Title: Dandelion
Author: NanaJji
Length: Vignette
Genre:
Romance, family
Casts:
Kim
Myung Soo (INFINITE) || Kim
Soo Jin (OC)
A/N:
Yayaya,,, I'm comeback! /kayaadayangnungguaja/
kali ini author mau bawain cerita yang terinspirasi dari bunga kesukaan author!!!
kalian udah pada tahu kan bunga apa itu? /readers: ngggaaak!!!/
yaudah,, mending liat aja langsung di ceritanya..
check this out!!
A/N:
Yayaya,,, I'm comeback! /kayaadayangnungguaja/
kali ini author mau bawain cerita yang terinspirasi dari bunga kesukaan author!!!
kalian udah pada tahu kan bunga apa itu? /readers: ngggaaak!!!/
yaudah,, mending liat aja langsung di ceritanya..
check this out!!
Rapuh.
Seperti itulah dia.
Dipenuhi
oleh harapan yang terbang sejalan angin.
Hingga
angin membawanya pada takdirmu.
Takdir
yang tidak seorangpun tahu.
Sampai
takdir itu berada di depan mata.
Suara gesekan sepatu
dengan rumput memecah kesunyian tempat itu. Yeoja yang berada disana−Kim Soo
Jin−satu-satunya orang yang ada di tempat tersebut.
“Eomma, Appa, aku
datang,” ucapnya pada dua buah nisan di depannya lalu meletakkan dua buah buket
bunga lili putih diatasnya.
“Maaf, aku baru bisa
mengunjungi kalian. Aku harap kalian tidak marah.” Soo Jin tersenyum hampa. Ia
tahu, apapun yang ia ucap tak akan mendapat balasan. Perlahan ia mencabuti rumput-rumput
liar di atas makam.
Eomma dan appa-nya
meninggal setahun lalu, saat ia duduk di kelas 3 Senior High School. Kini ia
hanya hidup sendiri. Rumah, mobil, dan
segala kekayaan peninggalan eomma dan appa-nya ia jual, lalu uangnya ia
tabung untuk biaya hidup dan sekolahnya.
Soo Jin mengatupkan
kedua tangannya di dada. Ia berdoa. Ribuan bunga di pemakaman itu bersemi,
menghilangkan kesan menyeramkan dari tempat itu.
Setelah berdoa, Soo Jin
melangkahkan kakinya meninggalkan pemakaman. Setelah beberapa kali melangkah,
Soo Jin berhenti. Ia berjongkok dan memetik setangkai dandelion. Mata indah Soo
Jin terpejam.
‘Ya Tuhan, beri aku kekuatan untuk menjalani hidup ini, aku tak ingin
terus tenggelam dalam keterpurukan ini,’ doa Soo Jin.
Soo Jin kemudian
membuka matanya, dengan lembut ia meniup bunga dandelion itu. Mahkota-mahkota
dandelion berterbangan jauh. Jauh. Sejauh angin menerpanya.
_~**-**~_
Mahkota-mahkota bunga
dandelion menerpa wajah Kim Myung Soo. Ia menoleh. Di lihatnya, seorang anak kecil
sedang tersenyum manis kearahnya.
“Eun Soo-ah! Kau ini
nakal sekali!!” Myung Soo langsung mengangkat tubuh dongsaeng-nya. Eun Soo−anak
berusia sepuluh tahun itu tertawa bahagia.
“Oppa! Musim semi ini
aku mau jalan-jalan!!” Eun Soo menatap Myung Soo tajam.
“Tapi Eun Soo-ah, oppa
masih sibuk kuliah. Bagaimana kalau ditemani Yoon Ji, atau Yoo Mi, bukan, lebih
baik−“
“Andwae! Aku tidak suka
dengan mereka! Tidak satupun diantara yeojachingu oppa yang aku suka!!” Eun Soo
merajuk. Ia hanya ingin oppa-nya yang menemaninya dan tak ingin para yeoja aneh
itu selalu mengganggu oppa-nya.
