Langsung ke konten utama

[Chapter] Beautiful Gift Chap.7


Title: The Most Beautiful Gift
Author: NaNa Jji
Length: Chaptered
Genre: Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC) || Kim Myung Soo (INFINITE)
Support Casts:
Park Cho Rong (A Pink) || Nam Joo Hyun (OC) || Park Shin Ah (OC) || Park So Hyun (OC)

Previous Chap:
1, 2, 3, 4, 5, 6


BRAAKKK!!!
Suara tabrakan mobil terdengar. Jalanan itu sepi, tak ada sedikitpun kendaraan atau orang yang melintas. Kepulan asap keluar dari bagasi mobil. Soo Jin dan Myung Soo tak sadarkan diri.

~~~***~~~

MYUNG SOO POV
Kuberjalan disini, diruangan ini, sendiri. Aku tak tahu aku sedang berada dimana. Ruangan ini putih, putih seputih salju. Tak ada warna lain, tak ada pula barang-barang yang bisa dilihat. Hanya putih.
Diujung sana, aku melihat sesosok orang. Perlahan aku menghampirinya. “Permisi! Anda yang di ujung sana, bolehkah aku bertanya?!” aku berteriak sambil menghampirinya. Namun.. semakin aku mendekatkan langkahku, sosok itu semakin jauh. Semakin jauh...hingga menghilang...
Aku mulai bingung..dimana ini? Dan sosok itu, aku rasa aku mengenalnya. Kupejamkan mataku sejenak dan berpikir..
Sedetik kemudian, kubuka kembali mataku. Kini aku sudah berada di kamarku dulu..namun aneh. Aku melihat diriku sendiri sedang duduk di meja belajarku.
Ini aneh, tapi aku yakin. Itu adalah diriku. Perlahan aku mendekati sosok diriku itu. Kulihat diriku sedang membaca sebuah surat. Aku tahu surat ini, bahkan sangat mengenalnya.
“Aku mohon jaga dia..” sosok diriku itu mengucapkan kalimat terakhir dari surat itu. Aku terlonjak, itu bukanlah suaraku. Dan sosok diriku itu pun berbalik, dia bukanlah diriku, dia.....

“Oppa! Oppa ireonayo...!!” tubuhku terguncang. Dengan berat, perlahan kubuka mataku. Kulihat Soo Jin berada di sampingku dengan wajah yang lusuh, keningnya terluka dan berdarah, namun tak terlalu parah.
Senyum mengembang diwajahnya, begituku membuka mata. Aku kembali tersadar, aku ingat apa yang terjadi sebelum ini. Mobil kami tengah berada di trotoar dan sedikit menabrak pembatas jalan.
Perlahan aku mengangkat kepalaku yang tertidur diatas setir mobil. Ku merasakan sedikit pening pada puncak kepalaku. Setelah ku sentuh, ternyata darah juga mengalir dari sana.
“Gwenchanayo?” tanyaku refleks pada Soo Jin. Bukan diriku yang pertama kali ku khawatirkan, tapi Soo Jin.
“Oppa! Luka ku tak seberapa. Tapi lihat luka oppa! Bahkan oppa sempat pingsan.” Soo Jin terlihat sangat khawatir. Aku hanya tersenyum karena senang mendengarnya mengkhawatirkanku.
“Nan gwenchanayo~” jawabku sambil tersenyum.
“Uuh! Oppa, masih sempat-sempatnya tersenyum pada saat seperti ini..” rajuk Soo Jin. Aku hanya kembali tersenyum. “Kenapa disini sama sekali tidak ada sinyal, aku tidak bisa menghubungi siapapun…” ucap Soo Jin lirih sambil mengangkat-angkat ponselnya berharap dengan begitu sinyal bisa memenuhi ponsel itu.
Dengan perlahan aku merogoh saku jasku. Kulihat layar ponsel, gelap. Ku tekan-tekan tombol yang ada, namun percuma.
“Sepertinya ponselku lowbat” ucapku pada Soo Jin. Raut wajah Soo Jin semakin gelisah.
“Oppa...oppa tahu? Daritadi tidak ada seorang pun yang lewat di jalan ini..aku takut...” Soo Jin menatap keluar jendela, matanya memancarkan kesedihan.
“Mianhae, nan jeongmal mianhaeyo~” aku hanya bisa menundukan kepalaku. Mungkin memang bukan saatnya aku untuk mengajaknya ketempat itu.
Dengan seluruh tubuh yang terasa sakit, kami berdua melangkahkan kaki untuk mencari tumpangan atau segala apapun yang bisa menolong kami.
“Oppa! Lihat! Disana sepertinya ada rumah!!” teriak Soo Jin sambil menunjuk kearah utara. Aku pun mengikuti arah telunjuk Soo Jin. Disana terlihat sebuah cahaya remang-remang karena letaknya yang cukup jauh.
