Title:
The Most Beautiful Gift
Author:
NaNa Jji
Length:
Chaptered
Genre:
Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC) || Kim
Myung Soo (INFINITE)
Support Casts:
Park Cho Rong (A
Pink) || Nam
Joo Hyun (OC) || Park Shin Ah (OC)
|| Park So Hyun (OC) || Park Chan Yeol (EXO-K)
Previous Chap:
“Ya, jaga dia!”
Sosok itu berjalan
semakin dekat, semakin dekat…
HAAA!!!
AUTHOR POV
Myung Soo bangun dari
tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal, peluh bercucuran di keningnya. Kemudian ia
pun mengedarkan pandangannya sekeliling. Ia lalu menghela nafas lega. Ternyata
semua itu hanya mimpi. Kini ia masih berada di kamar tempatnya kemarin menginap
bersama Soo Jin. Ia kembali menoleh kesamping, tempat tidur Soo Jin sudah rapi.
Pintu terbuka, Soo Jin
masuk dengan senyum bertengger di wajahnya. “Oppa, sudah bangun?” tanyanya,
lalu menghampiri Myung Soo.
“Ne. Baru saja,” ucap
Myung Soo sambil membereskan tempat tidurnya.
“Biarkan saja, oppa.
Nanti aku yang bereskan. Lebih baik oppa keluar untuk minum, aku sudah buatkan
teh hangat di atas meja.” Soo Jin kemudian mengambil selimut Myung Soo lalu
melipatnya.
“Soo Jin-ah..” Tangan
Myung Soo kini memegang tangan Soo Jin yang memegang selimut. Soo Jin menoleh dengan salah satu alis terangkat.
Myung Soo tersenyum.
“Kalau seperti ini,
kita terlihat seperti suami istri,” ucap Myung Soo jahil. Soo Jin langsung
membelalakan matanya dan secara refleks memukul tubuh Myung Soo. “Oppa!!”
teriaknya.
“Hei, hei, hei!” Myung
Soo memegang kedua tangan Soo Jin. Wajah mereka kini berhadapan. Dua pasang
mata itu saling menatap satu sama lain. Degup jantung keduanya tak beraturan.
Hati mereka berloncat-loncat gembira, pikirannya tak mampu berkata. Suasana pun
menjadi hening.
~~~***~~~
“Kamsahamnida!!” Myung
Soo dan Soo Jin membungkukan badannya kearah Tuan Park dan Nyonya Jung. Mobil
mereka sudah di perbaiki, waktu pun harus membawa mereka kembali ke Seoul.
“Kalian harus hati-hati
di jalan.” Nyonya Jung memeluk Soo Jin dengan haru.
“Myung Soo, kau harus
menjaga Soo Jin dengan baik..” Tuan Park menepuk pundak Myung Soo.
“Sering-seringlah
berkunjung kemari!” Tuan Park dan Nyonya Jung pun melambaikan tangannya setelah
Myung Soo dan Soo Jin masuk kedalam mobil.
~~~***~~~
“Sampai sini saja,
oppa..” Mereka sudah berada di depan apartement Cho Rong. Perjalanan tadi cukup
melelahkan, namun berjalan dengan lancar. Mereka pun tak ingin kejadian kemarin
terulang lagi.
“Ani. Aku tetap harus
mengantarmu. Lagi pula apartement ku hanya selangkah dari pintu ini, aku bisa
pulang kapan saja,” ucap Myung Soo santai lalu memencet bel apartement Cho
Rong. Pintu pun terbuka. Muncul empat kepala dari dalam. Cho Rong, Joo Hyun,
ShinAh, dan So Hyun langsung meneriaki nama Soo Jin begitu melihat yang punya
nama ada di depan mata mereka.
“Kau kemana saja??!”
tanya So Hyun begitu mereka masuk ke dalam apartement dan duduk di ruang
tengah.
“Maafkan kami. Ini
semua sangat di luar dugaan. Saat aku ingin mengajak Soo Jin kesuatu tempat,
kami mengalami kecelakaan kecil dan mesin mobil kami sedikit bermasalah. Jadi,
…” Myung Soo pun menceritakan semua peristiwa yang mereka lalui seharian itu.
“Soo Jin-ah~ lebih baik
sekarang kamu istirahat. Dan Myung Soo, lebih baik kau pulang dan istirahat
juga.” Cho Rong langsung saja menarik Soo Jin masuk ke kamarnya. Myung Soo
langsung berdiri dan melangkahkan kakinya keluar.
“Aku kasihan dengan
mereka berdua..” ucap Shin Ah lirih begitu melihat pintu apartement ditutup dan
Myung Soo sudah berada di luar.
“Iya, seharusnya semua
tidak berjalan seperti ini..” timpal Joo Hyun yang juga terpaku pada pintu
apartement itu.
“Tak apa jika kita
melakukan ini? Aku tidak yakin.” So Hyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Ne. Kita harus
melakukannya…setidaknya, itu yang Cho Rong eonni katakan…”
~~~***~~~
“Eonni, aku berangkat
ke sekolah!!” teriak Soo Jin dan langsung berlari menuju pintu.
“Tunggu!!” langkahnya
pun terhenti oleh teriakan Cho Rong lalu ia membalik badannya. “Biar aku yang
mengantarmu..” lanjut Cho Rong.
“Tidak usah eonni, aku
bisa berangkat bersama Myung Soo oppa. Sekolah kami kan satu kawasan,” elak Soo
Jin.
“Tidak usah. Eonni
juga..mau sekalian jalan-jalan aja.” Soo Jin pun mengangguk mengerti. Akhirnya
Cho Rong bernapas lega, memang sulit untuk mencari alasan jika bicara dengan
Soo Jin.
“Baiklah, aku akan
menemui Myung Soo oppa untuk mengatakannya..” Soo Jin hendak melangkahkan kaki,
namun di tahan lagi oleh Cho Rong.
“Lebih baik mengirim
pesan saja, lebih menghemat waktu…” Cho Rong pun tersenyum meyakinkan, direspon
sebuah senyum juga oleh Soo Jin. Cho Rong bersyukur dengan otaknya hari ini.
Awal yang bagus, pikir Cho Rong.
“Gomawo eonni!” Soo Jin
turun dari mobil setelah mereka sampai di depan sekolahnya. “Ye. Eonni pergi
dulu, annyeong!!” Mobil itu lalu melenggang jauh, meninggalkan Soo Jin yang
masih menatapnya di depan gerbang.
“YA!!” teriak Chan
Yeol mengagetkan Soo Jin.
“Oppa!! Kau mengagetkanku saja!” Soo Jin melangkahkan kakinya masuk ke gedung
sekolah itu, Chan Yeol mengekor di belakangnya.
“Ku dengar, kemarin kau
tidak pulang, kau kemana saja??” interogasi Chan
Yeol. “Hanya sedikit
masalah kecil, sehingga aku harus menginap di rumah warga sekitar..” jawab Soo
Jin masih terus berjalan.
“Dengan siapa? Namja-mu
itu??” Chan Yeol sudah mensejajarkan jalannya dengan Soo Jin. Soo
Jin mengangguk. “Kau tidak apa-apa kan?” lanjut Chan
Yeol.
“Nan gwenchanayo. Myung
Soo oppa menjagaku dengan baik.” Mereka sampai di tempat kumpulan loker.
“Aku tidak yakin..”
ucap Chan Yeol saat Soo Jin membuka pintu lokerya. Soo Jin menatap Chan
Yeol meminta penjelasan.
“Apa dia benar-benar menyukaimu? Bukankah kalian baru saja mengenal…”
Soo Jin menutup pintu
lokernya sedikit keras. “Oppa! Apa maksud, oppa?! Bahkan oppa tidak
mengenalnya, kenapa oppa bisa bicara seperti itu?!”
“Soo Jin-ah, aku−“
“Sudahlah oppa,
sebentar lagi mau bel, lebih baik oppa masuk ke kelas,” ucap Soo Jin ketus lalu
melangkahkan kakinya menuju kelas.
~~~***~~~
“Soo Jin-ah! Bagaimana
jika pulang sekolah nanti kita jalan-jalan??” ucap Shin Ah saat mereka duduk di
kantin.
“Iya! Kita bertiga sudah
sepakat. Kamu harus ikut!!” ucap So Hyun menimpali. Joo Hyun hanya menatap Soo
Jin cemas, kemudian menatap Shin Ah dan So Hyun penuh tanya, namun Shin Ah dan
So Hyun tersenyum meyakinkan.
“Sepertinya aku tidak
bisa, aku sudah janji pada Myung Soo oppa untuk pulang bersama,” ucap Soo Jin
lalu menyeruput susu kotak di tangannya.
“Ayolah, kita sudah
jarang jalan-jalan bertiga kan?” Akhirnya Joo Hyun membuka mulut juga.
“Tapi−“
“Sejak kau bersama
Myung Soo oppa, kau sudah jarang bermain bersama kami,” sindir So Hyun. Soo Jin
berhenti menyeruput susunya, ia menatap kawannya satu per satu. Tatapan mereka
semua sama. Menuntut.
“Aku tidak suka kau
seperti ini..”
“Kau berubah belakangan
ini..”
Ucapan Shin Ah dan Joo
Hyun membuat Soo Jin semakin terpojok. Soo Jin bingung dengan mereka, ia merasa
terhakimi.
“Yasudah, kita akan
jalan-jalan sepulang sekolah. Sekarang aku mau mencari Myung Soo oppa dulu
untuk memberitahunya..” Soo Jin berdiri dari duduknya.
“Jangan!” ucap Shin Ah
sedikit histeris. Semua kini menatapnya, Joo Hyun dan So Hyun menatapnya cemas,
takut ia akan mengatakan yang tak diinginkan. Sedangkan Soo Jin tetap setia
menunggu ucapan dari Shin Ah.
“Tadi, Baek Hyun oppa
bilang kalau dia dan Myung Soo oppa sedang melakukan praktek, jadi mereka tidak
bisa ditemui. Lebih baik kau menelponya saja, oh tidak, maksudku kirim pesan
akan lebih baik,” ucap Shin Ah sedikit tergagap.
Mereka bertiga menatap
Soo Jin cemas. Siap menunggu respon dari Soo Jin. Soo Jin kembali duduk dan
mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Myung Soo. Kawan-kawannya
menghela napas lega, mereka tahu, seharusnya tidak semudah itu untuk membohongi
Soo Jin.
~~~***~~~
“Eonni…menurutmu,
apakah aku baik-baik saja?” tanya Soo Jin pada Cho Rong yang sedang menyiapkan
makan malam untuk mereka berdua. Sedangkan Soo Jin ada di ruang tengah
mengejarkan tugas sambil menonton TV.
“Maksudmu apa?
Pertanyaanmu kenapa aneh begitu??” Cho Rong menghampiri Soo Jin dengan membawa
beberapa peralatan makan. Soo Jin pun membereskan bukunya dan membantu Cho Rong
menata alat-alat tersebut.
“Shin Ah, Joo Hyun, dan
So Hyun bilang belakangan ini aku sering berubah sejak mengenal Myung Soo
oppa…” Cho Rong hanya menatap Soo Jin. “Dan entah kenapa, tadi pagi Chan Yeol
oppa mengatakan hal aneh..” lanjut Soo Jin.
“Hal aneh?? Apa yang
dia katakan?”
“Dia juga bicara
tentang Myung Soo oppa..” Soo Jin menggantungkan kata-katanya. “Katanya ia tak
percaya dengan Myung Soo oppa..” Soo Jin menatap mata Cho Rong, Cho Rong hanya
diam, ia perlu berpikir sejenak.
“Tapi, aku yakin itu
hanya perasaan mereka saja!” Soo Jin kembali melakukan aktivitasnya.
“Tidak.” Akhirnya Cho
Rong membuka mulut. Soo Jin kembali diam dan menatap eonni-nya. “Chan Yeol
tidak salah. Aku rasa aku setuju dengan Chan Yrol, begitupun dengan
kawan-kawanmu itu.” Ucapan Cho Rong membuat Soo Jin hampir terlonjak. Dunia
benar-benar sedang menghakiminya sekarang.
“Heh?? Apa maksudnya
ini?” Soo Jin terduduk lemas. Ia mencoba berpikir sejernih mungkin, tapi tidak
bisa. Ini terlalu salah untuknya. Ia pun kembali menatap Cho Rong penuh harap,
berharap ia akan meralat ucapannya dan berkata ia salah. Tapi, tampaknya mata
Cho Rong sama sekali tak membantu Soo Jin.
“Ada apa ini? Kenapa semuanya
jadi memojokkan Myung Soo oppa?! Dia orang yang baik!”
“Tapi kami tahu, dia
tidak baik untukmu..”
“Memangnya apa yang
kalian ketahui tentang Myung Soo oppa?! Kalian tidak mengenalnya! Aku lebih
tahu dia! Dia bukan orang seperti itu!!” teriak Soo Jin. Ia masih tak percaya
semua ini. Dengan marah ia masuk ke kamar dan meninggalkan Cho Rong begitu saja
di ruang tengah.
“Ya. Kita memang tidak
mengenal Myung Soo sepertimu. Tapi, kita tahu sesuatu yang tidak kamu ketahui…”
ucap Cho Rong dalam hati. Ia tetap menatap pintu yang beberapa detik lalu di
tutup dengan kasar oleh Soo Jin.
Soo Jin menangis
sejadi-jadinya. Ia membenamkan kepalanya di bawah bantal. Kenyataan ini begitu
menyakitkan baginya. Ia merasa dirinya baik-baik saja selama ini, bahkan ia
merasa lebih baik saat bersama Myung Soo, terutama perasaannya. Ia kembali
teringat dengan Jong Dae, tangisnya semakin menjadi.
“Oppa, kenapa semua jadi seperti ini?? Apa kau memang selalu berada
disisiku? Tapi kenapa kau biarkan aku jadi seperti ini sekarang?! Aku tidak
bisa, oppa..terlalu susah untukku mencerna semua ini dan menerimanya begitu
saja!!”
Soo Jin meraih cincin
yang selama ini menjadi liontin di kalungnya. Ia tak akan pernah melupakan Jong
Dae, meski Myung Soo telah ada di sampingnya. Jong Dae, namja pertama yang
telah membuatnya merasakan perasaan yang indah ini.
“Indah?
Cih. Apa perasaan ini patut di bilang indah?? Ya. Aku memang merasa indah, tapi
indah itu tenggelam begitu saja sekarang. Selalu seperti itu. Indah hanya pada
awalnya dan akan berakhir selalu seperti ini. Sakit.”
Mata Soo Jin mulai
lelah. Lelah menangis, lelah untuk terus menatap kenyataan. Perlahan mata itu
mulai terpejam. Hanya itu yang bisa menenangkannya sejauh ini.
~~~***~~~
Soo Jin melangkahkan
kakinya dengan lemah. Beberapa hari sudah ia tak dapat bertemu dengan Myung
Soo, hanya komunikasi melalui telepon lah yang setidaknya dapat menghubungkan mereka.
Semua yang ada di
sekitarnya seakan menjauhkannya dari Myung Soo. Bahkan mereka tak segan-segan
untuk melarangnya secara langsung.
Pulang sekolah ia
selalu sendiri atau terkadang bersama Chan Yeol. Dari semua, Chan Yeol lah yang
paling melarang hubungannya dengan Myung Soo. Karena perilaku mereka semua, Soo
Jin pun harus selalu berbohong pada Myung Soo, ia tak pernah menceritakan
kejadian ini pada Myung Soo.
Namun, hari ini ia
sangat rindu dengan Myung Soo. Ia butuh Myung Soo, sekarang tak ada yang bisa
mengerti perasaannya. Hanya Myung Soo satu-satunya yang tidak menghakiminya.
Soo Jin melangkahkan
kedua kakinya menuju taman di dekat apartement. Ia selalu ingat saat-saat ia
bersama Myung Soo di taman ini. Ia duduk di bangku yang sering ia tempati
bersama Myung Soo, mengelus permukaan kayu itu dengan lirih. Seharunya,
sekarang ia berada disini bersama Myung Soo.
“Soo Jin-ah..” Suara
itu mengalun begitu lembut, suara itu sangat ia rindukan. Soo Jin menggeleng.
Ini hanya karena aku terlalu merindukannya, pikir Soo Jin.
“Soo Jin-ah..” Sekali
lagi suara itu terdengar. Dengan ragu Soo Jin menoleh kearah sumber suara.
Hatinya meloncat girang begitu melihat Myung Soo tengah berdiri di sampingnya.
Soo Jin berdiri dan
langsung memeluk Myung Soo begitu saja. Myung Soo pun membalas pelukan Soo Jin.
Air mata Soo Jin kini tak bisa ditahan lagi, ia menangis dalam dekapan Myung
Soo.
“Wae ireoni?” tanya
Myung Soo sambil mengelus lembut pucak kepala Soo Jin.
“Aniyo. Aku hanya
terharu…” ucap Soo Jin bohong. “Apa kau begitu merindukanku?” tanya Myung Soo.
Matanya menyiratkan kesedihan yang sama dengan Soo Jin.
Soo Jin hanya
mengangguk, ia tak mampu lagi berkata. Ia harap waktu berhenti saat ini,
membiarkan dirinya sejenak larut dalam kebahagiaan.
“Aku ingin bicara
sesuatu,” ucap Soo Jin dan Myung Soo
berbarengan. Mereka pun melepas pelukannya dan saling tersenyum.
“Aku pikir, suatu
tempat yang jauh darisini akan lebih baik..” Soo Jin mengutarakan pendapatnya.
“Aku rasa juga
begitu..”
~~~***~~~
“Soo Jin-ah…” “Oppa…”
ucap Soo Jin dan Myung Soo bersamaan. Mereka duduk di bawah sebuah pohon cherry
besar. Tempat piknik ini begitu ramai, tak hanya di ramaikan oleh para
pengunjung, namun juga ribuan bunga-bunga cherry yang bersemi begitu indahnya.
“Kau duluan saja..”
putus Myung Soo. Ia masih ingin mengulur waktu. Soo Jin tersenyum manis
kearahnya. Memperhatikan wajahnya sedetail mungkin. Myung Soo memperhatikan
mimik Soo Jin, begitu jelas terlihat bahwa ia sangat pengamat.
“Oppa, apa oppa tak
tidur nyenyak beberapa hari ini?” ucap Soo Jin tetap memperhatikan Myung Soo.
“Aku baik-baik saja,”
elak Myung Soo. “Aku harap begitu. Tapi oppa terlihat sangat lelah, lingkar
hitam di bawah mata oppa begitu jelas…” Soo Jin tersenyum hampa. Ia tahu ada
yang tidak beres dengan Myung Soo selama beberapa hari mereka tidak bertemu.
“Ya, aku hanya sedikit
susah tidur..” ucap Myung Soo dan mengalihkan pandangannya dari wajah cantik
Soo Jin. “Hanya itu yang mau kamu bicarakan?” tanyanya.
“Hmm…ne!” jawab Soo Jin
dengan bohong. Ia pikir, ini bukan saat yang tepat untuk menceritakannya.
“Lalu, oppa mau bicara apa??” Myung Soo diam, ia bingung harus bagaimana
memulainya.
“Hmmm…Soo Jin-ah,
mianhaeyo~ maafkan aku…” Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Myung Soo.
“Untuk apa? Aku
baik-baik saja, oppa tidak perlu minta maaf..” Soo Jin menoleh kearah Myung
Soo. Ia takut, jika ternyata Myung Soo sudah mengetahui segalanya. Myung Soo
hanya menundukkan kepalanya dan mengambil napas beberapa kali.
“Sepertinya kita sampai
disini saja…”
“Maksud oppa??”
“Aku ingin mengakhiri
hubungan ini.”
_~*To Be Continued*~_
Komentar
Posting Komentar