“Myung Soo-ah! Eun
Soo-ah!! Ayo kita sarapan!!” Nyonya Kim memanggil putra dan putrinya. Myung Soo
menggendong Eun Soo masuk ke dalam rumah.
Sambil melangkahkan
kaki, Myung Soo memikirkan kata-kata Eun Soo. Ia tahu benar perasaan Eun Soo,
bahkan ia sendiri pun sudah sangat muak dengan tingkah laku yeoja di
sekolahnya. Apa ia tak boleh merasa tenang sedikit saja!
_~**-**~_
Myung Soo duduk gelisah
di bangkunya. Lima menit lagi bel berbunyi. Ia harus pergi secepatnya.
“Songsaengnim! Saya
ijin kebelakang!” pamit Myung Soo pada Jung Songsaengim yang sedang mengajar.
Dengan bergegas Myung Soo melangkah keluar kelas. Sampai di luar kelas ia pun
berlari.
Lelah kakinya berlari,
Myung Soo pun berhenti untuk mengambil nafas. Ia berpikir kemana ia harus
pergi. Selama ini, ia sudah mencoba semua tempat yang ada di universitas ini,
tapi tetap saja para yeoja aneh itu dapat menemukannya.
Kantin, perpustakaan,
atap, taman depan, belakang…Tunggu! Taman belakang! Itu dia! Ia belum pernah ke
taman belakang. Tentu saja ia tak berpikir kesana, karena taman itu pun jarang
disinggahi oleh warga sekolah ini. Letaknya yang kurang strategis, jauh dari
jangkauan setiap sudut sekolah, dan itu akan menjadi tempat yang tepat untuk
persembunyiannya.
Tanpa babibu lagi,
Myung Soo langsung berlari kearah taman belakang. Myung Soo sedikit terpaku
ketika melihat taman yang ada di hadapannya. Semak-semak itu tumbuh begitu
tinggi hingga terlihat seperti pagar taman dan membuat taman di dalamnya tak
terlihat dari tempat Myung Soo berdiri.
Perlahan Myung Soo
menembus semak-semak tinggi itu. Ia pun langsung bersembunyi di balik semak.
“Huft~” Myung Soo menghembuskan
nafas lega setelah didengarnya bel tanda istirahat berbunyi.
Myung Soo menatap
kesekelilingnya. Ia takjub. Tak pernah ia sangka bahwa di balik semak ini
terdapat taman yang indah. Meskipun sepenuhnya tidak bisa disebut dengan taman,
karena sesungguhnya ini hanya seperti padang rumput. Namun, rumput-rumput itu
terpangkas rapi, ditambah dengan ditanaminya sejenis rumput-rumputan berbunga,
serta beberapa pohon cherry besar yang menambah teduh tempat ini. Musim semi
ini akhirnya mendorong bunga-bunga itu untuk bersemi. Menambah keindahan taman
itu dimata Myung Soo.
Pandangan takjub Myung
Soo kini beralih pada satu objek di bawah salah satu pohon cherry yang berada
di tengah taman. Ia mengakomodasikan matanya agar dapat melihat lebih jelas.
Seorang yeoja dengan
rambut panjangnya yang di kepang kuda dan sebuah kacamata bertengger di
wajahnya. Ia duduk sambil membaca buku. Wajahnya begitu tenang dan damai. Myung
Soo pun dengan hati-hati menghampiri yeoja itu.
“Hhmm! Tempat yang
indah ternyata!” ucap Myung Soo lalu duduk di sebelah yeoja itu. Sang yeoja
hanya menatap kaget namja di depannya.
“Kim Myung Soo imnida.” Myung Soo mengulurkan
tangannya, memperkenalkan diri. Sang yeoja hanya menatap Myung Soo bingung hingga
akhirnya ia pun menyambut tangan Myung Soo.
“Kim Soo Jin imnida,” ucap
yeoja itu−Soo Jin−sambil tersenyum manis kearah Myung Soo.
