Title:
Love is Not Over
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC]
Genre:
Romance
Duration:
Vignette
Rating:
Teen
Song-fic of BTS’s “Love is Not
Over”
Summary:
Hujan ini
mempertemukan kita lagi.
Sama seperti dulu,
sebelum semua ini berakhir.
.
.
.
The long night is following you as
it flows
Time follows you and fades
Why are you getting farther away?
So far that I can’t reach you?
Tell me why
Can’t you see me in your eyes
anymore?
Menyebalkan. Sore tadi aku begitu terburu-buru untuk
pergi ke kampus, dosenku tiba-tiba saja mengajar padahal kemarin ia sudah
menjadwalkan akan ijin. Karena itu aku lupa membawa payung padahal hari sudah
tampak begitu mendung. Dan malam ini ketika aku baru saja pulang dari kampus, hujan
turun dengan derasnya. Aku berlarian sambil mencoba melindungi kepalaku dari
guyuran hujan yang turun tanpa merasa kasihan denganku. Di dalam hati aku
benar-benar merutuk kesal. Jika saja dosen itu tak jadi mengajar, aku pastilah
sedang bergelut dengan selimut hangatku sambil menikmati teh hangat buatan
ibuku kini. Bukannya berada di luar dengan keadaan pakaian yang setengah basah.
Lagi-lagi, menyebalkan!
Akhirnya aku berteduh di bawah kanopi sebuah kedai
yang malam itu sudah tutup. Entah mengapa hari ini jalanan begitu sepi dan toko-toko
tutup lebih awal. Sepertinya semua orang sudah tahu bahwa hujan deras akan segera
turun, hingga mereka lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah. Andai
saja aku juga bisa memilih.
Aku menepuk-nepuk pakaianku yang basah, meskipun itu
tampak percuma, karena itu tak akan berubah menjadi kering. Aku semakin merapat
ke kanopi. Hujan semakin deras saja, aku tak yakin kapan ia akan berhenti,
hingga aku bisa segera pulang. Di hadapanku pun tak ada yang melintas lagi sejak
beberapa menit lalu. Sampai seorang gadis berlarian dan berhenti di kanopi yang
sama denganku. Katakanlah, kini ia ada di sebelahku.
Awalnya aku tak percaya. Tapi semakin lama ku
perhatikan, gadis itu benar-benar dia. Kim Soojin. Sampai sekarang aku masih
tak dapat melupakannya dan semua kenangan kami. Bahkan setelah dua tahun ia
meninggalkanku ke Tiongkok tanpa kabar apapun, hingga hubungan kami berakhir
begitu saja.
Gadis itu kini sibuk menatap tetesan hujan di
hadapannya. Oh, Soojin. Apa kau ingat
hujan itu? Hujan dimana dulu kita sering menghabiskan waktu di bawah payung
yang sama? Meski Taehyung−oppa-mu
selalu melarang, tapi kau akan selalu membangkang demi bersamaku? Jika kau
tanyakan semua itu padaku, jawabanku iya. Aku sangat mengingatnya. Bagaimana
kau selalu tersenyum meski kau sedang ada masalah. Dan tatapan matamu padaku,
sungguh aku benar-benar merindukannya. Jadi sekarang ku mohon tatap aku, aku
ada di sampingmu!
Tapi aku tahu, Soojin tak akan menolehkan kepalanya
kesamping. Tak semudah itu baginya untuk menyadari keberadaanku disini. Tapi
aku sungguh ingin melihat wajahnya saat ini, apakah begitu banyak yang berubah
darinya? Aku ingin tahu.
“Kim Soojin?”
Aku tak mampu lagi untuk tidak menyapanya. Ia kini
menatapku. Sama sekali tak berubah. Tatap matanya tetap sayu seperti dulu,
senyumnya pun terkembang dengan sama. Tak ada yang berubah, kecuali dia yang
bukan lagi milikku.
“Jungkook?” sapanya begitu mengenaliku. Sama
sepertiku, ia juga tampak begitu terkejut. Aku ingin tahu apa yang ia pikirkan
saat ini. Apakah sama denganku yang begitu ingin tahu kehidupannya dua tahun
belakangan? “Apa kabar?” tanyanya lebih dulu.
