Langsung ke konten utama

[Chapter] Beautiful Gift Chap.3


Title: The Most Beautiful Gift
Author: NaNa Jji
Length: Chaptered
Genre: Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC) || Kim Jong Dae/Chen (EXO-K)
Support Casts:
Park Cho Rong (A Pink) || Nam Joo Hyun (OC) || Park Shin Ah (OC) || Park So Hyun (OC) 

Previous Chap:
1, 2




“Mwo? Seminggu???” Soo Jin sedikit curiga dengan perkataan namja yang baru saja jadi namjachingu-nya kemarin.
“Ne. Selama seminggu kau akan tenang bersamaku,” jawab Jong Dae dengan santai.
Deg!
Pikiran Soo Jin kini tak karuan. Ia memikirkan hal-hal buruk yang mungkin akan menimpanya.
“Seminggukah? Hanya seminggukah? Apa namja ini sedang mempermainkanku?” pikiran buruk terus melintas dikepalnya.
“Chagiya~ kenapa kau diam saja, hm?” tanya Jong Dae yang berhasil membangunkan Soo Jin dari alam pikirannya.
Soo Jin mendongakkan kepalanya dan memberanikan diri menatap mata Jong Dae dengan penuh tanya.
“Hei~ tentu saja aku akan melindungimu selama seminggu, kau masih tak percaya padaku? Minggu ini, minggu depan, minggu depannya lagi, dan seterusnya hingga minggu itu tak berakhir, aku akan terus menjagamu, arraseo?”
Kini ekspresi Soo Jin berubah−tak percaya. Ia menundukan kepalanya dan mengutuk dirinya sendiri karena telah berpikir negatif tentang namjachingu-nya ini.
“Mianhae~~” lirihnya.
“Gwenchana~ nado mianhaeyo...” Jong Dae melingkarkan tangannya di bahu Soo Jin, mencoba menenangkan yeojanya itu.
“Oppa~ yaksokhae!” ucap Soo Jin lirih sambil mengajungkan jari kelingkingnya.
Jong Dae menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Soo Jin. Mereka tengah berjanji satu sama lain.

~~~***~~~

Rintik hujan semakin deras membasahi jalanan dan pepohonan di sepanjang jalan. Soo Jin menatap lurus kearah jalanan itu, berharap orang yang ditunggunya segera datang. Kini ia sedang berada di sebuah cafe. Duduk di bangku dekat jendela.
Hujan~ entah kenapa ia sangat suka dengan hujan. Tak ada kenangan apapun yang ada sangkut pautnya dengan hujan. Namun, hanya saja ia merasa bahwa hujan selalu menyimpan kisah romantis di baliknya. Meski ia tak pernah mengalami hal itu.
Ia melirik jam tangan berwarna pink yang melingkar indah di pergelangan tangannya. Pukul 6 sore. Sudah setengah jam ia menunggu.
Diseruputnya kembali milkshake yang ia pesan 20 menit lalu. Menunggu~ memang hal yang membosankan. Rasanya seperti melakukan hal yang tak ada gunanya.
Beberapa nomor diketiknya di layar hanphone lalu mulai menempelkan handphone itu di telinganya.
Tuut~ tuuutt~~
Tidak aktif. Handphone Jong Dae tidak aktif, entah ia sedang ada dimana.
Namun ia masih tetap tenang. Semua ini hanya karena Kim Jong Dae. Ya, namja yang telah menjadi namjachingu-nya selama satu minggu.
Satu minggu yang takkan pernah ia lupa. Jong Dae adalah namja pertamanya dan ia sangat menyayanginya. Tak ada yang bisa merubah kenyataan itu.

~~~***~~~

Soo Jin berjalan gontai menuju kelasnya. Hari ini semuanya terasa hampa. Dengan lemas ia menaruh tas lalu duduk dibangkunya. Melipat kedua tangannya diatas meja kemudian menenggelamkan kepalanya.
Matanya terlihat sembab setelah menangis semalaman dan mata indah itu kini mulai terpejam. Berharap semua ini adalah mimpi.
Sudah tiga hari ia seperti ini. Setelah menunggu hingga dua jam di cafe itu, tak ada kabar lagi dari Jong Dae. Bahkan tak ada telepon ataupun pesan yang masuk ke handphone-nya.
Disekolah ia juga tak pernah menemukannya, saat ia menanyakan keberadaan Jong Dae pada Chan Yeol atau teman-teman sekelasnya, mereka semua seolah bungkam tak mau membuka mulutnya. Mereka selalu mengucap tiga kata yang pasti ‘aku tidak tahu’.
Ia tak percaya semua ini. Tepat seperti perkataan namja itu, ia hanya menjaganya selama satu minggu. Satu minggu sejak tanggal 3, tepatnya tanggal 10, dan namja itu benar-benar menghilang. Hari ini tanggal 13, tiga hari sudah sejak ia menghilang.
“Apa oppa memang merencanakan ini semua? Seharusnya aku tak percaya begitu saja padamu,” pikirnya. Cairan bening mulai membasahi pipi mulusnya dan ia mulai terisak.
Tak ada orang di kelas itu karena ini memang masih pukul 6 pagi, sedangkan pelajaran dimulai pukul setengah 8.
Diambilnya tissue yang ia taruh di saku jasnya. Sebuah kertas jatuh dari saku itu. Konsentrasi Soo Jin berpindah ke kertas tersebut. Tidak! Itu bukan hanya sekedar kertas, lebih tepatnya menyerupai surat.
Soo Jin mengusap sisa air mata itu menggunakan blaser seragamnya dan kembali menatap tajam kearah surat itu.
To: Soo Jin~~
Soo Jin-ah~~ mianhae. Kami bingung harus memberitahumu dengan cara apa, jadi kami buat surat ini. Entah kapan kau akan menemukan surat ini, tapi kami harap secepatnya. Kami tahu kau sedang bingung karena Jong Dae oppa tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
Tapi perlu kau tahu, dia tidak menghilang ataupun sengaja pergi meninggalkanmu. Namun~ dia kini telah pergi selamanya. Meninggalkan kita semua. Kemarin ketika hendak menemuimu di cafe, ia mengalami kecelakaan. Namun, kecelakaan itu begitu parah, hingga akhirnya ia tak dapat diselamatkan lagi.
Mianhaeyo, surat ini memang media yang salah untuk memberitahumu. Kami menyayangimu~~
                                                                                                From:
                                                                                    Joo Hyun, Shin Ah, So Hyun

Air mata sudah tak terelakkan lagi untuk keluar, membentuk sungai kecil di pipi yeoja malang itu.
Hatinya, perasaannya, pikirannya, semuanya hancur! Ini begitu menyakitkan, hingga untuk bernapaspun rasanya susah. Ia menangis sejadi-jadinya, dadanya sesak menerima kenyataan pahit ini. Menangis~ hanya itu yang dapat ia lakukan.

~~~***~~~

Kini ia telah berada di sebuah padang rumput yang luas. Kakinya lemas melihat apa yang ada di hadapannya, hingga akhirnya ia jatuh dan teduduk lemah diatas padang rumput itu.
Tangannya meraih nisan yang bertuliskan ‘Kim Jong Dae. Ya, itu adalah makam Jong Dae. Makam itu masih baru, bau tanah masih menyeruak hingga menusuk hidung Soo Jin.
Tetes air mata kembali mengalir, semakin lama semakin deras. Seakan air matanya akan habis hanya untuk menangisi semua ini.
Sejak dulu, ia tak pernah percaya dengan yang namanya cinta. Namun, setelah bertemu dengan Jong Dae rasa itu secepat kilat menyeruak di relung hatinya menciptakan rasa senang, bahagia, sedih, kesal, kecewa, dan semua rasa bercampur aduk di dalamnya.
Semuanya seperti takdir di mata Soo Jin. Tapi kini takdir itu begitu kejam memisahkan mereka berdua. Jarak dan waktu yang tak terhitung, entah dimana dan kapan mereka bisa bertemu kembali. Tidak ada yang tahu.
Air mata semakin deras mengalir di pipi porselen gadis itu. Ia berteriak, meski ia tahu takkan ada yang mendengarnya, bahkan Jong Dae pun tak akan bisa mendengar ataupun menemaninya saat ini.
Rasa lelah kini menggelutinya. Lelah menangis. Lelah menghadapi nasibnya. Dan rasa lelah itu membawanya ke alam mimpi.

~~~***~~~

Rintik hujan membangunkan Soo Jin dari mimpi indahnya menuju kenyataan yang pahit. Tatapannya kini tertuju pada nisan di hadapannya. Ia tertidur di makam Jong Dae. Sangat menyedihkan.
Segala memori buruk terputar di kepalanya. Dan iapun sadar bahwa ini bukanlah mimpi, tapi kenyataan yang tak satupun dapat merubahnya.
Dengan kekuatan yang masih tersisa, Soo Jin mencoba menegakkan badannya. Perlahan ia berjalan meninggalkan makan tersebut. Langkah gontai mengiringinya ditemani dengan rintik hujan yang semakin deras.
Ditatapnya cincin yang terpasang manis di jarinya itu. Dilepasnya cincin itu, menggenggamnya erat dan diciumnya sekilas hadiah terakhir dari kekasihnya.
BRRUUUKKK
Ia menabrak seseorang. Tubuhnya yang lemah tak dapat menjaga keseimbangan hingga iapun terjatuh.
“Junsunghamnida,” ucap namja yang ditabraknya itu sambil menjulurkan tangannya kearah Soo Jin.
Soo Jin tak mengindahkan tangan namja itu, ia berdiri dan langsung meninggalkan namja itu. Setelah beberapa meter ia berjalan, ia merasakan pusing di kepalanya, pandangannya mulai buram, dan tiba-tiba gelap.

~~~***~~~

SOMEONE POV
BRRUUUKKK
“Ish! Kenapa bisa ada orang yang tidak melihat manusia sebesar ini hingga bisa menabrakku?” rutukku dalam hati.
Kutatap yeoja yang jatuh karena bertabrakkan dengankku. Yeoja ini sangat menyedihkan.
Sepertinya ia habis menangis, itu terlihat dari matanya yang sembab dan tentunya masih terlihat bekas aliran air mata di wajah pucatnya itu. Seragam, rambut, hampir seluruh badannya dipenuhi lumpur. Sangat menyedihkan.
Kuulurkan tanganku−mencoba membantunya. Tapi sedikitpun tak digubrisnya. Dengan gontai ia meninggalkanku.
Aku hanya bisa mengangkat bahu. Aku tak mau ikut campur urusan orang. Akupun melanjutkan perjalananku lagi.
Tapi sesuatu menghentikanku, kakiku menginjak sebuah benda keras seperti besi. Bukan, lebih tepatnya itu adalah sebuah cincin.
“Cincin? Siapa orang yang tega meninggalkan cin−“ Aku langsung teringat pada yeoja tadi, apa mungkin ini miliknya?
Aku langsung berbalik badan. Lega rasanya melihat yeoja itu masih berada tak jauh dibelakangku.
Tunggu dulu, ada yang aneh dengan jalan yeoja itu. Perlahan ku langkahkan kakiku kearahnya. Yeoja itu semakin lama semakin gontai hingga akhirnya keseimbangannya pun hilang. Aku segera berlari kearahnya dan hap! Aku mendapatkannya.
Yeoja ini pingsan. Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mengenalnya. Tapi aku merasa harus menolongnya, siapa lagi yang mau menolongnya? Hanya aku yang ada di makam ini.
Dengan susah payah aku membopong yeoja ini. Susah. Bukan karena berat, melainkan karena yeoja ini sangat tinggi! Yah~ untuk ukuran yeojalah, apalagi dia masih high school−terlihat dari seragam sekolah yang dipakainya.
Akhirnya aku sampai di mobil juga. Langsung saja kududukan ia di kursi samping kemudi. Aku juga telah beralih duduk di depan kemudi, berpikir sejenak hingga akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke apartementku saja.

~~~***~~~

Untung hari ini adalah hari kerja, jadi lobi apartement yang biasanya seperti pasar kini sepi oleh orang-orang yang seandainya mereka ada, maka aku akan mendapat hujan pertanyaan karena tengah membawa yeoja tak dikenal apalagi ia sedang tak sadarkan diri.
Kini yeoja itu sudah terbaring di atas kasurku yang empuk. Wajahnya sangat pucat. Perlahan kuletakkan punggung tanganku di dahinya. Panas. Dengan segera aku mengambil air hangat dan sebuah handuk untuk mengompresnya.
Tanpa kusadari, mataku sedaritadi memperhatikan wajah yeoja ini. Dia sangat cantik. Heran, mengapa yeoja secantik dia bisa berpenampilan seburuk ini.
Perlahan kuulurkan tanganku dan menyentuh halus wajah mulusnya. Menghilangkan bekas noda lumpur diwajahnya. Entah kenapa aku merasa harus melindungi yeoja ini, padahal aku sendiri pun tak mengenalnya, bahkan sekedar tahupun tidak. Wajahnya terlihat sangat tenang dan polos seperti anak kecil jika sedang tertidur seperti ini.

~~~***~~~

Hhuaaammm!
Hmm...tak kurasa ternyata aku tertidur menunggui yeoja ini. Dia masih belum bangun, pasti ia sangat kelelahan.
Badanku terasa pegal-pegal. Pasti ini karena aku tidur tadi dengan posisi duduk bersandar disamping yeoja malang ini.
Huft. Sial. Aku lapar. Dengan rasa kantuk yang masih menjalar, kulangkahkan kakiku menuju dapur, mencoba melihat bahan apa yang bisa kumasak.
Senyum mengembang diwajahku melihat banyak sekali bahan makanan. Hari ini aku akan masak besar.

~~~***~~~

SOO JIN POV
Perlahan kubuka mataku, meski terasa sangat berat. Kuedarkan pandanganku sekeliling. Sedikitpun aku tak mengenal ruangan ini, dimana aku? Kenapa aku bisa disini??
“Kau sudah bangun?” Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.
Seorang namja datang menghampiriku dengan membawa sebuah nampan. Senyum manis mengembang diwajahnya.
Aku langsung merubah posisiku menjadi duduk dan langsung merapikan sedikit penampilanku. Aku hanya balas tersenyum kearahnya tanpa menjawab pertanyaannya itu.
Senyumannya makin melebar setelah aku tersenyum dan diapun langsung duduk di sampingku. Untuk beberapa saat hening, hanya terdengar suara rintik hujan diluar sana.
“Nuguse−” ucap kami bersamaan hingga ucapanku terputus karena kaget.
Hening lagi~
“Makanlah dulu, kau pasti lapar,” ucapnya memecah keheningan.
“Ye,” jawabku singkat dan meraih mangkuk berisi bubur. “Gomawoyo,” ucapku setelah bubur dalam mangkuk itu habis. Namja itu hanya tersenyum membalas ucapanku.
“Oh ya! Ini milikmu?” Namja itu menyerahkan sebuah cincin yang sangat familiar denganku.
Aku terdiam membeku manatap cincin itu. Kenangan itu kembali muncul layaknya film yang sedang diputar di bioskop.
Kenangan yang tak’kan pernah kulupakan. Kenangan yang indah dan sangat manis tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk, hal yang sangat aku sesalkan.
Hatiku kembali hancur, perih, sakit, bak ribuan pedang ditusukkan dan ratusan panah menancap bebas di tubuhku. Remuk.
Kupejamkan mata, berharap ini semua hanya mimpi. Namun sayang, ini semua nyata. Bulir kristal kini mengalir mulus menembus benteng yang susah payah kubangun sedaritadi.
“Gwenchana?” Sebuah suara menyadarkanku dari mimpi buruk yang nyata ini.
“Nan gwenchanayo~” Dengan cepat kuusap sisa-sisa air mata di wajahku. Aku tak mau terlihat lemah lagi, meski nyatanya itu tak dapat kupungkiri lagi.
“Mian. Aku harus pergi,” pamitku dan langsung berdiri hendak meninggalkan tempat tersebut. Tapi sesuatu menahanku. Ya, tangan hangat namja itu. Tangannya begitu hangat hingga kehangatannya itu menjalar ke tubuhku, entah karena suhu tubuhku saja yang terlalu rendah, entahlah~
“Biarku antar,” ucapnya lalu.
“Aniya, aku sudah banyak merepotkanmu. Dan aku tak mau melakukannya lagi. Gomawo~” Sekali lagi kubungkukan badanku dengan sopan dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari namja itu.

~~~***~~~

AUTHOR POV
“Ya! Paboya!!” Seorang namja memukul-mukul kepalanya di dalam mobil−memperhatikan seorang yeoja di tepi jalan.
“Untuk apa aku mengikuti yeoja itu? Lebih baik aku pulang saja.” Namja itu kembali memegang setirnya−hendak berbalik arah. Namun sebuah perasaan aneh menyelimutinya, hingga akhirnya ia tak jadi berbalik arah dan menjalankan mobilnya perlahan mengikuti langkah yeoja itu.
“Toh dia yeoja yang aneh, jadi tak apa’kan kalau aku mengikutinya,” pikir namja itu.
Yeoja di depannya itu terus menundukan kepalanya sejak pertama kali ia berjalan, bahkan beberapa kali ia hampir menabrak orang yang melintas di jalan tersebut.
Yeoja itu pun berhenti di depan sebuah gedung tinggi, sejenak ia mendongakkan kepalanya melihat pada ketinggian gedung tersebut, menghela nafasnya perlahan, hingga akhirnya ia melangkahkan kakinya ke dalam gedung itu.
Melihat hal tersebut sontak membuat si namja mematikan mesin mobilnya dan bergegas menuruni mobil sport berwarna hitam miliknya.
Namja itu pun mengikuti langkah sang yeoja memasuki gedung tersebut. Diraihnya kacamata hitam dari saku jaketnya lalu memakai benda itu. Dengan langkah yang sangat pelan, ia berusaha agar tak kentara oleh sang yeoja. Layaknya detektif yang sedang memecahkan misteri dan mendapati target operasinya berada di depan mata.
Yeoja itu berhenti di sebuah pintu apartement lalu memencet bel yang bertengger di tembok dengan lemah. Tak berselang beberapa lama, empat orang yeoja keluar dari dalam apartement tersebut. Setelah melihat sang yeoja berdiri di hadapan mereka dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka dengan wajah panik langsung mengajak yeoja itu masuk ke dalam apartement.
“Mungkin ini apartement yeoja itu...” pikir sang namja yang sedaritadi bersembunyi di balik tembok. Dikeluarkannya sebuah benda dari saku jeans-nya. Sebuah cincin. Ia melangkah kedepan pintu apartement yeoja itu, meletakkan cincin tersebut di depan pintu, memencet bel, lalu dengan langkah sigap menjauh dari tempat itu.
Pintu apartement terbuka, salah satu yeoja yang tadi ada di apartement itu kini menoleh kesisi kanan dan kiri, namun tak ada siapapun. Ketika hendak menutup pintu apartement ia menemukkan cincin itu di bawah kakinya. Ia mengambil cincin itu lalu masuk ke dalam apartement.
“Setidaknya tak ada lagi yang bisa membuatku berhubungan dengan yeoja itu...” pikir sang namja. Namun sesuatu yang kosong menyelimuti perasaannya. Seperti seseorang telah merenggut sesuatu dalam dirinya.

~~~***~~~

“Soo Jin-ah~ gwenchana?” tanya Cho Rong ketika mereka telah memasuki apartement. Ia sangat khawatir melihat dongsaeng kesayangannya pulang dengan wajah lusuh dan pakaian kotor setelah sejak tadi pagi menghilang.
“Mianhae~ kami tak tau lagi harus memberitahumu dengan cara apa. Uri jeongmal mianhaeyo~~” kini giliran Joo Hyun yang angkat bicara.
Shin Ah dan So Hyun juga ada ditempat itu, So Hyun tak berani bicara, karena ini semua adalah idenya hingga Soo Jin mengalami hal seperti ini, mereka sangat menyesal.
“Aku menemukan ini,” bisik Shin Ah yang baru datang dari arah pintu. So Hyun pun menyuruhnya untuk memberi cincin itu pada Cho Rong.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Soo Jin. Mereka kini sedang duduk di ruang tengah apartement tersebut. Hening meliputi suasana di ruangan itu. Semua yang berada disana diliputi rasa bersalah yang sangat besar, kecuali Soo Jin yang merasakan sakit yang teramat sakit hingga ia sulit bernapas dan tenggorokannya pun tercekat.
Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan apa yang dirasakan Soo Jin sekarang. Bahkan kata-kata itupun tak menghuni kamus terlengkap di dunia sekalipun.
Soo Jin merasa sangat lelah, lelah akan sakit yang terus ia rasakan. Menahannya agar tak meluap begitu saja memerlukan energi yang sangat besar.
Tanpa berkata apapun, ia melangkahkan kaki menuju kamarnya, menutup pintunya lalu berbaring di atas kasur empuknya. Hanya itulah yang ia rasa ia dapat lakukan.
Entah sampai kapan ia akan seperti ini, tenggelam dalam kesedihan dan kesakitan yang mendalam. Dirinya sangat rapuh, serapuh lapisan tipis es yang disentuh sedikit saja akan hancur.
Ia ingin mengubur semuanya, menghanyutkannya di laut hingga tak ada lagi beban dalam hidupnya.
“Kurasa itulah yang harus kulakukan...”



_~*To Be Continued*~_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .