Title:
Love Tragedy
Author: NanaJji
Length:
Chaptered
Genre:
Romance, friendship, tragedy (?)
Main Cast:
Kim Myung Soo/L
(Infinite) || Kim Soo Jin (OC)
Support Cast:
All INFINITE Members || Ok
Taec Yeon (2PM)
Previuos Chap:
MYUNG
SOO POV
“Oppa,
apa..apa oppa…yakin??” tanya Soo Jin setelah kami keluar dari ruangan Taec Yeon
hyung. “Kenapa tidak?” tanyaku balik. “Tapi..itu kan…” katanya terputus.
Aku
tahu apa yang akan ia katakan. Ya, Big Boss! Itu adalah rentenir yang
bermasalah dengan keluarga Min Woo hingga tega membunuh Tuan No dan bahkan sang
anak yaitu No Min Woo.
“Tapi
aku bukanlah Min Woo mu itu. Aku berbeda dengannya dan jangan pernah samakan
aku dengan dia, arra?” kataku sambil menaruh tanganku di pundaknya.
“Dengarkan
aku. Semuanya akan baik-baik saja. Tidak perduli seberapa kuat dan besarnya
mereka, aku akan tetap melakukannya. Ini adalah tugasku dan dengan ini pula aku
dapat membalaskan dendammu” lanjutku yang membuatnya menundukan kepalanya.
“Arraseo”
jawabnya lirih.
~~~***~~~
AUTHOR POV
Seorang namja dan yeoja
tengah memasuki sebuah ruangan. Tapi keanehan meliputi ruangan tersebut.
Sepi…begitu sepi, tak seperti biasanya. Tiba-tiba seorang namja berlari
terengah-engah kearah mereka.
“Waeyo?” tanya Sung
Jong yang kebingungan dihampiri seperti itu. “Seperti melihat hantu saja” canda
Soo Jin yang diikuti tawa Sung Jong dan Soo Jin hanya tersenyum menahan tawa.
“Aniya..myung…myung
soo…” kata namja itu terputus-putus yang membuat ekspresi Sung Jong dan Soo Jin
berubah 1800, terutama Soo Jin..wajahnya memancarkan kekhawatiran
yang sangat dalam, perasaannya kini bercampur aduk. Entah… apa yang ia rasakan
sekarang.
“Ada apa hyung?!”
akhirnya Sung Jong memecahkan suasana itu. “Sudahlah… kalian ikut saja
denganku”
~~~***~~~
BRRRAAAAKKK!!!!
Suara bantingan pintu
membuat semua orang yang berada di ruangan itu menoleh kearah sumber suara.
Terlihat Soo Jin berada di balik pintu tersebut dengan nafas yang tak teratur
dan raut kekhawatiran yang hingga kini masih menghuni wajahnya.
Melihat sosok yang terkulai
lemah tak berdaya di atas tempat tidur, Soo Jin terduduk lemah diatas lantai,
masih di depan pintu. Kepalanya tertunduk, bulir-bulir air mata mengalir deras.
Meskipun ia mencoba
untuk menahan tangisnya, namun tetap air matanya terus mengalir dan iapun mulai
terisak.
Orang-orang yang berada
di ruangan itu hanya dapat terdiam membisu. Hingga akhirnya Woo Hyun mulai
mendekati Soo Jin, mencoba untuk menenangkannya.
“Jinie~~” kata Woo Hyun
pelan sambil mengelus punggung Soo Jin yang masih tertunduk tak berdaya.
“A..a..aku su..sudah
kata..kan ja..ja..jangan…” belum
selesai ia bicara, Woo Hyun dengan segera menarik Soo Jin dalam pelukannya,
membiarkan gadis itu tenggelam dalam tangisannya.
“Sudahlah… aku tahu.
Tapi, mungkin ini memang takdir yang tak dapat kita hindari” kata Woo Hyun lagi sambil melepaskan pelukannya.
“Lebih baik kita keluar
saja” akhirnya Sung Gyu yang diam sedaritadi ikut angkat bicara. Ia bangun dari
tempat duduknya, menghampiri Soo Jin dan mencoba mengajaknya untuk ikut
bersamanya.
“Ani! Aku akan tetap
disini!” Soo Jin yang awalnya tertunduk kini mendongakkan kepalanya dan
mengusap air matanya dengan lengannya, sungguh seperti anak kecil. Memang, sikap dingin yang berhasil ia tumbuhkan lenyap
begitu saja saat ia bertemu dengan Myung Soo.
‘Kamu pasti bisa!
Fighting!’ katanya dalam hati, berharap itu dapat menguatkan dirinya. Kini ia
berdiri perlahan. Satu langkah..dua langkah..dan begitupun langkah seterusnya.
Ia langkahkan kakinya perlahan menuju sosok itu. Sosok yang berada diatas
tempat tidur, diam...seperti
patung.
Kini Soo Jin sudah
berada tepat di samping tempat tidur itu, ia menarik kursi dan mendudukinya.
Dengan wajah pilu ia memegang tangan namja yang terkulai itu, dengan erat..dan
semakin erat.
“Oppa~ katanya oppa
berbeda dengan Min Woo oppa, tapi… kalau seperti ini oppa sama saja dengannya”
ucap Soo Jin lirih.
“Sebaiknya kita semua
yang keluar” bisik Sung Yeol, namun semua yang berada di ruangan itu dapat
mendengarnya. Dan akhirnya
mereka semua keluar, meninggalkan Soo Jin sendiri berkutat dengan kesedihannya.
~~~***~~~
“Oppa! Aku datang lagi!
Dan seterusnya aku akan datang terus! Bahkan aku membawa kabar baik sekarang.
Oppa mau tahu??” Soo Jin datang dengan membawa bekal rantangnya dan langsung
duduk di kursi sebelah tempat tidur itu.
Ia terus mengoceh,
meskipun ia tahu tak akan ada yang menjawabnya. Namja itu, Myung Soo~ masih
terkulai lemah di tempat tidurnya. Matanya terpejam tenang, selang-selang
infuse masih tertancap di pembuluh darahnya.
Sejak kejadian seminggu
lalu, Soo Jin selalu rutin mengunjunginya. Meskipun tak pernah ia mendapatkan
sepatah kata ataupun secercah senyuman dari Myung Soo, tapi ia tetap tersenyum
sumringah, meski hatinya tak setuju.
“Besok kan hari minggu,
jadi aku akan menemani oppa semalaman. Sebenarnya, aku ingin melakukannya
setiap hari, tapi apa boleh buat~ aku harus sekolah dan oppadeul juga
melarangku. Mereka bilang, mereka akan menjaga oppa selagi aku tidak ada dan
aku percaya pada mereka”
“Ya, Jinie! Kau sudah
ada disini?” Woo Hyun yang baru datang dari kantin langsung menghampiri Soo
Jin. “Kau memang datang pada waktu yang tepat” lanjutnya lagi sambil mengangkat
bungkusan yang berisi makanan dengan bangganya.
“Yaahh… tapi aku juga
sudah bawa oppa” kini giliran Soo Jin yang mengangkat rantang bawaannya.
“Tenang saja~ masih ada
kami!” tiba-tiba dua sosok namja masuk dan memotong pembicaraan mereka sambil
mengelus-elus perut masing-masing. Mereka yaitu Sung Yeol dan Dong Woo, dengan
wajah jahil mereka langsung saja menuju makanan-makanan itu.
“Aku tidak kehabisan
kan??” “Apa masih ada untukku??” kini giliran Sung Jong, Sung Gyu, dan Hoya
yang datang.
“Wah,wah, wah! Kalian
semua datang tepat waktu!” puji Woo Hyun sambil tersenyum lebar, senyum yang
membuat wajahnya terlihat sangat tampan.
“Tentu saja” “Kami
mempunyai indera penciuman yang tajam” kata Dong Woo dan Sung Yeol bersamaan.
Semuanya tertawa melihat tingkah childish mereka. Kecuali Soo Jin, ia hanya
tersenyum berat sambil menoleh kearah Myung Soo, berharap Myung Soo juga bisa
tersenyum sepertinya.
“SELAMAT MAKAN!!!!”
teriak semuanya dan langsung saja menyantap makanan mereka dengan lahap.
“Oppa, aku.. bolehkah
aku menginap disini?” Soo Jin menghentikan kegiatan makannya lalu menatap
kearah oppadeulnya yang tengah asik berkutit dengan makanan mereka
masing-masing.
Tetapi setelah
mendengarkan pertanyaan Soo Jin, mereka semua terdiam dan balik menoleh kearah
Soo Jin. “Tapi kau kan harus sekolah, Nona manis???” Woo Hyun akhirnya membuka
pembicaraan.
“Tapi kan besok libur
oppa~” jawab Soo Jin dengan memasang aegyo nya.
“Keunde…” kata Sung Gyu
terputus.
“Jebal oppa, jebal~~
aku ingin menemani Myungie oppa…” Soo Jin kini menundukan kepalanya. Ia mencoba
menahan air matanya yang entah kenapa ingin sekali keluar pada saat yang tidak
tepat ini.
Sung Gyu menatap Soo
Jin dengan iba. Meskipun belum ada satu tahun ia mengenalnya, tapi ia merasa
sangat dekat bahkan ia sudah menganggap Soo Jin sebagai dongsaengnya. Kini
pikirannya melayang, mencoba menelusuri kejadian seminggu yang lalu….
*_FlashBack_*
Aku kini sedang berada
di ruanganku seperti hari-hari biasanya. Disini bersama dengan 4 orang
hoobaeku, yaitu Woo Hyun, Dong Woo, Sung Yeol, dan Hoya. Yaah~ ini memang tidak
lengkap. Sung Jong dan Soo Jin sedang menyamar sebagai murid pindahan dan Myung
Soo,, dia dan Taec Yeon hyung sedang menjalankan misi pentingnya.
Keunyeoreul
jikyeora nari-jji motha-ge~~~
Handphoneku berbunyi.
Ada telephone! “Yeoboseo??” jawabku begitu menekan tombol answer di
handphoneku.
“Ya! Sung Gyu-ah~ cepat
datang kemari! Kami butuh bantuanmu!!!”
Nuuuttt… nuuuutt!!!!!
Tiba-tiba sambungannya
terputus! ‘Ada apa dengan Taec Yeon hyung?? Apa sesuatu telah terjadi?’
perasaanku mulai gelisah.
“Aku pergi” kataku langsung
saja mengambil kunci mobil dan pergi. Mereka terlihat sangat bingung, tak
terkecuali aku. Aku tidak tahu apa yang terjadi!!
Sesampainya di tujuan….
Darah berlumuran
dimana-mana, sebuah mobil terbakar disana, asapnya yang tebal menghalangi
pemandanganku. Kudengar suara sirine ambulance datang, tanpa basa-basi lagi aku
berlari mengikuti suara itu.
Kutajamkan
penglihatanku yang membuat mataku kini mungkin tak terlihat, hanya satu garis.
Kulihat Taec Yeon hyung sedang membopong seseorang masuk ke ambulance itu.
“Hyung!”panggilku
sambil melambaikkan tangan kearah Taec Yeon hyung. Tapi yang dipanggil hanya
memberikan isyarat agar aku mengikutinya. Aku langsung berlari menuju mobilku
dan mengikuti ambulance itu.
~~~***~~~
“Hyung!” panggilku lagi
setelah melihat Taec Yeon hyung berdiri disebuah ruangan. Tanpa ragu aku
langsung menghampirinya. Terlihat Taec Yeon hyung hanya menunduk dengan wajah
penuh kegelisahan.
Sepertinya aku tahu apa
yang terjadi. Kubaca plank yang ada di atas ruangan tersebut ‘ICU’ itulah
satu-satunya tulisan yang ada disana. Kutatap kedalam ruangan itu, Myung Soo!
Dia..dia lah orang yang menghuni ruangan itu sekarang, dia terkulai tak
berdaya.
“Terjadi pertarungan
sengit yang menyebabkan ia menjadi korban” tiba-tiba suara Taec Yeon hyung
mengagetkanku. Kini ia berada di sampingku dengan posisi yang sama.
“Tapi tenang saja~
penjahat itu sudah berhasil ku tangkap. Tapi sebelum itu ia sudah melepas
pelatuk pistolnya kearah Myung Soo” lanjutnya lagi. Aku tak tahu bagaimana
ekspresinya sekarang, karena aku masih tetap memandang kearah Myung Soo yang
jauh di dalam sana.
“Lalu… bagaimana
keadaannya?” pertanyaan itu dengan lanjangnya keluar dari mulutku.
“Kata dokter, ia
mengalami pendarahan yang cukup besar, tapi untung saja itu dapat
ditanggulangi”
Baru saja aku ingin
menghela nafas lega, Taec Yeon hyung melanjutkan perkataannya. “Tetapi karena
pendarahan itu, ia harus mengalami koma. Dan kini, ia sedang mengalami masa
kritis”
Deg! Kritis… kata-kata
itu sungguh menyeramkan. Sebagai yang tertua diantara kita bertujuh, aku sudah
menganggap dirikulah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada
dongsaengku ini, meskipun sebenarnya masih ada Taec Yeon hyung, tetapi Taec
Yeon hyung terlalu sibuk oleh urusannya, meski ia tak pernah mengakuinya.
“Lalu.. bagaimana
dengan Soo Jin?” ragu-ragu aku menanyakan hal itu. “Entahlah, tapi aku sudah
suruh orang untuk mengantarkannya kesini”
*_End Of FlashBack_*
~~~***~~~
SOO JIN POV
Dua minggu… sudah dua
minggu Myung Soo oppa terbaring disana. “Oppa~ apa oppa tidak capek? Hanya diam
seperti itu dan tak bergerak sedikitpun, apa oppa betah? Aku saja yang tidak
bicara semenit saja, rasanya ingin mati. Oppa tidak ingin mati kan? Meskipun
oppa ingin,, tapi jangan! Oppa tidak boleh meninggalkanku!”
“Tidak boleh! Tidak…
boleh…” rasanya aku ingin menangis sekarang juga. Aku ingin berteriak
sekeras-kerasnya! Sepertinya hanya itu yang bisa kulakukan sekarang. Aku
bukanlah siapa-siapa, aku bukanlah jin yang bisa mengabulkan setiap permintaan,
aku juga bukan dokter yang bisa menyembuhkan oppa. Aku bukan siapa-siapa, aku
hanya manusia biasa!
Cinta! Perasaan
ini..dua kali kurasakan dan dua kali telah menyakitkanku. Pertama Min Woo oppa
dan kedua kau! Oppa tahu, bahkan lebih tahu dari yang lain tentang perasaanku.
Tapi aku tak tahu, apakah oppa tahu tentang perasaanku padamu??
Aku juga tak tahu
tentang perasaan oppa padaku. Aku tak dapat menahannya lagi, kutundukkan kepalaku
disamping tempat tidur Myung Soo oppa. Rasanya air mataku sudah kering sehingga
tak bisa keluar lagi. Aku hanya terdiam, terdiam hingga terbawa dalam tidur.
~~~***~~~
“Jinie~ Soo Jinie.. Kim
Soo Jin… bangunlah” sebuah suara membangunkanku dari tidur. “Hhmmm…” kataku
sambil mengusap-usap wajahku. “Kenapa tidak istirahat dirumah saja, hmm?” kini
aku sudah mendongakkan kepalaku, dengan jelas kulihat Sung Jong oppa sedang
berdiri disampingku dan melemparkan senyum khasnya kearahku.
“Kau khan sudah
beberapa hari tidak pulang. Setidaknya kau harus keluar dari ruangan
menyeramkan ini! Ayo kita keluar beli ice cream!!” belum aku menjawab
pertanyaan Sung Jong oppa dia sudah menarikku keluar ruangan.
“Kau tunggu disini
sebentar, aku beli ice cream dulu, arra??” kata Sung Jong oppa sebelum
menghilang dari pandanganku. Kini aku sedang berada di taman rumah sakit, aku
duduk di bangku taman yang menurutku posisinya sangat strategis.
Bangku taman yang
menghadap kearah taman bunga yang ditengahnya terdapat air mancur,
indah…sangaaat indah…. Ditambah lagi dengan keberadaan pasien-pasien rumah
sakit ini yang sedang bersenda gurau, melupakan segala penyakit yang bersarang
didirinya. Tersenyum bahagia, tertawa dengan tulus, sangat indah! Cantik!
Mataku kini tertuju
pada sebuah bangku taman yang tepat berhadapan denganku. Disana terduduk manis
seorang nenek dan kakek yang sangat bahagia. Sang kakek dengan tulusnya
memberikan bunga kepada sang nenek. Sangat romantis! Aku jadi iri. Keadaannya
1800 denganku. Tanpa kusadari sebulir air mata jatuh di pipiku, tapi
kubiarkan saja.
“Pakai ini” sebuah
suara membuatku mendongakkan kepala. Melihat sosok yang ada dihadapkanku
sekarang, aku langsung membenahkan baju, rambut, dan wajahku yang menurutku
terlihat sangat bernatakkan karena sudah seminggu ini aku tidak pulang ke
apartementku.
“Oppa…” panggilku
lirih. Myung Soo oppa kini berada di depanku dengan menggunakan kursi roda. Aku
menatapnya penuh pilu, meskipun begitu dia tetap tersenyum tulus padaku.
“Jangan melihatku
seperti itu” jawabnya dan mencoba duduk di sampingku. Akupun membantunya untuk
berdiri dari kursi roda dan mendudukannya di sampingku.
“Sudahlah, aku merasa
risih ditatap seperti itu” katanya setelah beberapa lama aku menatapnya penuh
rasa tak percaya.
“Aniya, aku hanya ingin
menatap wajah oppa lebih lama saja” rasa sedih kembali meliputiku, kutundukkan
wajahku dan tetap mengontrol nafasku agar tak terlihat jelas olehnya.
“Jinie~~~”
“Hhmmm?” kudongakka
kepalaku agar dapat menghadap wajahnya.
“Saranghae, jeongmal
saranghaeyo”
“Aah oppa~ leluconmu
tidak lucu sama sekali” aku tetap menahan perasaanku, meskipun air mataku ingin
sekali keluar.
“Itu bukan lelucon, aku
serius. Kim Soo Jin, I love you!”
Aku masih tak percaya
dengan apa yang Myung Soo oppa katakan, apakah ini nyata? Kucubit perlahan
tanganku, dan ternyata ini nyata!
“Jinie~” aku terkaget
mendengar suara Myung Soo oppa, sepertinya aku sudah terlalu lama diam.
“Sepertinya aku salah
mengenai perasaanmu..jadi lupakanlah” kata Myung Soo oppa dan memalingkan
wajahnya kearah lain.
“Saranghae oppa, nado
saranghae!” Myung Soo oppa langsung mengarahkan pandangannya padaku, dan
memasang ekpresi wajah seakan berkata ‘benarkah-itu?’
Akupun hanya tersenyum
lebar kearahnya yang menandakan bahwa semua itu benar. Myung Soo oppa langsung
mendorongku dalam dekapannya.
“Jinie… bogoshippoyo~”
“Nado…”
~*`*`FIN`*`*~
Komentar
Posting Komentar