“Aku baik-baik saja.” Tapi sesungguhnya tidak. Aku
tak pernah merasa baik setelah dia meninggalkanku. Selalu memikirkan tentangnya,
meski aku mencoba untuk berhenti. Tapi usahaku selalu sia-sia. “Bagaimana
denganmu?”
“Seperti yang kau lihat, Kook,” jawabnya singkat
dengan senyum kaku. Apa baru saja ia memanggilku dengan hanya nama belakangku?
Seperti bagaimana dulu ia selalu memanggilku dengan senyuman manjanya? Jangan
katakan itu benar, Soojin-ah. Karena
aku kini mulai berharap lagi denganmu.
Tak banyak lagi percakapan yang kami lakukan.
Masing-masing sibuk menghangatkan diri dan menatap hujan yang tak kunjung reda,
meski mataku selalu mengawasi gerak-gerik Soojin. Suasana begitu kaku seiring
dengan cuaca yang begitu dingin, persis seperti pertama kami bertemu.
Dimana waktu itu hujan juga turun dengan sangat
deras dan aku turun dari bus tanpa membawa payung. Jadi aku berencana untuk
menunggu di halte sampai hujan reda, barulah aku bisa pulang ke rumah. Dan
gadis itu datang dengan dua buah payung di tangannya, duduk di sampingku sambil
menunggu kakaknya. Dengan ramah ia bertanya padaku, apakah aku sedang menunggu
bus. Lalu dengan jujur ku katakan bahwa aku menunggu hujan reda. Soojin lalu
tersenyum dan menjulurkan satu payungnya padaku.
“Kau bisa
meminjam satu payungku. Payung satunya lagi cukup untukku dengan Taehyung oppa,”
ucap Soojin waktu itu. Kami masih duduk di bangku akhir junior high school dan Soojin sungguh gadis yang polos.
“Bagaimana dengan kuliahmu, Kook?” tanya Soojin
kini. Ia sibuk menggerak-gerakkan ujung sepatu converse merahnya di atas genangan air kecil di dasar pijakan kami.
Ia bertanya tanpa melihatku, itu berarti ia sedang gugup. Aku hapal betul
dengan tingkahnya.
Aku merapatkan jaket kulit itu ke tubuhku. Hawa
dinginnya benar-benar menusuk ke tulang, belum lagi karena pakaianku yang masih
setengah basah. Jika seperti ini terus, besok sudah di pastikan aku akan
berbaring di tempat tidur seharian karena demam.
“Aku mengambil jurusan design interior. Seperti yang dulu kau selalu katakan, aku memang
cocok melakukan design di bandingkan
harus menjadi dokter seperti yang orang tuaku inginkan,” ujarku panjang. “Lalu bagaimana
dengan kuliahmu? Ku dengar dari Jimin-hyung,
kau mengambil jurusan hukum.”
“Yah,
seperti yang kau tahu, Kook. Aku menginginkan jurusan itu sejak dulu. Aku sama
sekali tak berubah.”
Kau memang tak berubah Kim Soojin. Sama sekali
tidak. Dan itu membuat perasaanku tak karuan saat ini. Bagaimana tidak? Aku
selalu menginginkanmu seperti dulu dan sekarang kau kembali dengan keadaan yang
sama. Dan aku juga masih sama seperti dulu, mencintaimu.
Love is so painful
Goodbyes are even more painful
I can’t go on if you’re not here
Love me, love me
Comeback to my arms
Cukup banyak hal yang telah kami bicarakan sembari
menunggu hujan reda. Tapi tak sekalipun Soojin menyinggung tentang statusnya
saat ini. Ingin sekali aku bertanya, apakah ia sudah punya kekasih? Apa ia
pernah mencintai seseorang setelah pergi meninggalkanku? Bahkan aku ingin
sekali bertanya tentang perasaannya kini terhadapku. Apa ia masih mencintaiku?