“Kajja!” ajakku lalu. Kamipun berjalan di tengah kesunyian jalan. Angin berhembus begitu kencangnya, menerpa rambut lembut Soo Jin yang terurai indah.
Hari sudah mulai sore. Sebentar lagi matahari mulai terbenam dan bintang-bintang bermunculan. Namun, kami baru setengah jalan menuju rumah itu.
“Sepertinya, kita harus mempercepat langkah kita,” ucapku setelah melihat langit yang sudah berwarna oranye. Soo Jin hanya mengangguk dan mempercepat langkahnya sesuai yang aku katakan.
Tokk! Tokk!!
Kini kami sudah berada di depan pintu rumah itu. Hari sudah gelap dan kulihat Soo Jin sudah mulai kedinginan. Aku pun merasakan hal yang sama. Angin disini begitu kencang yang membuat suhunya jadi semakin dingin.
Ketika hendak mengetuk pintu untuk yang kedua kali, pintu pun terbuka. Seorang perempuan yang berumur sekitar 70 tahunan menyambut kami.
“Annyeong haseyo!” sapa ku dan Soo Jin berbarengan.
“Annyeong haseyo~ ada yang bisa saya bantu?” tanya perempuan tersebut.
“Ne. Apa boleh kami menumpang istirahat disini?” aku pun bertanya dengan sopan. Soo Jin hanya diam. Sepertinya ia bingung harus berkata apa.
“Oh, ne. Silahkan masuk!” ucap perempuan itu dan mempersilahkan kami masuk. Di dalam rumah kami disambut lagi oleh seorang laki-laki yang berumur lebih tua dari perempuan itu. Sepertinya mereka adalah sepasang suami istri.
Kami dipersilahkan duduk di ruang tamu itu. Rumah ini tidak terlalu luas, begitupun sangat sederhana. Namun terasa sangat nyaman karena dirawat dengan baik, bersih dan rapi, lantai yang terbuat dari papan kayu pun membuat ruangan ini menjadi hangat.
“Annyeong haseyo!” sapa laki-laki itu. Aku dan Soo Jin pun membungkukkan badan lalu duduk. Laki-laki itu kemudian menoleh kepada istrinya.
“Mereka mau menumpang istirahat” jelas sang perempuan.
“Ne,” jawabku dan Soo Jin berbarengan yang membuat kami bingung. “Jadi begini…” aku pun angkat bicara setelah aku dan Soo Jin terdiam beberapa saat dan menjelaskan kejadian yang kami alami hingga kami sampai disini sekarang.
Kamipun akhirnya berbincang-bincang sambil menikmati teh hangat dan camilan kecil yang disuguhkan oleh suami istri tersebut. Park haraboji dan Jung halmeoni, begitu mereka menyuruh kami memanggilnya.
“Hari sudah mulai larut. Lebih baik kalian membersihkan diri dulu. Sebentar, saya ambilkan handuk dan perlatan mandi,” ucap Park haraboji.
“Oh, tidak usah repot-repot,” Soo Jin berdiri hendak mencegah namun haraboji bersikeras, Soo Jin pun akhirnya kembali duduk.
“Oppa, aku merasa tidak enak,” ucapnya sambil menatapku dengan wajah sedih. Haraboji sudah pergi mengambil handuk. Kami tinggal berdua di ruangan ini.
“Tidak apa. Mereka terlihat senang dengan keberadaan kita.” Soo Jin menghela nafas berat dan menundukkan kepalanya tidak enak. Yeoja ini tetap terlihat cantik meski dalam keadaan berantakan seperti ini. Ternyata lucu juga melihat raut wajah kagetnya. Setelah beberapa lama kejadian itu berlalu, ia terlihat masih sangat tegang.
Haraboji pun datang dengan membawa dua buah handuk dan perlatan mandi lainnya. “Kamsahamnida!” Soo Jin berdiri sambil membungkukkan badannya lalu mengambil handuk dan peralatan itu. Dia terlihat merasa sangat tidak enak. Soo Jin menyerahkan handuk satunya dan perlatan mandi itu padaku.
“Kau duluan saja,” ucapku dan menyerahkan peralatan mandi itu padanya. Soo Jin menatap ku bingung dan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan−mencari sesuatu.
“Oh, kamar mandi ada di bagian timur. Dari sini lurus saja, belok kiri. Nah, disana ada dua pintu. Pilih pintu berwarna abu.” Haraboji memberi petunjuk pada Soo Jin. Soo Jin tersenyum kemudian membungkukkan badannya sekali lagi, lalu pergi menuju kamar mandi.

~~~***~~~

AUTHOR POV
“Makanan siap!”  seru Soo Jin sambil membawa semangkok besar soup. Nyonya Jung datang dari belakang membawa lauk pauk yang lain. Sedangkan Myung Soo dan Tuan Park sedang menyiapkan peralatan makan seperti mangkok, sumpit, dan sendok.
“Woa! Jarang-jarang istriku masak banyak seperti ini,” ucap Tuan Park untuk menggoda istrinya.
“Tentu saja yeobo, kita kan kedatangan tamu special.” Myung Soo dan Soo Jin hanya tersenyum mendengar kata-kata Nyonya Jung.
“Ayo, mari kita makan!” tawar Tuan Park setelah semua hidangan tersedia di meja. “Ne,” jawab Soo Jin dan Myung Soo berbarengan.
Mereka semua pun akhirnya menikmati hidangan yang di dahului oleh Tuan Park. “Oh! Makanannya sangat enak. Sudah lama rasanya aku tidak makan makanan seenak ini,” ucap Tuan Park di sela-sela makannya.
“Pasti itu karna yeoja cantik yang memasaknya, betul kan Soo Jin?” Soo Jin terkaget mendapat pertanyaan dari Nyonya Jung, lalu ia pun tersenyum.
“Jadi, kau bisa memasak Soo Jin-ah?” Pertanyaan Myung Soo langsung merubah raut wajah Soo Jin. Tuan Park dan Nyonya Jung pun tertawa terbahak-bahak.
“Ooo…kalian ini lucu sekali! Mengingatkanku saat-saat muda dulu, benarkan yeobo?” Nyonya Jung menyinggung siku suaminya.
“Tentu saja, yeobo. Mereka terlihat sangat cocok. Lihat! Wajah mereka mirip bukan?” Kata-kata Tuan Park berhasil membuat semburat merah pipi Soo Jin, Myung Soo pun hanya salah tingkah di buatnya.
“Benarkah? Banyak orang yang mengatakan kami jodoh,” ucap Myung Soo sambil menatap Soo Jin.
“Oppa!” Soo Jin pun memukul lengan Myung Soo. Tuan Park dan Nyonya Jung kembali di buatnya tertawa.
“Kami sangat senang kalian ada disini..”
“Ye. Kami juga senang bisa berada disini dan mengenal halmeoni, juga haraboji,” ucap Soo Jin dengan senyuman mengembang di wajahnya.
Hidangan di meja makan kini sudah bersih, mereka telah selesai makan malam. “Sudah selesai?” tanya Myung Soo pada Soo Jin yang baru saja datang dari dapur untuk membantu Nyonya Jung mencuci piring. Soo Jin pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan Myung Soo dan duduk di sampinya.
“Sepertinya kalian sudah lelah,” ucap Tuan Park. “Yeobo! Apa kamarnya sudah siap?” teriaknya pada Nyonya Jung yang berada di dapur.
“Ye!” jawab Nyonya Jung singkat. “Mari, haraboji antar ke kamar..” Mereka pun berdiri dan berjalan mengikuti Tuan Park.
“Oh ya! Maaf, disini hanya ada dua kamar, jadi tak apa kan jika kalian berbagi kamar..” ucap Tuan Park setelah mereka sampai di depan kamar.
“Mwo?” Soo Jin berhenti melangkah. Matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka saking kagetnya. Ia menatap Tuan Park tak percaya.
“Ne. Tidak apa. Kamsahamnida!” ucap Myung Soo lalu membungkukkan badannya yang kemudian diikuti oleh Soo Jin.
“Yasudah. Selamat beristirahat.” Tuan Park pun pergi meninggalkan mereka berdua.

~~~***~~~

