekarang, Jungkook masih membuat rencana yang baik untuk itu.
.
.
.

FIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .