Title:
Past
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC]
|| Kim Taehyung [BTS] || Park Yooji [OC] || and the other cast(s)
Genre:
Romance. Family. Friendship.
Duration:
Oneshot
Rating:
Teen
Summary:
Masa
lalu sudah terlewati. Jangan coba mengingatnya lagi.
.
.
.
“Jeon Jungkookie!!!”
“Minie oppa!!”
Taehyung harus menahan
telinganya untuk terjaga dengan baik akibat kedua teriakan gadis yang kini
duduk di sebelahnya. Ayolah, mereka hanya sedang menonton perlombaan dance, bukan sedang menonton konser
seorang idola. Tapi Soojin dan Yooji bahkan berteriak seakan yang ada di atas
panggung adalah Big Bang.
“Ya, ya!! Teriakan kalian menyakiti telingaku. Yang lain bahkan tak
ada yang berteriak, hanya kalian,” sindir Taehyung sambil menutupi telinganya
seakan itu benar-benar menyakitkan. Soojin dan Yooji tetap berteriak tanpa
menghiraukan kalimat Taehyung, bahkan terdengar semakin keras.
Sebenarnya Taehyung
sedikit iri dengan Jungkook juga Jimin yang mendapat teriakan dari dua gadis
itu. Andai ia yang berada di atas panggung mungkin namanya yang akan Soojin dan
Yooji teriaki. Tapi Taehyung merasa lebih kasihan pada Hoseok, ia ada di atas
panggung tapi tak ada yang meneriakkan namanya.
“JUNG HOSEOK!!!”
Akhirnya Taehyung
sendiri yang meneriakkan nama Hoseok, bahkan suaranya mengalahkan teriakan dua
orang gadis itu. Benar-benar menakjubkan! Soojin dan Yooji diam seketika akibat
teriakan tiba-tiba Taehyung dan menatap laki-laki itu terheran. Beberapa detik
termangu pada Taehyung, Soojin dan Yooji langsung mengambil tindakan
pencegahan.
“JEON JUNGKOOK!!”
“PARK JIMIN!!”
Yah,
pada akhirnya ruangan itu di penuhi oleh teriakan mereka bertiga, sementara
penonton lain hanya diam menatap heran ketiga orang itu. Tapi memang bukan hal
yang sia-sia untuk dilakukan karena ketiga orang yang mereka teriaki menari
sangat cantik di atas panggung, bahkan setelah musik selesai, para penonton
sibuk memberikan tepuk tangan meriah. Namun tetap, Taehyung, Soojin, dan Yooji
yang paling meriah. Mereka tak bisa berhenti berteriak. Sungguh.
Hoseok, Jimin, dan
Jungkook mengakhiri tarian mereka dengan ucapan terima kasih serta bungkukkan
badan, lalu kembali ke belakang panggung. Soojin langsung berdiri dari duduknya
dengan tergesa, namun sebelum ia pergi Taehyung menarik tangan adiknya itu.
“Kau mau kemana?”
tanyanya lalu.
“Aku mau menemui
Jungkook,” jawab Soojin yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban Taehyung
lagi. Sang kakak hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Tentu
saja gadis itu ingin segera menemui kekasihnya itu, memangnya Taehyung bisa
apa.
Tapi tiba-tiba Taehyung
merasa sesuatu bergerak di samping kirinya, laki-laki itu menoleh, dan
menemukan Yooji juga sudah berdiri. “Ya!
Kau mau menemui Jimin juga?” tanya Taehyung. Yooji mengangguk antusias, ia juga
tak sabar menemui kakaknya. Tapi tangan Taehyung segera menarik Yooji untuk
duduk kembali. “Jangan pergi. Apa kau mau meninggalkan kekasihmu ini sendiri, hmm?”
Tanpa mengatakan apapun
lagi, Yooji langsung duduk nyaman di bangkunya. Ia tak bisa berbuat apalagi
jika sudah melihat wajah memohon Taehyung. Demi apapun, ia tak akan bisa
menolak.
Soojin berlarian kecil melewati
beberapa orang yang lalu lalang di belakang panggung. Sampai akhirnya ia
melihat Jungkook beberapa meter di hadapannya, ia mulai menyerukan nama
laki-laki itu. “Kook!!” teriaknya yang berhasil menghentikan langkah Jungkook.
“Wah, tadi itu benar-benar… Ah! Aku tidak bisa mengungkapkannya
dengan kata-kata!!” puji Soojin langsung begitu ia sampai di sebelah Jungkook.