“Oppa…” ucap Soo Jin pada Myung Soo. Matanya tajam menatap mata Myung Soo.
“Ya! Waeyo? Kenapa kau melihatku seperti itu!” Myung Soo bergidik dilihat seperti itu oleh Soo Jin.
“Awas kalau oppa berani macam-macam!” ancam Soo Jin. Ia mengambil tumpukan selimut dan guling untuk di jadikan pembatas antara wilayahnya dan Myung Soo.
“Ya! Apa yang kau lakukan?!” Myung Soo terkaget karena selimutnya tiba-tiba ditarik Soo Jin.
“Ini wilayahku dan itu wilayah oppa, arraseo?” Soo Jin menepuk-nepuk kasurnya dan menunjuk kasur di sebelahnya. Kemudian ia pun merapikan tempat tidurnya lalu berbaring. Myung Soo pun ikut berbaring di tempatnya.
“Soo Jin-ah…” panggil Myung Soo setelah beberapa lama suasana hening.
“Ne” jawab Soo Jin pelan.
“Kau belum tidur?” tanya Myung Soo.
“Padahal aku sudah mengantuk, tapi entah kenapa aku tidak bisa tidur, oppa…”
“Mau kunyanyikan sebuah lagu?”
“Ne. Aku ingin mendengar oppa menyanyi…”
I have died everyday waiting for you
Darling don’t be afraid I have loved you
For a thousand years, I’ll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me, I have loved you
For a thousand years, I’ll love you for a thousand more~~

Myung Soo berhenti bernyanyi. Hening~ tak ada respon dari Soo Jin. “Soo Jin-ah?” panggil Myung Soo.
“…” Tak ada jawaban. Myung Soo bangun dari tidurnya. Ia melirik kearah Soo Jin. Didapatinya Soo Jin tengah tertidur nyenyak. Myung Soo pun tersenyum. Wajah Soo Jin begitu damai dan tenang saat tidur, seperti anak kecil. Myung Soo pun tertawa kecil mendapati bahwa yeojachingu-nya ini memang seperti anak kecil. Ini kali keduanya ia melihat Soo Jin tertidur.
Myung Soo melirik levis di tangannya. Pukul 10 malam. Ia harus segera tidur, besok ia masih harus mengurus mobilnya. Ia kembali berbaring di tempatnya, kemudian menghadap ke Soo Jin. Lalu di gesernya pembatas yang terbuat dari selimut dan guling itu sejajar dengan kepalanya. Kini ia dapat melihat wajah Soo Jin dengan jelas.
“Jaljayo, Good Night~” bisiknya lalu matanya pun terpejam.

~~~***~~~

Mataku perlahan terbuka. Silau cahaya matahari yang menyeruak di kamar ini membangunkanku dari tidur malamku yang nyenyak. Aku pun bangun dari kenyamanan tempat tidurku dan terduduk disana.
“Hyung, kau sudah bangun…” Sosok di dekat jendela berkata. Aku tak dapat melihat wajahnya, ia berdiri tepat di depan cahaya matahari yang menyilaukan itu.
“Kau−“
“Hyung, aku kesini hanya sebentar, jadi tolong dengarkan aku..” Aku pun terdiam mendengar kata-kata itu.
“Aku datang untuk mengingatkanmu. Kau ingat permohonan terakhirku?”
“Permohonan?” tanyaku bingung.
“Jaga dia.” Sosok itu semakin mendekat, namun itu membuat sosok itu semakin tak terlihat.
“Jaga dia..” Seolah terhipnotis, aku mengikuti ucapannya.
“Ya, jaga dia!”
Sosok itu berjalan semakin dekat, semakin dekat…

HAAA!!!



_~*To Be Continued*~_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .