Title:
The Most Beautiful Gift
Author:
NaNa Jji
Length:
Chaptered
Genre:
Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC) || Kim
Myung Soo (INFINITE)
Support Casts:
Park Cho Rong (A
Pink) || Nam
Joo Hyun (OC) || Park Shin Ah (OC)
|| Park So Hyun (OC) || Park Chan Yeol (EXO-K)
Previous Chap:
“Aku didak engadakan hal idu!!!” So Hyun berteriak kearah
Joo Hyun dengan mulut yang masih dipenuhi roti. Seluruh kantin masih menatap
kearah mereka dan suasana menjadi hening.
Shin Ah berdiri lalu melambai-lambaikan tangannya mencoba
untuk mengkonfirmasi bahwa tidak terjadi apa-apa. Soo Jin dan Myung Soo hanya
saling menatap satu sama lain. Di otak mereka berpikir, “Apa yang sedang
mereka bicarakan???”
Terlihat beberapa siswi sedang berbisik-bisik. Sepertinya
Myung Soo telah menjadi siswa populer di sekolah itu padahal baru beberapa hari
ia menjadi siswa disana. Wajah tampan dan kepintaran diatas rata-rata
membuatnya semakin cepat menjadi buah bibir di sekolah itu.
Tatapan sinispun akhirnya tertuju pada Soo Jin. Soo Jin
yang hanya seorang siswi biasa bukan siswi populer tentu mengundang penasaran
yeoja-yeoja itu.
Merasa Soo Jin di pandangi seperti itu, Myung Soo
langsung menarik Soo Jin pergi dari kantin. Tanpa melawan, Soo Jin terus
mengikuti Myung Soo.
~~~***~~~
“Waaahh~ sepertinya oppa punya banyak fans, ya??” Soo Jin mencoba memecah keheningan sejak mereka
duduk di taman itu. Tempat dan bangku yang sama dengan yang mereka kunjungi
kemarin.
“Itu tak perlu dibanggakan, semakin lama semuanya akan berlalu~” Myung Soo menjawab
dengan bijak.
Hening kembali~
“Aku menyukaimu...” ucap Myung Soo dengan penuh
ketulusan. Soo Jin terkesiap, namun ia berusaha untuk tenang, ia pun bingung harus menjawab apa.
Tak ada suara yang keluar dari mulut Soo Jin. Myung Soo menyesal telah mengatakan
hal itu tanpa berpikir resikonya. Soo Jin merasa bahwa ini semua salah, ia
berharap ini hanya mimpi. Namun ketika ia membuka mata, semuanya masih sama,
tak ada yang berbeda. Dan ia sadar bahwa ini bukan mimpi.
“Mian..aku harus pergi sekarang~” Soo Jin bangkit dari
duduknya.
“Mianhae~” Myung Soo menahan tangan Soo Jin. Soo Jin pun
tak ingin melawan, ia tetap pada posisinya yang kini membelakangi Myung Soo.
“Kau tak harus menjawabnya sekarang.”
“Maaf. Aku tak bisa,” potong Soo Jin cepat. Mendengar jawaban Soo Jin, Myung
Soo langsung melepas genggamannya dari tangan itu. Dan Soo Jin pun pergi dengan penuh kebingungan. Myung
Soo hanya menunduk penuh penyesalan dan melihat punggung Soo Jin yang semakin
menjauh hingga tak terlihat lagi.
~~~***~~~
“Soo Jin-ah~ kenapa aku tak pernah melihat Myung Soo oppa
ya??” So Hyun bertanya dengan polos dan langsung saja kakinya diinjak oleh Joo
Hyun.
“Kau itu! Apa kau tidak tahu mereka sedang ada masalah?”
bisik Shin Ah pada So Hyun. Raut muka So Hyun langsung berubah ketika mendengar
ucapan Shin Ah.
“Kenapa bisa?” So Hyun malah bertanya dengan suara keras
dan sekali lagi harus mendapatkan rasa sakit karena kakinya diinjak oleh Shin
Ah dan Joo Hyun.
“Sudahlah,, itu bukan salahnya. Memang seharusnya dia
tahu kan?” Soo Jin akhirnya angkat bicara. Dan ia pun mulai menceritakan
kejadian 3 hari lalu itu.
“Ya! Kenapa kau tidak menerimanya saja, hm??” tanya So
Hyun setelah Soo Jin selesai bercerita. Namun kali ini bukan injakan kaki yang
So Hyun dapat, tapi jitakan indah telah mendarat di keningnya.
“Sudahlah..kali ini aku tidak ikut campur. Kuserahkan
pada kalian saja. Aku pergi.” Soo Jin berjalan
keluar kelas. Shin Ah dan Joo Hyun hanya menatap garang kearah So Hyun.
“Kau urus dia..aku pergi sebentar.” Joo Hyun memberi isyarat kepada Shin Ah.
~~~***~~~
“Soo Jin-ah~” Joo Hyun menatap mata Soo Jin lekat-lekat.
Terlihat raut kesedihan di matanya.
Joo Hyun sungguh tak bisa melihat sahabatnya sedih seperti ini. Diantara mereka
berempat, Soo Jin dan Joo Hyun lah yang paling dekat, karena mereka memiliki
banyak sekali kesamaan. Jadi, apapun yang dirasakan Soo Jin, Joo Hyun juga tahu
bagaimana rasanya dan begitu sebaliknya.
“Aku sangat tahu dirimu. Jadi, tolonglah untuk
mempertimbangkan apa yang akan aku katakan nanti..” Joo Hyun memulai
pembicaraan dengan sangat hati-hati. Soo Jin mulai memperhatikan Joo Hyun.
‘Suasana yang tepat’
pikir Joo Hyun. Mereka sedang berada di atap gedung tempat dulu Soo Jin dan Jong Dae sering bertemu.
Soo Jin duduk sambil memeluk kakinya dan bersandar ditembok, lalu Joo Hyun pun
ikut duduk seperti itu.
“Aku tahu, mungkin ini berat untuk mu..Tapi, cobalah kau
berpikir. Hidupmu tak hanya sampai disini. Cobalah, kau buka perlahan-lahan hatimu untuk orang lain.
Myung Soo oppa orang yang baik.”
Joo Hyun berhenti untuk mengambil nafas, lalu melanjutkan
ucapannya lagi. “Dan dia mencintaimu.” Kata-kata itu keluar dari mulut Joo Hyun penuh dengan
penekanan.
“Tapi, Joo−“
“Aku tahu kau bisa. Aku selalu ada bersamamu, begitupun dengan Shin Ah, So Hyun,
Cho Rong eonni, dan banyak orang yang menyayangimu, tak terkecuali Jong Dae oppa yang selalu
menyertaimu… Percaya padaku.”
Joo Hyun menepuk pundak Soo Jin dan bangkit dari
duduknya. “Cobalah...atau tak akan sama sekali.” Setelah mengucapkan
itu Joo Hyun langsung pergi meninggalkan Soo Jin sendirian.
~~~***~~~
“Huft~~” Soo Jin menghempaskan dirinya di bangku taman. Pulang
dari sekolah ia langsung melangkahkan kakinya ke taman ini−taman areal
apartementnya.
“Hmm..sepertinya seorang sedang bersedih hingga langit
menjadi mendung seperti ini..” Myung Soo berbicara sambil duduk di samping Soo
Jin, sontak membuat yeoja itu terkejut. Myung Soo terus
menatap lurus kedepan tanpa menghiraukan Soo Jin dengan ekspresi kaget di sebelahnya.
Soo Jin menatap Myung Soo penuh kebingungan. Entah kenapa
ia merasa sangat senang melihat namja ini. Ia memperhatikan setiap lekuk wajah
Myung Soo. Ia rindu dengan wajah ini. ‘Apa
yang kau pikirkan Soo Jin-ah?? Ani! Ani!’ Soo Jin tersadar dari lamunannya
dan langsung menundukan kepalanya.
“Waeyo?” Myung Soo kini telah mengarahkan kepalanya
kearah Soo Jin. “Aniya..” ucap Soo Jin masih menunduk. Myung Soo hendak menatap
lurus kedepan hingga akhirnya Soo Jin bertanya. “Oppa kemana saja?”
“Kau merindukanku, hm?” Myung Soo tersenyum sambil
mengacak rambut Soo Jin.
“Ne..” jawab Soo Jin gamblang.
“Mwo?” Myung Soo terkaget mendengar itu. Ia tak menyangka
bahwa jawaban itulah yang akan keluar dari mulut Soo Jin.
“Setelah aku pikirkan..mungkin tak ada salahnya jika aku
berusaha mencoba..” Myung Soo sempat tak mengerti dengan ucapan Soo Jin, hingga
beberapa detik ia mencermati kata demi kata, akhirnya ia mengerti.
“Jinjja?!” Myung Soo bertanya dengan semangat. Soo Jin
hanya mengangguk sambil tersenyum. Dengan semangat dan senyum yang tak lepas
dari wajahnya, Myung Soo mengacak-ngacak rambut Soo Jin dan berlari menjauh.
“Oppa!!” seru Soo Jin lalu berlari mengejar Myung Soo. Mereka berdua akhirnya saling mengejar satu sama lain di
taman itu.
“Aku lelah oppa..” Soo Jin memegangi lututnya. Dilihatnya
kini sebuah sepatu tengah berada di hadapannya, iapun mendongak.
Myung Soo tersenyum kearah Soo Jin, begitupun dengan Soo
Jin yang tersenyum sangat manis. Mereka saling menatap satu sama lain. Desir
perasaan yang berbeda mereka rasakan. Detak jantung mereka semakin cepat,
gugup. Tapi mereka merasa sangat nyaman.
Butir-butiran salju tiba-tiba turun dan hinggap di atas
permukaan. Rambut dan pakaian Soo Jin serta Myung Soo menjadi tempat bersandar
salju-salju tersebut, tapi mereka tetap terpaku disana. Terpaku pada perasaan yang kini memenuhi benak
mereka.
~~~***~~~
“Oppa! Aku ingin bercerita padamu!” Soo Jin berjalan dengan
sedikit berloncat-loncat.
“Sudah kuduga. Sejak tadi aku sudah curiga melihatmu
tersenyum sampai seolah rahangmu akan lepas! Hahaha!!” Chan Yeol tertawa dengan sangat lepas, tak menghiraukan sekeliling
yang sedang memperhatikan mereka berdua.
“Oppa!! Aku serius!” Soo Jin menghentakkan kakinya dan berhenti
berjalan. Senyum Chan Yeol mengembang.
Sungguh, ia sangat senang melihat Soo Jin bisa kembali ceria seperti dulu dan
melupakan masalah tentang Jong Dae.
“Waeyo, Jinie-ah?? Hmm?” Chan Yeol mendekati Soo Jin, mecoba untuk membujuknya. “Oppa!!”
teriak Soo Jin kembali riang. “Aku..baru saja menjadi....yeojachingu
seseorang...” ucap Soo Jin malu-malu.
“Mwo?!” Chan
Yeol
terkaget, namun ia berusaha untuk terlihat sedatar-datarnya. Soo Jin mengangguk
semangat dan masih dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya.
“Nugu??” tanya Chan
Yeol
hati-hati.
“Hmm... Myung Soo oppa!” jawab Soo Jin riang.
“Hmm? Nugu?!” Chan Yeol menatap Soo Jin tajam. Berharap apa yang ia dengar
salah.
“Kim Myung Soo! Itu nama namja-ku, oppa kenal??”
Deg! Ternyata apa yang Chan Yeol dengar tidak salah. Memang itu orang yang sedang mereka
bicarakan sekarang. Raut wajah Chan
Yeol
langsung berubah. Senyumnya memudar.
“Oppa..oppa kenal?” tanya Soo Jin sekali lagi. Chan Yeol pun tersadar. “Hmm? Sepertinya
aku harus pergi sekarang!” tanpa menunggu jawaban dari Soo Jin, ia langsung
berlari begitu saja meninggalkan
Soo Jin sendirian.
Kebingungan kini meliputi Soo Jin. ‘Ada apa dengan Chan Yeol
oppa? Apa ada yang aneh dari Myung Soo oppa??’pikir Soo Jin. Setapak demi
setapak kakinya melangkah di trotoar ini. Tadi untuk pertama kalinya ia pulang
sekolah bersama Chan Yeol lagi. Sejak kejadian itu ia tak pernah
melihat Chan Yeol atau memang hanya dirinya yang terlalu menutup diri?
Tiit! Tiit!! Bunyi klakson mobil mengagetkan Soo Jin. Sebuah
mobil sport berhenti di samping trotoar tempatnya berjalan. Soo Jin terus
melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan mobil itu.
Tiiitt! Tiiittt! Suara klakson mobil itu kembali
terdengar, namun kini lebih panjang dan nyaring. Soo Jin dengan kesal
membalikkan badannya untuk melihat mobil tersebut.
Seseorang melambaikan tangannya ketika Soo Jin
berbalik−Myung Soo−namja di dalam mobil tersebut.
“Oppa!!! Tumben?” Soo Jin berjalan mendekati Myung Soo
dengan kesal lalu masuk kedalam mobil setelah Myung Soo memberinya kode untuk
masuk.
“Oppa ingin mengajakmu kesuatu tempat..” Myung Soo
menjawab dengan riang.
“Eodiga?” Soo Jin bertanya di depan pintu mobil Myung
Soo.
“Ssstt..!” Myung Soo menaruh telunjuk di depan bibirnya
dan memberi kode Soo Jin untuk masuk kedalam mobil.
“Kenapa oppa harus membunyikan klakson seperti itu?!”
komentar Soo Jin dengan kesal setelah ia duduk di samping Myung Soo. “Kan bisa
dengan memanggil namaku saja..” lanjut Soo Jin.
“Oh ya?? Tapi sayang aku sudah melakukannya...” Myung Soo
berpura-pura kecewa.
“Oh? Jinjjayo?? Aku tak mendengarnya!” Soo Jin terlonjak
kaget dan memasang wajah bersalah.
“Makanya..jangan memikirkanku terus seperti itu~” Myung
Soo berkata dengan geernya.
“Siapa yang memikirkan oppa!” elak Soo Jin setengah
bohong.
“Jeongmal?? Tapi kenapa mukamu merah begitu..??” Myung
Soo kembali menggoda Soo Jin.
“Hmm..eemmm...itu, itu karena tadi cuaca di luar sangat panas! Ye.
Panaassss sekaliii!!” Soo Jin mengipas-ngipaskan tangannya seolah ia
benar-benar kepanasan. Myung Soo hanya terkekeh melihatnya.
“Oppa? Waeyo??” tanya Soo Jin setelah beberapa lama Myung
Soo menatap kearahnya. “Hmm, ani. Cuma..itu! Di wajahmu ada coretan pulpen!”
Myung Soo berbohong.
Namun kepolosan Soo Jin membuatnya tak mengetahui
kebohongan itu. Ia tetap saja menggosok-gosokan tangan di wajahnya dan beberapa
kali bertanya pada Myung Soo apakah coretan itu sudah hilang. Myung Soo hanya
bisa tertawa melihat tingkah Soo Jin.
Myung Soo selalu merasa hal ini bila di dekat Soo Jin.
Nyaman. Ia merasa sangat senang ketika Soo Jin bersikap manja padanya. Dan
Myung Soo tahu, inilah perasaan itu. Perasaan yang orang-orang sulit
mendapatnya, karena dunia ini telah dipenuhi dengan kepalsuan. Perasaan yang
selama ini belum pernah ia temui bahkan ia rasakan, hingga ia berada disini.
Bersama Soo Jin. Semua itu seakan bisa mengubah hidupnya yang seperti garis
lurus. Apa yang ia ingin, selalu berjalan dan terkabulkan dengan mudah. Pintar,
tampan, kaya, teman, semua itu membuat hidupnya mudah-mudah saja. Ditambah lagi
kehadiran Soo Jin disisinya. Sempurna. Ya, sejauh ini hidupnya memang sempurna.
“Oppaaaa!!!!!” teriakan Soo Jin membangunkan Myung Soo
dari lamunannya. Di depannya seekor anak anjing tengah melintas. Dengan cepat
Myung Soo membanting setirnya.
BRAAKKK!!!
_~*To Be Continued*~_
Komentar
Posting Komentar