Title:
The Most Beautiful Gift
Author:
NaNa Jji
Length:
Chaptered
Genre:
Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC) || ???
Support Casts:
Park Cho Rong (A
Pink) || Nam
Joo Hyun (OC) || Park Shin Ah (OC)
|| Park So Hyun (OC) || Byun Baek Hyun (EXO-K)
Previous Chap:
AUTHOR POV
“Ya! Kau ini lama sekali?” seru Baek Hyun sambil menepuk
pundak namja itu. “Hei! Kenapa bajumu basah begini? Hmmm...bau cola lagi,” lanjut Baek Hyun sambil mengendus baju temannya.
“Tadi ada orang yang menendang kaleng hingga mengenaiku,”
ucapnya sambil mengibas-ngibaskan kedua tangan di bajunya.
Deg! Ternyata dugaan Soo Jin benar.
“Jadi ini namja yang kau tendangi kaleng minuman itu, Soo
Jin-ah?” ucap Shin Ah polos tanpa menyadari bahwa sedaritadi Soo Jin sudah
berbalik badan dan menundukkan kepalanya malu.
~~~***~~~
“Mianhae~~” ucap Soo Jin yang terus menundukan kepalanya
sejak perjalanan dimulai.
“Untuk apa?” tanya namja itu polos−senang melihat
ekspresi bersalah Soo Jin.
“Karena tadi aku−“
“Sudahlah, sudah berapa kali kau mengatakan hal itu.
Kupingku sampai panas dibuatnya,” potong namja itu. Kini ia tersenyum lebar yang akhirnya
berhasil menenangkan hati Soo Jin. Soo Jin pun membalas dengan senyum manisnya.
Mereka kini sedang berjalan-jalan mengitari sekolah
mereka setelah tadi Baek Hyun menyuruh Soo Jin untuk mengantarkan namja itu
berkeliling sekolah mereka. Wilayah ini memang menjadi satu. Dari TK hingga
perguruan tinggi berada di satu kompleks sekolah ini. Namja itu hanya bisa
memandang takjub sekolah ini−karena ia adalah murid baru.
“Kau haus?” tanya namja itu setelah setengah jam mereka
berkeliling. Soo Jin hanya mengangguk polos. Jujur saja sedaritadi ia sangat
haus karena harus berlari menghindari namja ini, tapi usahanya ternyata
sia-sia. Akhirnya takdir mempertemukan mereka juga.
“Kenapa minumannya belum keluar juga?!” namja itu
mengetuk-ngetuk box minuman setelah beberapa menit minumannya tak kunjung keluar.
“Hmm....” Soo Jin berpikir sejenak. “Ya! So Hyun-ah!”
panggil Soo Jin begitu melihat So Hyun lewat. “Ternyata mantraku berhasil!
Bantu aku~” ucap Soo Jin dengan tampang memelas sambil melirik box minuman
ketika So Hyun sudah berada disana.
“Tentu saja, aku kan seperti malaikat,” ucap So Hyun sambil mengangkat lengan bajunya−mengambil
ancang-ancang.
“Itu karena aku menyebut namamu tiga kali..” merong Soo
Jin kearah So Hyun.
So Hyun tak menghiraukan Soo Jin, dengan penuh
ancang-ancang iapun mendobrak box minuman itu. Dua buah kaleng soda pun
akhirnya keluar dari box itu. Sorakan Soo Jin dan namja itu menggema di tempat
tersebut.
“Kamsahamnida! Kamsahamnida!!” So Hyun menundukan kepala
lalu melambai-lambaikan tangan layaknya seorang penyanyi di atas panggung.
“Sudah, lupakan~” Soo Jin berhenti tepuk tangan dan
menatap So Hyun datar seolah-olah tak ada kejadian apa sebelumnya.
“Aku pergi,” pamit So Hyun lalu pergi begitu saja.
“Dia temanmu?” tanya namja itu.
“Bukan” jawab Soo Jin yang masih menatap punggung So Hyun
yang semakin menjauh. Namja itu menatap Soo Jin bingung. Seakan bisa membaca
pikiran namja itu, Soo Jin berbalik lalu berkata, “Dia sahabatku.” Senyuman mengembang di wajah cantiknya membuat namja di
hadapannya sedikit terpaku.
“Selanjutnya, kita mau kemana?” tanya Soo Jin menyadarkan
namja itu.
“Emm..mm..itu..kita istirahat saja dulu,” jawab namja itu tergagap karena tersadar ia telah
memandangi Soo Jin beberapa lama.
“Kau tidak mengingatku sama sekali?” tanya namja itu
menghancurkan keheningan. Kini mereka berdua sedang duduk di bangku taman
bermain milik kawasan TK. Soo Jin mengalihkan tatapannya kearah namja itu dan
menatap penuh kebingungan.
“Jadi kau tak ingat sama sekali?” namja itu kini menatap
Soo Jin.
“Mungkin, hanya merasa sedikit familiar?” Soo Jin
menjawab dengan ragu.
“Sudahlah, lupakan..” namja itu menutup pembicaraan
mereka lalu kembali menatap dua orang anak kecil yang sedang bermain pasir. Soo
Jin tak mau berdebat dahulu dengan namja yang baru dikenalnya ini. Ia memilih
untuk diam lalu mengikuti arah pandang namja itu sambil perlahan meneguk soda
yang ia beli tadi.
~~~***~~~
“Soo Jin-ah! Siapa namja yang bersamamu tadi??” tanya So
Hyun penasaran sambil mendesak-desak posisi duduk Soo Jin.
“WHAT?!! Jinie pergi bersama namja!!?” Joo Hyun berteriak
histeris.
“Iya,” jawab Shin Ah sekenanya.
“Kenapa kalian tahu sedangkan aku tidak?! Ini tidak
adil!” Joo Hyun melipat kedua tangannya di depan dada lalu memutar
tubuhnya−marah.
“Ohh... itu temannya Baek Hyun oppa. Soo...Soo..siapa
namanya??” Soo Jin mencoba
mengingat-ingat.
“Soo Jin!” tebak So Hyun asal.
“Ya!! Itu namaku!! Ah.. aku lupa namanya~” Soo Jin
melemparkan tubuhnya di atas kasur Shin Ah.
Hening~~ mereka berempat sibuk dengan pikiran
masing-masing. Masalah ulangan, remidian, pasangan, keuangan, bahkan masalah
pemerintahan ada di otak mereka. Memang hal yang tidak biasa...
“Jinjja!” seru Soo Jin dan langsung bangkit dari tempat
berbaringnya.
“Wae? Kau ingat nama namja itu?!” tanya So Hyun antusias.
“Bukan! Ini jauh lebih penting!”
“Apaan sih Jin??” Joo Hyun bertanya malas. Soo Jin menatap
Shin Ah dengan mata berbinar.
“Apa?!” tanya Shin Ah galak.
“Aku menginap disini boleh kan???” mata Soo Jin
berkedip-kedip. Shin Ah tak bergeming menunggu apa yang akan dikatakan Soo Jin
selanjutnya. “Cho Rong eonni kan sedang ada kegiatan kemah di kampusnya, jadi
aku malas harus sendiri di apartement itu,” Soo Jin menunjukkan tampang memelasnya.
“Ye. Tapi nanti malam aku mau keluar dengan Baek Hyun
oppa. Kau jagalah rumah ini,” jawab Shin Ah sedikit mengejek.
“Nanti kalian berdua bisa datang kesini kan? Atau kita
bisa jalan-jalan keluar! Hmm?” tanya Soo Jin excited pada Joo Hyun dan So Hyun.
“Entah, aku tak janji” jawab Joo Hyun cepat.
“Aku juga!!” ucap So Hyun bersemangat.
“Yasudah...aku jalan-jalan sendiri saja,” ucap Soo Jin dan kembali merebahkan dirinya di kasur
empuk Shin Ah.
~~~***~~~
Udara dingin menyelimuti kerlap-kerlip kehidupan di kota
Seoul. Soo Jin melangkahkan kakinya diatas trotoar. “Kenapa aku begitu ceroboh
hingga bisa melupakan dompetku dirumah!” rutuk Soo Jin yang lebih ditujukan
pada dinginnya cuaca malam ini.
Kliik!
Bunyi pintu apartement terbuka menyambut kedatangan Soo
Jin. Setelah menutup pintu, ia langsung bergegas menyusuri tiap sudut ruangan untuk mencari dompetnya. “Dan parahnya aku lupa dimana aku
menaruhnya!” dengus Soo Jin dan ia mulai berpikir.
“Seingatku...dompet itu ada di kantung seragamku, tapi
tidak ada! Itu tempat terakhir yang aku ingat,” dengan hati yang tak tenang, Soo Jin melangkahkan
kakinya menuju pintu.
Kliiikk!!
Klikk!
Suara dua buah pintu apartement terbuka. Soo Jin terpaku
begitu melihat kedepan, begitupun dengan namja di pintu seberang. Mereka masih
menatap satu sama lain dengan heran. Bahkan langkah mereka kini berbarengan.
Mereka semakin mendekat, hingga sampai di depan pintu apartement masing-masing.
“NEO?!” tanya mereka berbarengan yang lebih seperti
seruan. Menyadari itu, mereka berdua saling terdiam dan mata mereka berputar ke
segala arah−salah tingkah.
Tatapan Soo Jin tiba-tiba tersangkut pada sebuah benda.
‘Sangat familiar’ pikirnya. Dan namja dihadapan Soo Jin pun menyadari
sikap Soo Jin.
“Itu−“
“Ini−“
Lagi-lagi ucap mereka berbarengan. Yang sekali lagi
menumbuhkan kecanggungan diantara mereka berdua.
~~~***~~~
“Hmmm...itu apartementmu?” sang namja memulai percakapan
diantara mereka berdua. Sebuah kebetulan yang mempertemukan mereka, hingga
mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di taman areal apartement.
“Bukan. Aku hanya tinggal disana. Itu apartement eonni-ku,” jawab Soo Jin sambil memasukkan tangannya kedalam saku
jaket. Hening kembali menyelimuti, derap langkah mereka beriringan menimbulkan
suara gesekan yang mendominasi suasana.
“Dompet ini milikmu kan?” namja itu meraih benda berwarna
peach dari saku jaketnya. Soo Jin mengangguk malu−malu akan kecerobohan dirinya
sendiri. “Ini. Aku belum membukanya sama sekali.” Sang namja menyerahkan dompet itu dan Soo Jin pun
meraihnya.
“Gomawo.”
“Hmm...sunbae..“ Soo Jin menggantungkan kata-katanya dan
menatap namja itu penuh tanya.
“Myung Soo” ucap namja itu−Myung Soo−paham akan maksud
Soo Jin.
“Aaa..sunbae baru disini? Aku rasa tak pernah melihat sunbae..”
“Kurasa Baek Hyun sudah memberitahumu, bukan?” Myung Soo
menaikkan satu alisnya dan menatap kearah Soo Jin.
“Bukan begitu maksudku. Ini masalah ‘apartement’,” Soo Jin memberi tanda kutip dengan jarinya.
“Aa..jadi begitu.” Myung Soo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ne.
Aku baru saja pindah kemarin dari apartement lamaku.” Senyum mengembang di wajahnya.
“Apa tidak ada yang marah jika aku mengajakmu jalan-jalan
seperti ini?” Myung Soo mulai mengganti topik.
“Hmm?” Soo Jin mengangkat alisnya tak mengerti.
“Mungkin.. namjachingu-mu, misalnya??” Myung
Soo kembali bertanya dengan harap-harap cemas jika besok tiba-tiba ada yang melemparinya sebuah surat kaleng.
Butuh waktu lama untuk menunggu jawaban Soo Jin. Air
mukanya berubah. “Ani..” jawabnya lirih. Myung Soo merasakan perubahan suasana disana.
“Ayo kita beli ice cream!” Myung Soo menarik tangan Soo
Jin. Ia mencoba untuk menghilangkan suasana berselimut kabut tersebut.
Mungkin malam ini tak seburuk yang Soo Jin pikirkan.
Entah kenapa kemarin ia sangat iri dengan chingudeulnya. Ia merasa ini semua
tidak adil. Ia yang baru menjalin hubungan dengan Jong Dae
seminggu bisa hancur tak berbekas seperti ini. Sedangkan chingudeulnya,
hubungan mereka baik-baik saja bahkan mereka menjalin hubungan, jauuuhh sebelum Soo Jin mengenal Jong Dae.
“Hmm!” Myung Soo menyiku Soo Jin. Soo Jin tersontak
kaget. Ia sadar tadi ia melamun, tak seharusnya ia memikirkan hal itu lagi.
Kini ia mulai menatap kenyataan dan menemukkan
Myung Soo disampingnya dengan wajah
bingung.
“Ada ice cream di bibirmu.” Myung Soo menunjuk kearah bibir Soo Jin yang berlumuran
ice cream. Dengan sembarang Soo Jin mengusap bibir dengan punggung tangannya.
“Masihkah?” tanya Soo Jin pada Myung Soo.
“Hmm..sedikit. Pakai ini saja.” Myung Soo menyerahkan saputangan berwarna hitam
miliknya.
“Gomawo.” Soo Jin menerimanya dan langsung melap bibirnya dengan
saputangan itu. Dan setelah selesai, Soo Jin menyodorkan saputangan itu pada
Myung Soo.
Myung Soo pun menerima saputangan itu. Tapi kemudian ia
meraih tangan Soo Jin. “Seharusnya kau juga membersihkan tanganmu,” ujar Myung Soo sambil mengelap punggung tangan Soo Jin
yang masih dipenuhi bekas ice cream.
Soo Jin merasakan semburat merah merambat di pipinya. Ia
menunduk. Tangan hangat Myung Soo membuatnya semakin salah tingkah.
“Selesai.” Myung Soo menatap gembira kearah tangan Soo Jin. Myung
Soo membalikkan tangan Soo Jin dan menaruh saputangan itu ditelapak tangannya.
“Simpanlah. Suatu nanti kau mungkin membutuhkannya.” Myung Soo melipat jari-jari Soo Jin agar dapat
mengenggam saputangan itu. Tanpa ia sadari, ia menggenggam tangan Soo Jin
dengan erat yang akhirnya membuat Soo Jin dengan terpaksa menarik tangannya. “Mianhaeyo”
ucap Myung Soo kaku.
Malam semakin larut, mereka berdua saling memperkenalkan
diri mereka masing-masing. Dan mereka memutuskan untuk pulang. Karena Soo Jin
menginap di rumah Shin Ah, Myung Soo memaksa untuk mengantarkan Soo Jin.
Sesampainya di depan gerbang rumah Shin Ah, Soo Jin turun
dari mobil dengan diikuti Myung Soo. Soo Jin heran kenapa Myung Soo ikut turun
dan terjadilah perdebatan diantara mereka.
“Soo Jin!”
“Myung..Soo..?”
Dua suara itu mengagetkan mereka. Sang sumber suara kini
tengah berjalan menghampiri mereka berdua.
“Soo Jin, kau disini? Dan..Myung Soo, kau juga...?” ujar
Baek
Hyun terpotong-potong−masih bingung dengan keadaan di hadapannya.
Tiba-tiba ponsel Baek Hyun berbunyi. “Aku harus segera
pulang,” ucapnya lalu menaiki mobilnya dan pergi.
“Sepertinya aku juga harus pulang. Sampai jumpa besok!”
pamit Myung Soo sambil melambaikan tangannya pada Soo Jin dan Shin Ah. Lalu
mobil sport hitam milik Myung Soo pun hilang dari pandangan mereka berdua.
Soo Jin dan Shin Ah masih berada pada posisi yang sama.
“Aku masuk dulu,” pamit Soo Jin pada Shin Ah, entah Shin Ah mendengarnya
atau tidak.
Shin Ah mendengar ucapan Soo Jin, tapi ia tak
menghiraukannya. Ia masih terpaku dan bingung dengan apa yang terjadi. Ia
geram. Kenapa semuanya seolah meninggalkannya sendiri diatas semua kebingungan
ini! “Arrghttt!” Shin Ah menghentakkan kakinya lalu menyusul Soo Jin.
~~~***~~~
Teeettt!! Bel istirahat pun berbunyi. Empat sekawan
itu−kecuali Soo Jin−segera mengemasi barang-barang yang ada di atas meja
masing-masing.
“Ya..kalian mau meninggalkan ku lagi..?”
dengan sedih Soo Jin menjatuhkan kepala diatas tangannya yang terlentang di
atas mejanya.
“Aniya, Soo Jin-ah~” Shin Ah merayu Soo Jin.
“Lalu?” Soo Jin bertanya masih dengan malas.
“Seperti biasa..kita pergi ke kantin! Aku lapar!” Shin Ah
mengelus-ngelus perutnya. “Nado~~” Soo Jin bangkit lalu mengaitkan tangannya
dengan tangan Shin Ah.
“Kajja!” teriak Joo Hyun dan So Hyun berbarengan.
“Mau pesan apa?” tanya So Hyun ketika mereka sampai di
kantin. “Aku milkshake!” Soo Jin berseru sambil mengangkat tangannya.
“Soda!” “Colla!” So Hyun dan Shin Ah menjawab setelah
berpikir sejenak. “Hmm..kalau begitu aku greentea saja.” Joo Hyun akhirnya
memutuskan pesanannya setelah melihat wajah garang So Hyun karena harus
menunggu lama.
“Yasudah..aku pesankan dulu. Tunggu disini, jangan
kemana-mana!” So Hyun menunjukkan wajah mengancam. Soo Jin hanya membentuk ‘OK’
dengan jarinya untuk So Hyun.
“Pesanan datang!!” So Hyun datang dengan membawa tiga buah
gelas ditangannya.
“Lhoo..milkshake-ku mana?” Soo Jin memanyunkan bibirnya.
“Tuh!” So Hyun menggerakkan
alisnya kearah belakang. Myung
Soo datang dengan membawa dua gelas milkshake dan langsung duduk dihadapan Soo
Jin.
“Oppa?!” Soo Jin terkejut hingga hampir bangun dari
duduknya.
“Nuguchi?” tanya Joo Hyun pada So Hyun sambil berbisik.
“Itu namja yang kuceritakan kemarin.” So Hyun menjawab dengan bisikan juga. Bisa dibilang
sekarang mereka sedang berbisik-bisik.
“Kau lihat? Mereka kelihatan sangat akrab.” Joo Hyun berbisik kembali.
“Meeeka dodok enjadi acar.” So Hyun berbisik dengan mulut penuh berisi roti.
“Mwo?! Jadi dia pacar Soo Jin?!!!” saking terkejutnya,
Joo Hyun tak merasa bahwa ia berteriak.
Seluruh kantin kini menatap kearah meja mereka.
_~*To Be Continued*~_
Komentar
Posting Komentar