“Benarkah? Apa aku
sekeren itu?” tanya Jungkook sambil mengacak lembut rambut Soojin. Jungkook
tahu tadi ia memang keren. Bukan karena sombong, tapi Soojin memang selalu
berkata jujur, Jungkook sangat tahu itu.
Soojin tersenyum manja
seperti kucing lalu menganggukkan kepalanya. “Iya, kau sangat keren, Kook. Tapi
lebih keren lagi Hoseok oppa. Wah, badannya benar-benar seperti
karet!” puji Soojin dengan wajah lebih berbinar. Yah, Jungkook mulai menyesal. Gadisnya itu memang terlalu jujur.
Entah mengapa Soojin sama sekali tak bisa berbohong, meskipun hanya untuk
menyenangkan kekasihnya.
Jungkook langsung
menghela napas lelah. “Oh! Kau pasti
sangat lelah, kan? Hmm, kasihan
sekali Jungkook-ku.” Kini giliran Soojin yang mengelus rambut Jungkook,
memperlakukannya seperti kucing. “Tapi aku tidak membawa air. Kau pasti
kehausan,” ujar Soojin dengan wajah sedih.
“Gwenchana, aku membawa air di tasku. Kajja!” Jungkook menarik tangan Soojin, mengajak gadis itu untuk
mengambil tasnya di ruang tunggu. Soojin melangkah riang di samping kekasihnya.
Selalu, jika bersama Jungkook ia tak bisa berhenti menarik kedua ujung
bibirnya. Laki-laki itu selalu membuatnya bahagia.
Jungkook membuka pintu
ruang tunggu itu tanpa ragu dan memasukinya begitu saja, berbeda dengan Soojin
yang tampak begitu terkejut. “Hai, Soojin-ah!!”
Sapaan itu Soojin terima begitu beberapa detik ia memasuki ruangan itu.
“Oppa!” Soojin menghampiri laki-laki yang menyapanya. Minwoo−laki-laki
itu langsung saja berdiri dan menyambut Soojin dengan wajah cerianya.
“Wah, kau semakin tinggi saja, Jinie-ya. Aku jadi merasa pendek,” ujar Minwoo yang mensejajarkan dirinya
di sebelah Soojin. Memang tak jauh berbeda tinggi mereka, mungkin hanya terpaut
beberapa senti.
“Jangan merendahkan
diri seperti itu, oppa.” Soojin tak
tahu harus bicara apalagi pada Minwoo. Dari dulu laki-laki itu selalu saja
mengeluh tentang tinggi, persis seperti Jimin dan Shinah.
Junhong yang sedaritadi
sibuk dengan ponselnya tiba-tiba tertawa keras. “Hahaa! Hyung, kau memang
tak perlu merendah begitu, kau sudah cukup rendah,” ejek Junhong tanpa bisa
menghentikan tawanya. Wajah Minwoo pun tak bisa menyembunyikan kekesalannya dan
langsung saja pukulan keras mendarat di bahu Junhong. Saking menyenangkannya
menurut Junhong, laki-laki itu tak bisa berhenti tertawa.
Jungkook sedaritadi diam
kaku melihat percakapan ketiga orang di hadapannya. Ia sama sekali tak
menyangka bahwa Soojin mengenal kedua sunbae-nya
itu. Bahkan mereka tampak sangat akrab, membuat Jungkook iri saja.
“Jinie-ya, kenapa kau bisa ada disini?” tanya
Junhong. Mereka bertiga sudah duduk di kursi dengan santai setelah beberapa
menit mengobrol asik. Soojin seketika menepuk jidatnya, ia baru ingat
kedatangannya bersama Jungkook, dan sedaritadi ia melupakan keberadaan
kekasihnya itu.
Soojin mencari
laki-laki itu di seluruh ruangan dan akhirnya menemukannya tengah duduk cukup
jauh dari bangku mereka bertiga, ia tengah sibuk bermain game di ipad-nya. “Aku
datang bersama Jungkook,” jawab Soojin yang melangkah kearah kekasihnya.
“Oh…” Minwoo dan Junhong hanya bisa ber’oh’ ria. Mereka tak begitu dekat dengan Jungkook. Laki-laki itu
tampak terlalu menutup diri. Pikiran mereka masing-masing pun membantah
perkiraan bahwa Jungkook adalah kekasih Soojin sekarang. Mungkin selera Soojin
sudah berubah.
Jungkook segera
memasukkan ipad-nya begitu mendapati
Soojin kini berdiri disampingnya. “Sudah selesai?” tanya Jungkook mencoba untuk
terlihat biasa, padahal di dalam hatinya ia begitu marah, dan sibuk merutuk
sedaritadi. Soojin mengangguk polos, lalu meraih tasnya yang ada di bangku
sebelah Junhong.
“Oppa, kita pulang dulu. Semoga besok pengumumannya menyenangkan,”
ujar Soojin yang kemudian ber-high five dengan Minwoo serta Junhong.
Jungkook yang ada di sebelah Soojin hanya menampakkan senyum terpaksa kepada
kedua sunbae-nya itu. Sungguh, ia tak
ingin lama-lama lagi ada di dalam sana.
Dua langkah lagi untuk
membuka pintu dan keluar dari ruang tunggu itu, tapi pintu itu lebih dulu
terbuka sebelum Jungkook dan Soojin sampai disana. “Oh, Jinie-ya!” Sebuah
sapaan lagi yang Soojin terima dari si pembuka pintu.
“Hunie oppa!” seru Soojin yang juga begitu
terkejut mendapati Sehun lah yang memasuki ruangan itu. Jungkook menghembuskan
napas tak kentara, ia merasa akan terjadi déjà
vu. “Oppa ikut lomba ini juga?” tanya Soojin segera.
Sehun mengangguk
antusias. “Daritadi kau diam disini? Berarti kau tidak menontonku?” tanya Sehun
dengan wajah sedih. Mereka kini berbincang di depan pintu. Seperti perkiraan
Jungkook, mereka akan bercakap-cakap panjang lagi.
“Mianhae, oppa. Nanti aku
akan minta video nya saja, oke?
Rasanya aku juga sudah lama tidak melihat oppa
menari,” ujar Soojin sedih. Ia ingat, dulu ia dan Yooji sering sekali melihat
Sehun dan Jongin menari, tapi sekarang ia sudah tak pernah lagi.
“Tapi akan lebih baik
jika kau melihatnya secara langsung,” timpal Sehun yang tampak begitu kecewa.
Mendengar
kalimat-kalimat itu, Jungkook langsung mengerang di dalam hati. Percakapan
macam apa itu?! Tidakkah mereka tahu bahwa Jungkook ada disana dan ia adalah
kekasih Soojin? Tak mau mendengar percakapan menyakitkan yang lebih panjang
lagi, Jungkook meraih tangan Soojin seakan memberikan kode bahwa mereka sudah
seharusnya pergi.
Dan tumben sekali
Soojin mengerti. Ia langsung mengucapkan salam perpisahan pada Sehun dan mereka
akhirnya bisa keluar dari ruangan itu. Jungkook seketika menghembuskan napas
lega yang begitu kentara.
“Ada apa, Kook?” tanya
Soojin ketika mendengarkan hembusan napas Jungkook. Laki-laki itu menarik
napasnya satu-satu, seakan ia baru saja selesai lomba lari maraton. Baru saja
Jungkook ingin membuka suara, tapi Soojin lebih dulu bertanya. “Omong-omong,
kenapa ruang tunggumu tidak sama dengan Jimin oppa dan Hoseok oppa?”
Soojin yang sedaritadi merasa aneh dengan itu akhirnya bertanya juga. Akibat
pertemuannya dengan Minwoo, Junhong, serta Sehun, ia sampai lupa menanyakannya
pada Jungkook.
“Entahlah, aku juga tak
mengerti. Mungkin penyelenggara lombanya ingin memecah konsentrasi kami sebelum
lomba, jadi di pisahkan seperti ini,” jawab Jungkook setelah merasa lebih
tenang. Namun lagi-lagi pikirannya tertuju pada kejadian beberapa menit yang
lalu. “Oh ya! Kau mengenal ketiga sunbae-ku itu?” Soojin mengangguk polos.
“Kenapa bisa?” tanya Jungkook lagi.
Soojin tak langsung
menjawab. Ia ragu. Haruskah ia memberitahu Jungkook? Tapi melihat wajah
laki-laki itu yang begitu menunggu jawaban, terpaksa Soojin memberitahunya.
“Sebenarnya… Minwoo oppa dan Sehun oppa dulu, hmm, adalah kekasihku,” jawab Soojin terbata-bata. Jungkook tampak
menahan napasnya seketika, namun ia tetap diam menunggu kalimat Soojin yang
belum selesai. “Dan Junhong oppa, aku
hanya sempat dekat dengannya. Yah…
seperti itu.”
Kalimatnya Soojin
akhiri dengan senyum lebar namun kaku. Ia tak tahu apa yang Jungkook pikirkan
saat ini. Apakah ia marah? Atau Jungkook sebenarnya sudah tahu? Mungkin saja
Taehyung pernah memberitahu Jungkook tentang masa lalu adiknya. Mungkin.
Jungkook hanya diam,
membuat Soojin semakin khawatir. Laki-laki itu sesungguhnya sedang berpikir.
Mengumpulkan semua informasi yang telah ia temukan. Maknae, dancer, lalu rapper. Itulah kesamaan dari Minwoo,
Junhong, serta Sehun, dan itu juga yang ada di diri Jungkook. Jadi seperti
itulah laki-laki yang ada di sekitar Soojin? Dan begitulah tipe gadisnya? Atau
hanya kebetulan?
“Jungkook-ah! Soojin-ah!!”
Jungkook seketika
terbangun dari lamunannya akibat panggilan Yugyeom yang kini berjalan kearah
mereka sambil melambaikan tangan. “Yugyeom-ah!!”
Soojin pun membalas sapaan Yugyeom dan melambaikan tangannya memanggil Yugyeom
untuk mendekat. Jungkook juga hendak melakukan hal yang sama dengan Soojin,
tapi ia kembali ingat akan satu hal.
Maknae,
dancer, rapper.
“Jangan mendekat!!”
seru Jungkook akhirnya. Tangan kirinya menghalangi Soojin dan tangan kanannya
menghentikan langkah Yugyeom yang mendekat. “Jangan dekati Soojin-ku,” ucap
Jungkook lagi seperti ancaman.
Soojin dan Yugyeom
hanya menatap Jungkook aneh. Sebenarnya apa yang sedang laki-laki itu lakukan?
“Ada apa, Kook?” tanya Soojin terheran. Tapi mata Jungkook tetap menatap
Yugyeom intens.
“Kajja! Kita cari Jimin hyung.”
Jungkook menarik tangan Soojin untuk mengikutinya dan menjauh dari arah
datangnya Yugyeom. Soojin melambaikan tangannya pelan kearah Yugyeom dengan
wajah bersalah. Temannya itu pastilah kebingungan saat ini.
Sementara itu, Jungkook
terus membawa Soojin menjauh. Meskipun Yugyeom adalah sahabatnya, tapi ia harus
tetap hati-hati. Yugyeom juga seorang maknae,
dancer, kadang juga melakukan rap. Ia tak bisa membiarkan Yugyeom
berada dekat dengan Soojin, atau… Ah!
Jungkook menggelengkan kepalanya segera. Tangan Soojin yang tadinya ia genggam,
kini dibuatnya melingkar di lengannya. Sejauh mungkin. Ya, sejauh mungkin dari
Yugyeom.
Yugyeom menatap
kepergian dua temannya itu dengan wajah sedih. Tentu saja perkataan Jungkook
barusan membuatnya begitu terkejut. “Apa salah yang aku buat? Bahkan aku tidak
melakukan apapun,” ucap Yugyeom penuh kebingungan.
.
.
.
“Ah, mereka kemana, sih?” Taehyung tak bisa berdiam diri. Sedaritadi
ia berjalan kesana kemari sambil melirik arlojinya. Ia dan Yooji tengah berdiri
di depan pintu keluar backstage,
menunggu Jungkook, Soojin, Jimin, dan juga Hoseok. Tapi sudah beberapa menit
mereka diam disana, keempat orang itu belum juga menampakkan batang hidung
mereka.
“Paling-paling mereka
sibuk mengobrol, oppa. Tahu sendiri
bagaimana orang-orang itu mengoceh, kecuali Jungkook yang berlagak dingin,”
ujar Yooji santai sambil bersandar di tembok. Ia sudah cukup lelah menunggu dan
melihat tingkah Taehyung membuatnya begitu pusing.
“Taehyung-ah!” sapa Minwoo yang baru saja keluar
dari backstage. “Oh, kau juga disini, Yooji-ya,”
sapanya lagi begitu mendapati Yooji juga ada disana. Di sebelah Minwoo,
Youngmin hanya tersenyum kaku. “Tadi aku juga bertemu dengan Soojin di dalam,
dia bersama Jungkook. Aku sungguh tak menyangka bahwa Jungkook adalah
kekasihnya.” Langsung saja Minwoo bercerita panjang lebar.
“Ya! Apa kau cemburu? Ingat itu hanya masa lalu,” ujar Taehyung mengingatkan.
Taehyung menatap Minwoo lelah, beberapa kali temannya itu menanyakan kabar
Soojin padanya. Minwoo memang orang yang ramah, tapi Taehyung rasa ada tujuan
di balik itu.
“Aku tahu. Seperti
kataku, aku hanya tak menyangka,” ujar Minwoo membuat alasan. Taehyung memutar
bola matanya ragu, membuat Minwoo hanya tertawa melihatnya. Tak sengaja Minwoo
menoleh kearah Youngmin dan Yooji yang daritadi hanya diam. “Oh my! Disini juga ternyata ada masa
lalu,” ucapnya sambil menyenggol lengan Youngmin yang jauh lebih tinggi
darinya.
“Aih, apa maksudmu? Jangan banyak mengobrol, yang lain sudah
menunggu kita di mobil,” ujar Youngmin lalu pergi lebih dulu. Minwoo yang
begitu mengenal Youngmin tahu bahwa laki-laki itu sedang salah tingkah. Ia pun
akhirnya menyusul Youngmin setelah sebelumnya mengucapkan selamat tinggal dan
melambaikan tangan pada Taehyung dan Yooji.
Selesai melambaikan
tangannya pada Minwoo, Yooji mendapati Taehyung kini menatapnya tanpa berkedip.
“Wae?” tanya gadis itu. Wajah
Taehyung kini sungguh aneh, bisa-bisa saja Yooji tersayat oleh tatapan tajamnya
itu.
“Masa lalu?” tanya
Taehyung, hanya memberikan dua kata itu sebagai kode demi menuntut penjelasan
Yooji. Tadi setelah Minwoo mengatakan tentang masa lalu, ia mendapati Yooji dan
Youngmin sibuk memandang satu sama lain. Tentu saja Taehyung jadi curiga dengan
sikap kedua orang itu.
Yooji yang tak tahan di
pandangi seperti itu oleh Taehyung hanya mampu menghela napasnya. “Baiklah, oppa. Youngmin oppa dulu kekasihku, sudah?” jelas Yooji singkat. Taehyung
mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti, tapi terus seperti itu seakan
ia masih tak dapat terima. “Akh!
Kenapa mereka belum datang juga?!” Kali ini Yooji yang senewen. Jika sudah
dalam keadaan seperti ini, ia serasa ada di neraka dengan sikap Taehyung yang
tiba-tiba diam. “Cepatlah kalian datang,
aku bisa mati disini,” rutuk Yooji dalam hati.
Sepertinya Tuhan
mendengar doa Yooji, hanya saja tidak mengabulkannya. Tak sesuai harapannya,
karena yang muncul di balik pintu malah orang yang sama sekali tak ingin Yooji
temui saat ini.
“Yooji-ya!!” seru Jongin yang kini melangkah
mendekatinya bersama Sehun. “Sudah lama ya kita tidak bertemu,” ujar Jongin
lagi dengan wajah ceria. Ia sungguh senang bisa bertemu Yooji lagi.
“Ah, iya, oppa. Oppa sudah mau pulang?” jawab Yooji
sekenanya. Ia harus membahas ‘pulang’ agar Jongin dan Sehun cepat pergi dan
Taehyung tak curiga lagi dengannya ataupun bertanya banyak hal yang membuat
Yooji nantinya terpojok.
“Iya, kami harus segera
pulang. Masih banyak latihan yang harus kami lakukan.” Kali ini Sehun yang
menjawab. Ia langsung menarik tangan Jongin yang tampak ingin membuka mulutnya
untuk percakapan yang lebih panjang lagi. Sehun tahu, mungkin seharusnya mereka
tak ada disana, melihat tatapan Taehyung yang kini memperhatikan Jongin dari
ujung kaki sampai rambut. “Taehyung-ah,
Yooji-ya, annyeong!” Setelah mengucapkannya, Sehun langsung membawa Jongin
pergi meninggalkan mereka berdua.
Lagi-lagi tatapan
seperti tadi Taehyung tujukan pada Yooji, gadis itu kembali menghela napas.
“Ya, Jongin oppa juga,” ucap gadis
itu. Tak perlu bertanya lagi atas maksud tatapan Taehyung padanya. Dan Taehyung
pun mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Dulu Jongin juga adalah kekasih
Yooji.
Taehyung kembali hanya
menganggukkan kepalanya. Ia paham. Ternyata gadisnya hebat juga. Ia bahkan tak
mengenal sunbae-nya itu, kalau saja
bukan karena Sehun dulu adalah kekasih Soojin, mungkin ia tak akan pernah
mengenal Sehun dan Jongin. Seperti dirinya, mungkin saja Yooji dekat dengan
Jongin karena Soojin yang dekat dengan Sehun. Yah, mungkin.
“Tidak, itu bukan mungkin. Itu pasti,” bantah Taehyung dalam hati. Otak laki-laki itu
mulai bekerja. Benarkah apa yang ia pikirkan saat ini? Bukan hanya Jongin, tapi
begitu juga dengan Youngmin. Mereka mantan kekasih Yooji, mereka juga sahabat
dari kekasih Soojin waktu itu. Apa ini hanya perkiraannya saja? Tapi, ini
sungguh nyata seperti apa yang ia lihat. Soojin dan Yooji bersahabat,
begitupula kekasih mereka. Ya, itu benar!
Tidak mungkin kan nantinya…
“Yugyeom-ah!!” Yooji melambaikan tangannya pada
Yugyeom yang tampak dari kejauhan dengan wajah sedihnya. Laki-laki itu kemudian
mendekati Yooji dengan senyuman yang mengembang lagi.
Yooji menyukai Yugyeom?
“ANDWAE!!!”
Taehyung berteriak
tiba-tiba, membuat semua yang ada disana terkejut karenanya. Taehyung langsung
menarik tangan Yooji ke belakang dan ia pun berdiri di depan gadis itu. Matanya
kini menatap Yugyeom yang ada di hadapannya dengan tajam.
“Jangan dekati Yooji-ku!!”
teriaknya lagi. Tanpa babibu,
Taehyung membawa Yooji untuk keluar dari ruangan itu menuju tempat parkir.
Lebih baik ia menunggu di mobil daripada membiarkan Yooji bertemu lebih banyak
orang lagi.
Déjà
vu. Yugyeom merasa pernah menemukan
kejadian ini. Tidak, bukan déjà vu. Itu baru saja ia alami tadi! Dengan
objek dan subjek yang berbeda namun permasalahan yang sama.
“Wae? Kenapa mereka memperlakukanku seperti ini? Memangnya aku salah
apa?!!!” teriak Yugyeom histeris. Rambutnya sudah berantakan karena ia acak
dengan frustasi. Sama sekali tidak mengerti. Apa yang telah ia lakukan pada
Soojin dan Yooji, sampai-sampai Jungkook dan Taehyung menghindarinya seperti
itu?
“Apa mungkin…
sebenarnya Soojin dan Yooji menyukaiku?” ucap Yugyeom pelan pada dirinya sendiri.
Membuat kesimpulan sendiri atas apa yang ia alami barusan. “Oh, tidak! Jadi siapa yang harus aku
pilih? Soojin atau Yooji?”
Bukannya membuat
kemungkinan lain, Yugyeom malah terus berkutat dengan satu kemungkinan itu,
yang bahkan tampak tak mungkin. Jadi lebih baik biarkan saja Yugyeom sibuk
sendiri dengan pikirannya. Nantinya dia juga akan tahu bahwa itu hanyalah
sia-sia.
.
.
.
“Soojin-ah, oppa-mu
benar-benar aneh,” keluh Yooji yang baru saja mendudukkan dirinya di kasur
Soojin. Mereka baru saja pulang dari perlombaan dance itu dan sebelumnya telah makan malam bersama. Malam itu,
Yooji memang berencana menginap di rumah Soojin, begitu juga dengan Jimin.
Kakak mereka−Chanyeol sedang pergi ke luar kota bersama kedua orang tuanya
untuk urusan tertentu.
“Semua orang juga sudah
tahu itu. Kau seperti baru mengenal Taehyung oppa saja,” jawab Soojin santai. Ia sudah merebahkan tubuhnya di
samping Yooji. Pikirannya melayang mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Apa
tadi Jungkook cemburu melihatnya bertemu dengan kekasih-kekasihnya yang dulu?
Ia tak bertingkah yang salah kan?
“Kau tahu, tadi
Taehyung oppa melarang Yugyeom untuk
mendekatiku,” ujar Yooji bimbang. Ia tak tahu mengapa Taehyung melakukannya.
Yugyeom hanyalah teman sekelasnya, ia juga orang yang baik, bahkan ia
bersahabat dengan Jungkook. Apa itu aneh?
Seiring dengan Yooji
yang merebahkan tubuhnya, kini giliran Soojin yang bangkit dengan tiba-tiba.
“Benarkah?!” tanyanya kaget. Yooji hanya mengangguk malas sebagai jawaban. “Daebak! Jungkook juga tadi melakukannya!
Dia melarang Yugyeom untuk mendekatiku, padahal Yugyeom adalah sahabatnya
sendiri,” oceh Soojin dengan kesal.
“Bisa begitu ya? Apa
mereka merencanakannya? Tapi kenapa Yugyeom? Padahal Bambam lebih berpeluang.”
Soojin hanya mengendikkan bahu mendengar semua pertanyaan Yooji. Ia sendiri
juga menanyakan hal yang sama, hanya saja ia tak terlalu memikirkannya. “Oh ya! Kau tadi bertemu dengan Minwoo oppa?”
Soojin yang baru saja
ingin pergi mandi langsung menghentikan langkahnya dan kembali duduk di samping
Yooji. “Eo. Kau juga bertemu Minwoo oppa?” Yooji mengangguk malas. Andai
saja bukan karena ia bertemu dengan Minwoo, Taehyung tidak akan bersikap
seperti itu padanya. “Aku juga bertemu dengan Sehun oppa, juga Junhong oppa,”
lanjut Soojin.
“Kau bertemu mereka di
hadapan Jungkook?” Soojin mengangguk. “Pantas saja sedaritadi wajah Jungkook
terlihat dongkol.” Yooji mengangguk mengerti. Sejak tadi ia juga merasa aneh
dengan tingkah temannya itu, Jungkook mengomel-ngomel kecil di belakang Soojin,
dan tersenyum manis di hadapan gadis itu. Ternyata Jungkook cemburu.
“Oh ya? Menurutmu Jungkook cemburu?” tanya Soojin polos. Yooji
seketika menghembuskan napas lelah mendengar pertanyaan Soojin. Kadar kepekaan
gadis itu bahkan belum berkurang sama sekali, meski selama ini ia selalu
mengumbar-umbar untuk mulai belajar lebih peka.
“Soojin-ah, Taehyung oppa yang biasanya selalu cuek saja cemburu ketika melihatku
bertemu Youngmin oppa dan Jongin oppa. Menurutmu bagaimana dengan
Jungkook yang bahkan selalu mengawasimu? Kurasa dia bahkan hampir mati karena
cemburu,” jelas Yooji dengan hati-hati. Lama-lama seperti ini membuatnya kesal
juga. Ayolah Kim Soojin, kapan kau akan berubah??
Wajah Soojin murung
seketika. Ia sungguh tak menyadari hal itu. Yooji pun hanya mampu menggelengkan
kepalanya. Begitu kasihan terhadap Jungkook yang harus menghadapi segala
‘ketidakpekaan’ Soojin. Tapi ia juga tak bisa memaksa Soojin untuk berubah
seketika, hanya perlu waktu yang sangat banyak untuk Soojin bisa mengerti.
Yooji berharap ia bisa membantu gadis itu.
.
.
.
“Adikku tidak akan
melakukan hal itu, Jungkook-ah,” ujar
Taehyung dengan santai. Tadi Jungkook telah menceritakan tentang kejadian sore
itu dan bagaimana ia begitu cemburu melihat Soojin dengan mantan-mantan
kekasihnya yang begitu akrab. “Soojin dan semua mantan kekasihnya memang selalu
berteman, kau tak usah khawatir,” lanjut Taehyung demi meyakinkan Jungkook.
“Kau yakin, hyung?” tanya Jungkook lagi. Jelas
sekali bahwa ia tampak ragu. Karena seperti yang sering terjadi, hubungan dengan
mantan kekasih akan begitu buruk, bahkan hingga saling membenci. Tapi Soojin
tampak baik-baik saja dan itu membuat Jungkook curiga. Taehyung mengangguk
mantap sebagai jawaban. “Kenapa kau begitu yakin, hyung?” tanya Jungkook lagi untuk meyakinkan dirinya bahwa Taehyung
patut di percaya.
“Jungkook-ah, aku ini kakaknya, apa kau lupa? Aku
mengenal Soojin sejak dia belum lahir, bagaimana aku tidak yakin?” Jungkook
langsung terdiam mendengar jawaban Taehyung. Memang benar yang laki-laki itu
katakan dan Jungkook tak bisa membantahnya lagi. Meski masih sedikit ragu, tapi
Jungkook memutuskan untuk percaya.
“Maaf, hyung. Seharusnya aku memang percaya
padamu. Dan tidak seharusnya aku meragukan Soojin,” ucap Jungkook penuh
penyesalan. Sekarang ia baru merasa malu karena telah bercerita seperti itu
pada Taehyung. Mungkin saja laki-laki itu nantinya memberitahu Soojin. Mau
dibawa kemana wajah Jungkook nanti? Sungguh, semua itu hanya sia-sia.
Jimin hanya tersenyum
manis. Sedaritadi ia berdiri di depan pintu kamar mandi dan menyimak semua
percakapan Jungkook serta Taehyung. Laki-laki itu kemudian menghampiri mereka
dengan handuk yang masih melingkar di lehernya sehabis mandi.
“Ya! Kim Taehyung. Kau pandai sekali menasehati Jungkook. Apa kau
ingat apa yang kau ceritakan tadi padaku?” Jimin melingkarkan tangannya di
leher Taehyung. Laki-laki itupun begitu terkejut mendapati Jimin tiba-tiba ada
di sampingnya. “Ingat, kau juga mempunyai masalah yang sama dengan Jungkook.”
Taehyung menghembuskan
napasnya. Ia tak tahu harus berkata apa atas tuduhan Jimin tersebut. Jungkook
pun juga begitu terkejut dengan pernyataan Jimin. “Jimin hyung, jadi maksudmu Taehyung hyung
juga cemburu dengan mantan-mantan kekasih Yooji?” tanya Jungkook akhirnya. Dan
sebagai jawaban, Jimin mengangguk pelan. “Ah,
hyung!” Jungkook langsung memukul
lengan Taehyung dengan kesal. “Kau membuatku semakin ragu. Bagaimana kau bisa
menasehatiku sementara kau sendiri seperti itu, hyung?!” ujar Jungkook marah. Padahal ia sudah begitu percaya
dengan Taehyung, tapi itu terdengar percuma jika Taehyung sendiri ragu tentang
masalahnya.
“Tapi apa yang ku
katakan padamu tadi itu benar, Jungkook-ah.
Aku yakin dengan Soojin,” ujar Taehyung membela diri. Heran, kenapa sekarang ia
yang di pojokkan? “Seperti yang ku katakan tadi, Soojin adalah adikku. Aku
sangat tahu dirinya.”
“Seperti itu juga
denganku, Taehyung-ah. Aku yakin
Yooji tidak seperti itu. Aku kakaknya dan aku tahu betul adikku,” ujar Jimin
lalu. Perkataan itu berhasil membungkam mulut Taehyung. Jimin tersenyum puas
melihat diamnya Taehyung. Sejak awalpun Jimin sudah menasehati Taehyung, tapi
ia tetap meragu. Dan sekarang Taehyung termakan omongannya sendiri. Rasakan
itu, Kim Taehyung. “Ah, sudahlah.
Pergi mandi sana.” Jimin mengusir Taehyung untuk pergi ke kamar mandi.
Laki-laki itu menurut tanpa protes lalu memasuki kamar mandi dalam diam.
“Hyung, lalu bagaimana denganku?” tanya Jungkook dengan wajah sedih.
Ia masih tak bisa mengambil kesimpulan dari semua percakapan mereka tadi. Jimin
menepuk bahu Jungkook dan menatap lekat kedua mata laki-laki itu.
“Soojin juga tidak
seperti itu. Percayalah padaku.”
.
.
.
Pagi itu Yugyeom
berjalan di koridor dengan penuh percaya diri. Kemarin sepulang lomba dance ia langsung pergi ke salon dan
memotong rambutnya dengan model terbaru. Laki-laki itu memasuki kelas dengan
senyum yang terkembang cerah, terlebih ketika ia menemukan Soojin dan Yooji
sudah ada di bangku mereka yang bersebelahan.
“Hy, ladies. Bagaimana penampilanku?” tanya Yugyeom begitu sampai di
hadapan Soojin dan Yooji. Laki-laki itu berdiri layaknya seorang model yang
sedang melakukan photoshoot. Kedua
gadis itu hanya menatap Yugyeom aneh. Tak seperti biasanya Yugyeom tampil
berlagak keren seperti itu.
“Memangnya ada yang
berbeda? Biasa saja,” ujar Soojin. Seperti biasa, ia tak menyadari perubahan
yang terjadi pada rambut Yugyeom. “Oh,
Kook!” Gadis itu lalu menghampiri Jungkook yang baru saja memasuki kelas.
Yugyeom hanya memandang heran kearah sepasang kekasih itu.
Yooji berdiri dari
duduknya lalu hendak pergi meninggalkan kelas, tapi dengan segera Yugyeom
menghalangi gadis itu. “Lalu, bagaimana menurutmu?” tanya Yugyeom lagi.
Meskipun ia sudah mendapatkan jawaban dari Soojin, tapi belum dari Yooji.
“Rambutmu ya?” tanya
Yooji. Ia sadar perubahan itu dan Yugyeom sudah cukup senang hingga ia
tersenyum sangat lebar. “Jujur saja, Yugyeom-ah. Model yang kemarin masih tampak lebih bagus.” Senyum Yugyeom
luntur seketika. “Oh ya. Jika nanti
Soojin menanyakanku, katakan bahwa aku bersama Taehyung oppa,” ujar Yooji sebelum akhirnya menghilang dari kelas.
Yugyeom masih berdiri
kaku di tempatnya. Ia sungguh tak percaya dengan jawaban kedua gadis itu. Di
keluarkannya ponselnya lalu bercermin disana. Selama bercermin, laki-laki itu
berujar dalam hati.
“Ku kira Soojin dan Yooji menyukaiku.”
.
.
.
FIN
Komentar
Posting Komentar