Title: Love Tragedy
Author: NanaJji
Length: Chaptered
Genre: Romance, friendship, tragedy (?)
Main
Cast:
Kim Myung Soo/L (Infinite) || Kim Soo Jin (OC)
Support
Cast:
All
INFINITE members || Ok Taec Yeon
(2PM)
A/N:
Chap 2 come!! masih tetep abal-abalan karena saya males ngedit :D jadi langsung post aja, hehehe...
langsung aja...
check this out!!
previous chap:
MYUNG
SOO POV
“Tunggu!!!”
Semua
mata sekarang tertuju pada Soo Jin. Apa yang dia lakukan?
“Bisakah
aku menjadi detektif disini?” Wajahnya tidak menampakkan sedikitpun keraguan. Seketika
semua orang membulatkan matanya dan menajamkan pandangannya kearah Soo Jin.
“Apa?!”
tanya Taec Yeon hyung yang masih tidak percaya.
“Aku
ingin menjadi detektif disini, tolong bantu aku,” jawabnya lagi
dengan tegas. Matanya tak berkedip
sedikitpun menatap Taec Yeon hyung. Sepertinya ia amat sangat yakin.
“Siapa
namamu?” Kini semua orang menatap kearah Taec Yeon hyung.
“Soo
Jin, namaku Kim Soo Jin.” Tanpa ragu Soo Jin menatap tajam kearah Taec Yeon hyung.
“Maaf,
aku tidak bisa memutuskan sekarang, besok akan kujelaskan semuanya. Aku pergi
dulu.” Taec
Yeon hyung melenggang keluar dan meninggalkan kami yang penuh dengan pertanyaan.
~~~***~~~
“Kenapa
kau ingin menjadi detektif?” tanyaku pada Soo Jin tanpa melihat kearahnya dan
tetap fokus
pada kemudiku.
“Aku
ingin balas dendam.” Matanya tetap mengarah kedepan, namun bukan jalan yang ia
perhatikan, tatapannya kosong tanpa arah. Kali ini aku merasakan hawa dingin menyelimuti
tempat ini.
“Tadi,
taekwondo-mu lumayan juga, apa kau mempelajarinya?” tanyaku berusaha mengalihkan
pembicaraan yang aneh ini.
“Ne,
aku mempelajarinya setahun ini,” jawabnya singkat tapi aku masih merasakan hawa dingin
itu, hmm… pantas saja!
“Untuk
apa kau mempelajarinya?” Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutku.
“Tentu
saja untuk melindungi diriku.” Kini hawa dingin itu semakin kuat dan aku menoleh sejenak
kearahnya. Ada apa dengan yeoja ini? Tadi waktu di markas dia masih tersenyum
lebar? Apa dia punya masalah?
“Apa
disana apartement-mu?” Aku menunjuk gedung tinggi di depanku, mencoba untuk
mengahangatkan suasana dingin ini padahal udaranya tidak terlalu dingin.
“Ne.” Sekarang
kurasakan aura kesedihan darinya, bukan aura dingin seperti tadi. Apa
pertanyaan-pertanyaan ku membuatnya sedih? Ah, molla~
“Sudah
sampai.” Iapun
turun dari mobilku. “Besok aku jemput kau jam 6 sore,”
lanjutku dan menarik gas mobil, pergi dari tempat itu.
~~~***~~~
SOO
JIN POV
Kupandang
foto diatas meja disamping tempat tidurku. Sebulir air mata yang tak
dikehendaki ini jatuh begitu saja dan disusul oleh yang lainnya. Akupun
menangis sejadi-jadinya ditambah lagi kenangan-kenangan indahku bersamanya
sekarang berputar-putar di ingatanku, tak terkecuali kenangan terakhirku
bersamanya…
`*Flashback`*
Ting
Nong! Ting Nong! Bel apartement-ku berbunyi, menandakan ada orang di luar sana.
Tapi aku tak ingin bertemu siapapun hari ini, termasuk namjachinguku itu, No
Min Woo.
“Kenapa dia tega meninggalkanku sendiri dan pergi keluar
negeri tanpa memberitahuku alasannya?” pikirku sambil melihat pemandangan diluar jendela.
Tiba-tiba
kurasakan seorang memelukku dari belakang. “Kenapa kamu tidak membukakan pintu
untukku? Apa kamu tidak mendengarnya? Kurasa aku sudah menekannya berkali-kali,
masa kamu tidak mendengar? Apa kamu tidak ingin bertemu denganku, hm??”
pertanyaan itu menyerangku bertubi-tubi.
Suara
ini, aku sangat rindu suara ini, suara namjachinguku yang akan pergi jauh tanpa
ku tahu kapan ia akan kembali. “Ne! Aku memang tidak ingin bertemu siapapun,
terutama oppa!” kataku merajuk sambil mengerucutkan bibirku.
“Kenapa?”
Dengan
polosnya ia bertanya seperti itu? Cih, memangnya dia tidak sedih berpisah
denganku?
“Oppa
jahat! Kenapa oppa tega meninggalkanku sedangkan oppa tahu aku hanya sendiri
disini dan oppa tahu aku kesepian!” Bulir-bulir air mata berjatuhan silih
berganti tanpa permisi.
“Soo
Jin-ah~ aku tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi karena aku tetap
berada di hatimu.” Kini ia mempererat pelukannya.
“Oppa,
dalam keadaan seperti ini oppa sempat merayuku? Oppa
tahu yang ku maksud bukan seperti itu. Bukan hanya hatimu, tapi ragamu juga.
Aku ingin ragamu selalu ada di sampingku.” Kini air mata itu mengalir semakin deras akupun menangis
terisak.
“Kamu
tidak usah takut. Aku pasti kembali secepatnya,” katanya sambil membalik
badanku dan menjatuhkanku dalam dekapannya. Sekarang kurasakan bajunya basah
karena air mataku.
Beberapa
menit berlalu, tangisanku sudah semakin mereda dan ia melepaskan pelukannya
itu. Dia mengusap lembut pipiku untuk menghilangkan bekas air mata dan meraih
tanganku. Dia memakaikan sebuah cincin di jari manisku.
“Mianhae,
Soo Jin-ah~ Aku harus pergi sekarang dan jaga dirimu baik-baik, aku tidak mau
melihatmu terluka.” Itulah kata-kata terakhirnya sebelum menghilang dari
pandanganku.
Flashback
End
“Oppa,
aku masih menunggu janjimu untuk kembali. Tapi kenapa oppa harus pergi
selamanya?” Tangisku semakin menjadi. Sambil memeluk cincin
pemberiannya, malam itu aku menangis hingga terlelap.
~~~***~~~
Keesokan
harinya pukul 17:45
“Andwae!
Kenapa tidak mau hilang?” keluhku sambil mengusap-usap bawah mataku, sembabnya
tidak mau hilang. Ini semua gara-gara aku menangis semalaman. Sekarang aku
tengah bersiap-siap untuk pergi makan malam bersama detektif-detektif itu.
Aku
sudah bertekad, aku akan berusaha agar bisa masuk kelompok detektif atau klub
detektif atau apalah itu aku tidak tahu! “Oppa, aku akan segera membalaskan
dendammu,”
kata ku sambil melihat foto itu lagi.
Dasi dolawa,
Dolawa, dolawa~
Tiba-tiba
ponsel ku berbunyi, “Yoboseo? Nuguse−“ Belum selesai aku bertanya orang tersebut langsung
memotongnya,
“Ya!
Cepatlah keluar, aku sudah menunggumu dari tadi.” Huh, dasar orang ini! “Dari−“
Tiba-tiba
dia sudah memutuskan hubungan teleponnya.
Dari
mana dia tahu nomor ku? Babo! Dia kan detektif, pasti dengan mudah dia
mendapatkan nomor telepon seseorang. Dan akupun langsung turun menemuinya.
~~~***~~~
MYUNG
SOO POV
“Kemana
sih dia? Apa apartement nya terletak di lantai paling atas? Lama sekali, dasar
yeoja!” ocehkku dalam hati.
“Hai!”
kata seorang yeoja sambil melambaikan tangannya kearahku.
Aku
sedikit terpaku melihatnya, apa benar itu yeoja yang kemarin yang membantuku
berkelahi melawan penjahat itu? Dia terlihat berbeda, sangat berbeda! Dengan dress
selutut berwarna peach, rambut panjangnya digerai begitu saja, dan sepatu
ber-hills yang tidak terlalu tinggi berwarna putih, sangat cocok dengan
posturnya yang tinggi, dia terlihat sangat feminim dan cantik. Sangat berbeda
dengan yeoja tomboy yang kemarin.
“Soo
Jin?” tanyaku
akhirnya setelah beberapa lama aku menatapnya heran.
“Wah
daebak! Ternyata oppa ingat namaku. Ku kira tidak ingat, makanya dari kemarin oppa
tidak pernah memanggil namaku. Sudahlah, jangan menatapku seperti itu!”
ocehnya panjang dan langsung masuk ke dalam mobilku. Tanpa respon apapun aku
langsung membawa mobilku untuk meninggalkan tempat itu.
~~~***~~~
“Annyeong
haseyo~” sapa Soo Jin sambil membungkukan badannya setelah melihat Taec Yeon
hyung dan temanku yang lainnya sudah duduk di sebuah meja, “Maaf aku terlambat”
lanjutnya lagi. Aku hanya langsung duduk tanpa berkata sepatah katapun.
Hening…
aku memperhatikan semuanya, ternyata mereka sedang terpaku melihat Soo Jin,
“Ehem..” akupun berdehem untuk menyadarkan mereka. Kulihat wajah Soo Jin
sekarang memerah.
“Wow!
Yeppeunde!” kata Woo Hyun hyung membuka pembicaraan. “Ne! Neo jeongmal yeppo
Soo Jin-ah~” timpal Sung Yeol hyung.
“Hmm..
maafkan mereka Soo Jin ssi~ Penyakitnya mulai kumat lagi. Tapi mereka memang
benar” Taec Yeon hyung tersenyum manis kearah Soo Jin.
“Tapi
sepertinya ada yang kurang, tapi apa ya?” tanya Sung Jong sambil menatap Soo
Jin dari atas sampai bawah. Tapi, benar kata Sung Jong. Aku juga merasa ada
yang kurang dari penampilan Soo Jin.
“Apa
kau habis menangis Soo Jin-ah~?” tanya Sung Gyu hyung. Benar! Mata Soo Jin
terlihat sembab, kenapa aku tidak menyadarinya? “Pakai ini saja” kata Hoya
hyung sambil memberikan sebuah cream kepada Soo Jin. Dengan malu ia pun
menerima cream itu dan meminta izin pergi ke toilet.
Pelayan
pun akhirnya datang bersamaan dengan perginya Soo Jin. “Apa yang harus kita
pesankan untuk Soo Jin?” tanya Dong Woo hyung yang berhasil membuat semuanya
menjadi kebingungan.
“Samakan
saja sepertimu Sung Jong-ah~” suruh Woo Hyun hyung. “Kenapa harus aku?” tanya
Sung Jong. “Kau kan satu sekolah dengannya” jawab Sung Yeol hyung yang berhasil
membuat Sung Jong kebingungan dan memanyunkan bibirnya.
~~~***~~~
AUTHOR
POV
Akhirnya
pesanan mereka semua datang. “Soo Jin ssi~ mianhae. Tadi pelayannya datang
ketika kau ke toilet, jadi yang memesankan makananmu itu Sung Jong” kata Taec
Yeon meminta maaf. Soo Jin hanya menanggapinya anggukan dan tersenyum manis
kearah Taec Yeon.
“Selamat
makan!” teriak semuanya.
“Omona!”
kata Soo Jin sedikit berteriak dan langsung meminum airnya. Myung Soo ingin
menanyakan keadaan Soo Jin, tapi sudah didahului oleh Woo Hyun. “Gwenchanayo?”
tanya Woo Hyun sambil memberikan tissue kepada Soo Jin.
“Ah,
gwenchana. Kurasa makanan ini terlalu pedas untukku” jawab Soo Jin. “Maaf, biar
aku pesankan lagi” kata Taec Yeon.
“Makan
punyaku saja. Ini tidak pedas kok” tawar Sung Jong sambil menyodorkan
makanannya kearah Soo Jin.
“Tidak!
Masa kau mau memberikan makanan yang sudah sempat kau makan. Makan punyaku saja
aku belum memakannya sama sekali” omel Myung Soo pada Sung Jong. Akhirnya,
mereka melanjutkan acara makan mereka.
~~~***~~~
“Hmm..
maaf aku menanyakan soal ini lagi. Tapi aku ingin tahu jawabannya, bisakah aku
bergabung dengan kalian semua?” tanya Soo Jin setelah mereka semua selesai
makan.
“Oh!
Hampir saja aku lupa. Sung Gyu-ah~ tolong berikan dia berkasnya” Taec Yeon
memberikan isyarat kepada Sung Gyu.
Sung
Gyu hanya mengangguk dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dijadikan
satu lalu menyerahkannya kepada Soo Jin. “Apa ini??” tanya Soo Jin sambil
membolak-balikkan kertas yang dibawanya.
“Itu
berkas yang harus kau isi. Disana kau harus melengkapi data dirimu dengan jelas
dan yang pasti harus sejujur-jujurnya”
“Dan
itu merupakan langkah pertama sebelum kau diterima untuk bergabung dengan kami”
lanjut Taec Yeon
“Arraseo!”
~~~***~~~
SOO JIN POV
“Sung
Jong ssi~!” aku berlari kearah Sung Jong ssi ketika aku melihatnya di gerbang
sekolah. Dia berhenti dan membalikkan badannya ketika aku sudah sampai di
depannya.
Aku
masih mengatur nafasku sambil memegangi kedua lututku, sebelum akhirnya aku berbicara
padanya, “Sung Jong ssi~ apa kau mau ke markas?” aku mulai berbicara padanya
dan aku rasa volumenya terlalu keras hingga Sung Jong ssi menaruh jari telunjuk
di bibirnya.
“Aah…
mianhaeyo. Aku masih belum bisa mengontrol suaraku” aku hanya menggaruk-garuk
kepalaku yang tidak gatal.
“Ne,
aku akan pergi kesana. Oh ia! Jangan panggil aku seperti itu, panggil saja oppa”
dia memelankan suaranya dan memberikan isyarat mata kepadaku.
“Apa
aku boleh ikut bersamamu? Oppa?” aku juga ikut memelankan suaraku. Yah, bisa
dibilang kami sekarang sedang berbisik, dan mungkin orang yang melihatnya akan
merasa kami itu aneh.
“C’mon!
Let’s go!!” kini aku dan Sung Jong oppa berjalan menuju halte bus terdekat dan langsung
menuju ke markas para detektif itu.
~~~***~~~
“Ini
dia berkasnya, aku sudah mengisinya dengan lengkap dan yang pasti
sejujur-jujurnya” kataku sambil menyerahkan berkas yang telah kuisi kemarin
kepada Taec Yeon ssi.
“Hhmm…
ok! Berkas ini akan ku periksa dulu. Sekarang kau bisa keluar” aku pun
meninggalkan ruangan itu dan menuju taman yang kulihat kemarin ketika menuju
ruangan detektif-detektif itu.
Kebetulan
sekali dibawah pohon besar itu terdapat sebuah kursi taman, aku langsung
menyandarkan badanku yang terasa pegal gara-gara bertengkar melawan penjahat dua
hari yang lalu. Dan anehnya itu baru kurasakan hari ini.
“Kau
kembali lagi?” sebuah suara kini menghancurkan lamunanku. Suara itu, suara yang
selama dua hari ini yang entah kenapa selalu mengiang-ngiang di telingaku.
“Tentu
saja aku kembali” kini ia sudah duduk disebelahku sambil meminum kopi yang ia
bawa.
“Ku
kira kau sudah menyerah?” katanya dengan enteng sambil melihat kearahku. Aku
yang kaget mendengar perkataanya langsung mendongak kearahnya. Tanpa disengaja
tatapan kamipun bertemu kembali. Mata namja ini… kadang-kadang menghangatkan
namun kadang juga menyeramkan. Aku sangat bingung karenanya.
~~~***~~~
Aku
kini sudah berada di ruangan Taec Yeon ssi bersama ketujuh detektif yang
kemarin itu dan tentunya Taec Yeon ssi sendiri. Jantungku kini berdegub sangat
kencang menunggu apa yang akan dikatakan Taec Yeon ssi kepadaku.
“Soo
Jin ssi~ setelah aku baca dan aku cermati berkasmu tadi, akhirnya aku sudah
memutuskan. Secara tertulis, kau memang memenuhi syarat. Tapi kau harus tetap
berlatih disini selama kurang lebih 6 bulan. Jadi,,, kau diterima. Chukkahamnida!”
rasanya aku ingin berteriak sambil meloncat-loncat setelah mendengar apa yang
Taec Yeon ssi ucapkan. Aku sangaaat senang!!
“Chukkae
Soo Jin-ah~! Kamu adalah yeoja pertama yang masuk kesini!!” Sung Gyu ssi~
memberikanku selamat sambil menyalami tanganku.
“Kamsahamnida,
Sung Gyu ssi~”
“Hei,
hei~ jangan panggil kami seperti itu lagi. Panggil kami oppa, arra?” Woo Hyun
ssi~ ah salah! Woo Hyun oppa melingkarkan tangannya di leherku. Hari itu aku
berada di markas hingga sore untuk melihat para detektif latihan sebelum aku
memulai hariku disana.
~~~***~~~
Aku
sedang menaiki sebuah taxi, mengikuti sebuah mobil yang berada di depanku.
Sebuah mobil menyalip taxiku dan berhenti tepat di depan mobil yang sedang ku
ikuti.
Segerombolan
orang keluar dari mobil tersebut dengan menggunakan pakaian serba hitam dan menutup
mulut mereka dengan kain hitam pula, tak salah lagi… mereka itu adalah
penjahat!
Aku
menyuruh taxi ini berhenti agak jauh di belakang mobil tersebut. Aku pun
memperhatikan apa yang terjadi disana. Penjahat-penjahat itu menarik keluar
namja yang berada di dalam mobil itu dan menyeretnya masuk kedalam mobilnya.
Lalu meninggalkan tempat itu.
Aku
terus mengikuti kemana perginya mobil itu, hingga sampailah aku di sebuah
tempat, di sebuah rumah kosong yang sepertinya sudah bertahun-tahun ditinggal
penghuninya. Para penjahat membawa namja itu masuk ke rumah tersebut.
Akupun
keluar dari dalam taxi dan mengintip dari celah-celah pintu rumah itu. Dari
sini, setidaknya aku dapat melihat apa yang di lakukan penjahat pada namja itu,
namun aku tak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
Penjahat
itu mulai mengancungkan pisaunya dan menjulurkannya di leher namja itu yang
sekarang duduk terikat di sebuah kursi. Meskipun tidak mendengar suaranya, tapi
aku dapat melihat penjahat itu sekarang sedang berteriak kepada namja itu. Tapi
namja itu tidak bicara apapun. Hingga akhirnya…
“KYYAAAAAA!!!!!!”
To be continued…
don't forget to leave a comment!! see ya..
Komentar
Posting Komentar