Ku harap jawabannya iya. Tapi aku tak akan pernah mendengar jawaban Soojin
karena aku sendiri tak berani bertanya pada gadis itu.
“Kau masih suka menulis seperti dulu?” tanyaku di
sela-sela tawa kami yang mengingat kejadian lucu di masa lalu. Ternyata Soojin
masih ingat, semua. Dia mengingatnya dengan baik, semua kenangan indah kami.
Tapi aku ragu tentang perasaannya yang mungkin saja sudah tak seperti dulu. Ia
tampak baik-baik saja, tak sepertiku yang begitu memikirkannya hingga tak bisa
tidur tiap malam. Tapi bukankah ia memang seperti itu sejak dulu? Tak pernah ia
tampak memiliki masalah ataupun kesedihan. Jadi, apa sekarang ia sedang
menutupi semua itu? Atau memang ia sudah melupakan semuanya?
Soojin mengangguk dengan senyum. Ia lalu bergegas
membuka tasnya dan mencari sesuatu. Hujan sudah semakin reda, hanya tinggal
gerimis yang masih membasahi tanah. Ketika aku benar-benar ingin hujan reda, ia
terus semakin deras. Tapi bahkan ketika aku kini berharap hujan tak pernah
reda, ia meredakan diri. Hujan pun kini tak memihakku.
“Ini untukmu, Kook. Aku baru menerbitkannya beberapa
bulan yang lalu.” Soojin menyodorkan sebuah buku atau lebih tepatnya sebuah
novel padaku. Itu pastilah hasil tulisannya. Dari dulu ia selalu ingin
menerbitkan sebuah novel dan sekarang ia sudah memenuhi keinginannya. Aku
menerima novel itu dengan ragu. Soojin tahu aku tak suka membaca cerita-cerita
picisan seperti itu, tapi mengapa ia memberiku novel ini? Apa ia sedang pamer?
“Wah,
hujannya sudah reda. Sepertinya aku harus segera pulang, Kook. Sudah larut
malam, Taehyung oppa pasti
mengkhawatirkanku,” ujar Soojin dengan senyum manisnya. Ia lalu pergi
meninggalkanku setelah sebelumnya kami saling mengucapkan salam perpisahan. Aku
sungguh tak rela melihat kepergiannya. Jadi, semuanya hanya berakhir sampai
disini? Hanya beberapa kalimat yang kami bagi bersama, bahkan aku belum
menanyakan kapan ia kembali dari Tiongkok. Ini sungguh menyedihkan.
Aku melirik novel yang Soojin berikan. “Rain” itulah kata yang ku baca sebagai
judul dari novel itu dengan gambar sepasang kekasih yang berteduh di satu
payung yang sama. Sekilas aku melihat mereka mirip denganku dan Soojin dulu.
Mungkin itu karena pikiranku yang begitu terpenuhi oleh masa laluku bersama
gadis itu.
Tapi semakin lama ku perhatikan, aku yakin dua
ilustrasi gambar itu benar-benar kami. Dan ku putuskan untuk membaca sinopsis
di belakangnya. Tidak mungkin. Aku pastilah salah membaca. Tapi sekali lagi ku
yakinkan diriku. Tidak salah lagi. Novel itu memang tentang kami. Tentangku dan
Soojin. Kisah-kisah kami berdua, termasuk kepergian tiba-tibanya ke Tiongkok.
Ku buka halaman akhir novel itu untuk mencari akhir
dari cerita itu. Aku harus tahu apa yang Soojin rasakan saat ini, pastilah ia
mencantumkannya disana. Dan akhirnya aku temukan satu kalimat itu.
Sampai saat ini
aku masih mencintainya.
Aku tak mampu lagi berkata-kata. Kututup novel itu
dan berlari mengejar Soojin. Meskipun semuanya telah berakhir. Tapi aku tak
akan pernah membiarkannya berakhir seperti itu. Kita bisa mengulangnya lagi,
Kim Soojin. Dan mengakhirinya dengan bahagia. Tunggulah aku.
Love is not
over, over, over
Love is not over
.
.
.
FIN
Komentar
Posting Komentar