Title:
The Most Beautiful Gift
Author:
NaNa Jji
Length:
Chaptered
Genre:
Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC)
|| Kim Jong
Dae/Chen (EXO-K)
Support Casts:
Park Cho Rong (A Pink)
|| Nam Joo Hyun (OC) || Park
Shin Ah (OC) || Park So Hyun (OC)
Previous Chap:
“Soo Jin?” akupun mendongakkan kepalaku melihat kearah
orang yang menabrakku.
“Oppa?” aku mengedarkan pandanganku kesekitar.
Hei, apa jalan menuju perpustakaan harus melewati kawasan universitas?? Oh,
tidak~
Aku menoleh kearah belakang dan sampingku, kulihat Shin
Ah, Joo Hyun, dan So Hyun memalingkan wajahnya dan senyum-senyum tidak jelas.
Iissh… kenapa aku mau saja di bodohi mereka sih? Aku hanya menatap mereka dan
mengeluarkan ekspresi ‘awas kalian!’
~~~***~~~
Sudah dua bulan
sejak aku mengenal Jong Dae oppa,
sejak saat itu hari-hariku terasa lebih berwarna. Yaah… meskipun sebelumnya
juga berwarna sih, karena aku bukan yeoja yang kusam!
“Ya, Soo Jin-ah~ kenapa nggak ngomong duluan aja?” Shin
Ah berhasil menghancurkan lamunanku.
“Nggak bisa! Masa yeoja duluan yang ngomong. Kita harus
menunjukan emansipasi wanita!” bantah Joo Hyun.
“Tapi kan nggak apa-apa. Daripada keduluan sama yeoja
lain?” timpal So Hyun yang kini langsung ber-high five dengan Shin Ah.
“Sudah! Sudah! Kenapa jadi kalian yang ribet sih?! Kalian
bukannya membantuku malah buat aku tambah pusing tau!!” omelku setelah beberapa
saat mendengar mereka beradu mulut.
Hening~~~
“Mau ke kantin?” ajakku menghilangkan kesunyian.
Sepertinya tadi aku terbawa emosi hingga mereka menjadi diam seperti itu.
Maklumlah, hari ini perutku terasa sedikit nyeri karena penyakit bulanan yang
tentunya setiap yeoja akan mengalaminya.
Sampai di kantin, kamipun duduk sambil menyantap makanan
yang telah kami beli seperti orang yang sudah tiga hari tidak makan dan tentu
saja sambil mengobrol.
“Soo Jin-ah!” aku menoleh kearah datangnya suara. Jong
Dae oppa melambaikan tangannya dan
berlari kearah kami serta langsung duduk di sebelahku.
“Ya! Kamu sakit perut lagi?” Shin Ah kini menaikan satu
alisnya dan menatapku tajam. Sepertinya dia tahu karena dia melihatku sedang memegangi
perutku yang sakit ketika menengok kearah datangnya Jong
Dae oppa. Aku hanya bisa manggut-manggut
menjawab pertanyaan Shin Ah.
“Pantas saja wajahmu terlihat pucat,” kata Jong Dae oppa sambil menempelkan punggung tangannya di jidatku.
“Haish… anak ini! Seharusnya kau minum teh hangat, bukan
susu!” omel Joo Hyun padaku dan mengambil susu yang kubawa lalu menyeruputnya.
Yaah, itu karena dia juga menyukainya, menyukai susu. Aku hanya menatapnya
dengan prihatin dan menjulurkan tanganku kearahnya berharap Joo Hyun
mengembalikannya. Tapi Joo Hyun malah menatapku seakan berkata ‘susu ini sudah
menjadi hakku!’
“Ia, ia…” jawabku lalu berjalan pergi untuk membeli teh
hangat. Tapi tiba-tiba, kepalaku terasa berat sekali dan pandanganku buram, tak
lama kemudian kurasakan tubuhku melayang. Setelah itu, aku tidak merasakan
apa-apa lagi.
~~~***~~~
“Oppa! Oppa harus katakan yang sejujurnya!”
“Benar oppa!”
“Oppa tahu? Dia sakit gara-gara itu!”
“Ya! Jangan berlebihan~”
Aku mendengar suara orang-orang yang sangat ku kenal.
Kucoba membuka mataku yang terasa sangat berat dan kulihat Jong
Dae oppa terdiam di samping tempat
tidur sambil memegangi tanganku dengan kepala tertunduk. Kuedarkan lagi
pandanganku, kulihat Joo Hyun, Shin Ah, dan So Hyun berdiri dengan tatapan
marah kearah Jong Dae oppa.
“Oppa…” Akhirnya ku keluarkan suaraku meskipun aku sangsi suara
itu akan terdengar. Tapi ternyata aku salah.
“Jinie-ya..” Suara itu keluar dari mulut Jong
Dae oppa dengan lirih lalu
mengelus kepalaku dengan lembut.
“Aku dimana?”
“Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu.” Haish~ kenapa Joo Hyun menjawabnya seperti itu. Maksudku
kan hanya basa-basi saja. Well, tempat ini memang sangat familiar denganku, karena
hampir setiap minggu aku akan pergi ke tempat ini dan menurutku tempat ini
adalah tempat yang paling nyaman setelah atap sekolah. Jangan kalian kira aku
ke ruang kesehatan karena sakit, tapi karena aku memang ikut menjadi anggota
disini.
“Apa tadi aku pingsan?” dengan wajah tak berdosa aku kembali
menanyakan hal bodoh.
“YA!” hampir saja Joo Hyun mendekat kearahku dan setelah itu
pastilah aku mendapatkan siraman rohani darinya. Tapi untung ada So Hyun dan
Shin Ah yang lebih dulu menenangkannya.
“Iaa… kau tadi pingsan. Jangan bilang kau tidak percaya,
karena aku sendiri yang membopongmu kemari.”
Mendengar kata-kata itu aku langsung terperanjat dari
posisi tidurku, yang tentunya membuat Jong Dae oppa yang tadinya berdiri
menghadapku memundurkan badannya. Aigoo~ kenapa aku jadi salah tingkah seperti
ini?
“Aku sudah tidak apa-apa kok oppa.” Aku langsung turun dari tempat tidur dan melenggang dari
tempat itu. Aku tak ingin wajahku yang memerah seperti kepiting rebus ini
dilihat oleh Jong Dae oppa.
~~~***~~~
“Oppa, itu…” kataku sambil menunjuk toko ice cream yang
sering kukunjungi bersamanya. Setelah aku pingsan, Jong Dae oppa dan ketiga sahabatku
itu mengusirku pulang dan Jong Dae oppa juga memaksa untuk mengantarku pulang,
tadinya oppa ingin mengantarku dengan taxi, tapi aku tetap bersikukuh agar bisa
berjalan kaki saja.
“Oppa mau rasa apa? Kalau aku rasa coklat vanilla.”
“Aku pesan cappuccino aja.”
Setelah pesanannya datang, kami menyantapnya tanpa ragu.
Dan setelah ice creamnya habis, tentu saja kami pulang~
“Tunggu!” Jong Dae oppa menghentikan langkahku. “Naiklah” lanjutnya lagi
sambil berjongkok di depanku.
“Sirheo! Rumahku kan sudah dekat oppa!”
“Cepatlah! Kalau tidak mau, aku akan terus berjongkok
disini!” ancamnya padaku. Dengan terpaksa aku naik kepunggungnya, lalu sekarang
dia menggendongku menuju apartement Cho Rong eonni.
~~~***~~~
“Sudah bangun rupanya.”
“Oppa! Kenapa oppa ada disini?!” Aku terperanjat dari tempat tidurku ketika melihat Jong
Dae oppa yang tiba-tiba masuk ke
kamarku.
“Cho Rong noona baru saja pergi, jadi dia menitipkanmu padaku.” Dengan senyum lebar oppa menjawabnya lalu menaruh nampan
berisi bubur dan teh hangat di atas meja.
“Teh hangat?” tanyaku sambil menaikan salah satu alisku. Jong
Dae oppa hanya mengangguk mantap
mendengar pertanyaanku.
“Kenapa bukan susu???” Kini aku mengeluarkan aegyo yang ditambah dengan puppy
eyes, berharap oppa mau mengabulkan permintaanku.
“Sudahlah… jangan perlihatkan wajah seperti itu padaku, aku tidak tega
melihatnya. Lagian Joo Hyun ‘kan sudah memberitahumu.”
“Tapi disini kan tidak ada Joo Hyun?” Aku kembali memperlihatkan wajah seperti tadi, tapi
sekarang ditambah dengan mengedip-ngedipkan mata.
“Memangnya Joo Hyun saja yang akan memarahimu, heh? Aku
juga akan lebih marah jika kau membangkang, tahu?! Jadi jangan coba-coba
merayuku seperti itu” katanya dengan menggebu-gebu.
“Siapa bilang aku merayu oppa? Aku tidak merayu kok!”
kataku sambil melipat kedua tangan di dada dan memalingkan wajahku.
“Sudahlah, sekarang aaaaa…” Jong
Dae oppa menyodorkan sendok berisi
bubur ke mulutku sambil membuka mulutnya. Memangnya aku anak kecil? Tapi tidak
apa-apa, aku senang melihatnya seperti itu dan aku juga senang oppa menyuapiku.
Akupun memakannya dengan lahap, karena perutku juga sudah lapar.
“Cepatlah sembuh ia? Kau harus sembuh! Kalau sudah
sembuh, besok aku tunggu di restaurant biasa jam 7 malam,” katanya setelah beberapa suap dan mengelus lembut
kepalaku.
Oppa~ kenapa oppa lakukan ini semua? Semua ini membuatku
tambah bingung dan semua ini membuatku sangat takut kehilanganmu~~~
~~~***~~~
Minggu, tanggal 3 Maret.
Hari ini adalah hari ulang tahunku. Daritadi sampai sore
ini sudah banyak orang yang memberiku selamat. Bahkan tadi tepat pukul 12
malam, Cho Rong eonni, Joo Hyun, Shin Ah, dan So Hyun memberikanku kejutan
ulang tahun.
Tapii… aku merasa sangat sedih, karena sampai saat ini Jong
Dae oppa belum mengucapkan selamat ulang tahun padaku, bahkan menelepon atau
mengirim pesanpun tidak!
Kini aku hanya menatap prihatin ke layar handphoneku dan
sesekali menatap keluar jendela. “Ya! Soo Jin-ah~ kenapa diam saja??
Hari ini kan ulang tahunmu? Apa kau tidak ada rencana keluar, heh?” Cho Rong
eonni menghujaniku dengan pertanyaannya.
Memangnya aku mau kemana..? Tapi… CHAKANMAN!!! “Eonni!!
Jam berapa sekarang??!!!” Aku meloncat dari tempat duduk dan berlarian mencari jam.
“Jam 6, waeyo?” tanya eonni santai.
“Jinjja??!!!!” Eonni hanya mengangguk mendengar pertanyaanku. Aku berlari
menuju lemari dan memilih-milih baju yang tergantung rapi disitu. Lalu aku
mengambil sebuah dress. “Eonni, ini cocok tidak?” tanyaku sambil menempelkan dress itu di badanku.
“Cocok! Apalagi ditambah dengan sepatu ini.”
Oh, she’s back!
She’s back! She’s back! Oh, she’s back, oh!
She’s back!
She’s back! She’s back~~~!!
Ponselku berbunyi dan langsung saja ku angkat. “Yeoboseo? Oh, ne oppa! Ye, lima menit lagi aku selesai.
Ok aku tunggu!” Setelah menjawab telepon dari Jong
Dae oppa aku langsung bergegas
mempersiapkan diri.
~~~***~~~
Seorang pelayan membukakan kami pintu dan mempersilahkan
kami masuk ke dalam restaurant yang bernuansa klasik nan modern ini. Kami
memilih meja di sebelah jendela yang menghadap langsung kearah pemandangan kota
Seoul di malam hari, restaurant ini terletak di lantai 3, jadi kami dapat
melihat sebagian wilayah di kota Seoul dengan city light-nya yang meriah.
Setelah memesan makanan lalu menyantapnya dengan lahap,
kami disuguhkan dengan alunan lagu yang merdu. Kurasa badanku sedikit
menggigil, entah kenapa rasanya suhu hari ini sangat dingin, apa karena aku
hanya memakai dress seperti ini? Kuusap-usapkan tanganku, setidaknya hal itu
dapat mengurangi rasa dingin.
Sebuah tangan tiba-tiba menarik tanganku dan
menggenggamnya erat. Kuangkat wajahku yang sedari tadi menunduk dan kudapatkan
sosok Jong Dae oppa yang tersenyum manis kearahku. “Sepertinya malam ini
sangat dingin,” katanya lalu. Aku hanya bisa tersenyum lalu tertunduk menyembunyikan
wajahku yang merona ini.
Hening~
“Neo, yeojachingu dwaejullae??” tanyanya tiba-tiba.
Seketika aku menengadahkan kepalaku, menatapnya tak percaya.
“Eh?” kataku untuk mengalihkan agar tubuhku tak bergetar
keras.
“I Love You. Would you be my girlfriend??” Tatapannya memancarkan ketulusan, senyumannya tak pernah
pudar, membuatku ingin menghentikan waktu saat itu juga.
“Hmmm.” Aku
menganggukkan kepala diiringi dnegan senyuman tersungging di wajahku. Begitupun dengan Jong
Dae oppa yang kini menunjukan
deretan gigi putihnya yang rapi.
Dengan lembut Jong Dae oppa menyematkan cincin di jariku. “Saranghae~” ucapnya sambil menunjukkan tangannya yang
juga tersemat cincin yang sama.
Malam ini tepat di ulang tahunku. Ini adalah kado
terindah yang pernah kudapat. Tentu saja aku tidak akan pernah melupakannya. Di
langit, bintang berlomba-lomba memancarkan sinarnya, seakan ingin ikut merayakan
kebahagiaan kami.
“Aku berjanji akan memberikanmu kado yang lebih indah
dari ini oppa.” Janjiku pada diriku sendiri.
~~~***~~~
Suasana kelas itu riuh oleh para siswa yang sedang bergosip ataupun
sekedar bermain-main satu sama lain. Suasana tiba-tiba hening, suara gesekan
hells sepatu dengan lantai bergema di ruangan tersebut. Seorang yeoja berparas
tinggi memasuki kelas dengan senyum bahagia, seakan hari itu tidak akan ada
guru yang mengajar.
“Ya! Jinie!!” teriakan Joo Hyun memecah keheningan itu.
Kini aktivitas kembali berlanjut dan kelaspun mulai riuh kembali.
Soo Jin berjalan kearah bangkunya−disebelah Joo
Hyun−dengan senyum yang masih melekat indah di wajahnya. Joo Hyun masih
menatapnya aneh.
“Ya! Jangan tatap aku seperti itu! Memangnya aku ini
buronan yang sedang dicari dan wajahku tertempel di setiap tembok jalanan
dengan tertulis ‘WANTED’ pada judulnya?” katanya lalu duduk dan menatap tajam
mata Joo Hyun. Rasanya ia ingin sekali tertawa melihat ekspresi bingung Joo
Hyun yang kini juga menatapnya.
“Waeyo?” selidik Joo Hyun.
“Hmm? Waeyo??” tanya Soo Jin balik.
“Kenapa denganmu??” jelas Joo Hyun lagi.
“Ani, nan gwenchanayo~~” jawab Soo Jin santai.
“Ani! Maksudku, apa terjadi sesuatu?” tanya Joo Hyun
masih penasaran.
“Eobseo~ sudahlah, ayo kita ke kantin! Baegopayo~~” melas
Soo Jin sambil mengusap perutnya. Joo Hyun hanya tersenyum dan merekapun pergi
ke kantin.
~~~***~~~
Teeeeeett!!
Bel istirahat berbunyi.
Soo Jin mengemas bukunya dan memasukkannya kedalam tas.
Ketika berbalik menghadap depan, ia sudah menemukan dua makhluk menatapnya
dengan penuh rasa curiga.
Shin Ah dan So Hyun mengangkat tubuh Soo Jin dengan
paksa, membawanya ke bangku belakang kelas.
“Ya!!! Apa yang kalian lakukan!!!” teriak Soo Jin
histeris karena kaget ia diseret seperti itu.
“Katakan dengan jujur!” “Apa yang sudah terjadi?!!”
interogasi Shin Ah dan So Hyun bergantian. Dibelakang mereka terlihat Joo Hyun
yang menatap Soo Jin dengan tatapan mengejek.
“Pasti mereka sudah bersekongkol,” pikir Soo Jin.
“Ani. Aku baik-baik saja. Jika aku tidak baik, mana
mungkin aku bisa berdiri disini dengan bahagianya~~” elak Soo Jin.
“Nah! Itu dia masalahnya!! Kenapa kau senyum-senyum
seperti itu?? Tidak biasanya dalam pelajaran kimia kau masih bisa tersenyum~~~”
Joo Hyun kini mulai angkat bicara.
Soo Jin hanya bisa memutar bola matanya. Berharap ada ide
ataupun sesuatu bisa menyelamatkannya saat ini.
Ternyata Dewi Fortuna sedang berpihak padanya. Sosok Jong
Dae berjalan melewati kelasnya.
Sontak iapun memanggil sosok itu.
“Opppa!!!” Semua mata kini teralihkan pada sosok yang
dipanggil Soo Jin yang kini telah memasuki ruang kelas dan menghampiri mereka
berempat.
“Annyeong!” sapa Jong Dae sambil melambaikan tangannya.
“Opppa! Ayo kita ke kantin!” ajak Soo Jin dan tanpa
menerima jawaban, mereka kini sudah menghilang dari ruangan tersebut.
Suasana hening~
Joo Hyun, Shin Ah, dan So Hyun terdiam dan pikiran mereka
melayang memikirkan apa yang terjadi.
“Ya! Apa kau memikirkan hal yang sama denganku??” tanya Joo Hyun memecahkan keheningan.
“Ne!!” teriak Shin Ah bersemangat. “Apa kau dengar tadi
dia memanggil Jong Dae oppa dengan nada ‘oppppppaaa’” lanjut Shin Ah mencoba meniru
Soo Jin.
“Heh!! Itu berlebihan!” elak So Hyun yang langsung
memukul Shin Ah.
“Dasar anak itu!! Kenapa berita sebagus ini tidak mau
memberitahu kita?!! Rasakan saja nanti apa akibatnya! Hahahaha!!!” ucap Joo
Hyun dengan evil laugh.
“Hahahaha!!!” Shin Ah dan So Hyun juga tertawa dengan
jahatnya. Tiba-tiba langit bergemuruh.
~~~***~~~
At the same time~~
Soo Jin dan Jong Dae sedang duduk di bangku taman. Seperti biasa Soo Jin
selalu meneguk susu kotak kesayangannya. Tiba-tiba ia tersentak ketika gemuruh
mengagetkannya.
“Oppa~~” panggilnya pada Jong Dae yang duduk
disebelahnya.
“Waeyo chagiya?” tanya Jong
Dae menggoda Soo Jin.
“Oppa!!” seru Soo Jin sambil memanyunkan bibirnya tanda
tak suka.
“Ah, ne ne! Waeyo Jinie-ah~??” ralatnya sambil membenahi posisi
duduknya.
“Perasaan ku tiba-tiba nggak enak.” Kini Soo Jin memerengkan posisinya agar berhadapan dengan Jong
Dae.
“Tenang saja~ oppa akan selalu ada di sampingmu~~~”
katanya mencoba menenangkan Soo Jin.
“Jinjja??” selidik Soo Jin.
“Jinjjayo! Selama seminggu kau akan tenang bersama
oppa~~”
“Mwo? Seminggu???”
_~*To Be Continued*~_
Komentar
Posting Komentar