“Aku tak pernah
melihatmu sebelumnya, kamu fakultas apa dan tingkat berapa?” tanya Myung Soo
memulai percakapan.
“Aku dari fakultas sastra
tingkat dua. Sunbae dari fakultas desain interior tingkat enam ‘kan?” tebak Soo
Jin yang berhasil membuat raut takjub di wajah Myung Soo.
“Apa aku seterkenal
itu?” tanya Myung Soo ragu. Soo Jin hanya menjawabnya dengan senyuman, senyuman
yang terlihat sangat cantik di wajahnya, dan Myung Soo menyadari itu. Di
tatapnya wajah Soo Jin yang kini tengah membaca bukunya. Cantik. Angin
menghembuskan poni halus Soo Jin hingga menutupi setengah wajahnya.
“Rambut ini
menghalangimu..” ucap Myung Soo sambil menyibakkan poni Soo Jin dan membawanya
kebelakang telinga. Soo Jin yang bingung kembali merapikan sisa poni di
wajahnya.
“Gomawo~” ucapnya lalu dan
langsung mengalihkan pandangannya kembali ke buku.
“Kamu suka baca buku?”
tanya Myung Soo sembari memperhatikan setiap gerak-gerik Soo Jin. Soo Jin hanya
diam. Ia takut memandang mata indah itu. Takut akan ia yang terpaku disana
dengan degub jantung tak karuan.
“Oh, pertanyaan yang
bodoh. Aku lupa jika kamu fakultas sastra, tentu saja kamu suka baca buku.”
Myung Soo tertawa renyah. Ada kekecewaan dalam hatinya, karena baru kali ini
ada yang mengacuhkan pertanyaannya begitu saja. Namun ia merasa nyaman saat
ini. Tak ada beban ataupun tekanan yang ia rasa. Tubuhnya terasa ringan
diselimuti ketenangan yang selalu memancar dari Soo Jin.
Sepi…begitu suasana
yang mereka lewati. Tak ada percakapan, hanya suara gemerisik angin yang
menerpa dedaunan dan mahkota-mahkota bunga cherry yang berterbangan.
Soo Jin memetik
setangkai dandelion di hadapannya. Menutup mata, berharap, lalu meniup bunga
dandelion itu. Myung Soo memperhatikan Soo Jin, ujung bibirnya tertarik keatas
membentuk sebuah senyuman.
Lalu ia mengikuti Soo
Jin. Memetik dandelion dan menutup matanya. Entah kenapa ia berharap yeoja
disampingnya inilah yang akan mewarnai hidupnya. Kemudian ditiupnya dandelion
itu. Mereka berdua kini saling meniup dandelion-dandelion itu tanpa sepatah
kata pun keluar dari mulut masing-masing.
TEEEETT!!
Bel tanda masuk
berbunyi. Mereka menghentikkan aktifitas mereka. Soo Jin mulai mengemas
buku-bukunya. Sekarang pelajaran sastra Prancis, ia tak boleh telat. Dengan
segera ia melangkah keluar taman, lupa akan keberadaan Myung Soo disana.
“Nanti sore aku tunggu
di café dekat sekolah jam 3!!” teriak
Myung Soo sebelum akhirnya Soo Jin keluar dari taman itu.
_~**-**~_
Myung Soo melirik
levis-nya sejenak. Bel tanda istirahat masih lama. Ia kini berada di taman
belakang universitas itu, tempat kemarin ia bertemu dengan Soo Jin. Yeoja itu
telah berhasil menenangkan pikirannya, membuatnya tersenyum bebas tanpa beban,
hal yang selama ini tak pernah ia rasakan.
Terdengar suara gesekan
dari semak-semak. Myung Soo langsung menyembunyikan diri di balik pohon.
“Sunbae?” panggil Soo
Jin begitu melihat Myung Soo duduk di tempatnya kemarin.
“Huft~” Myung Soo
memegangi dadanya. “Ku kira kamu itu Park Songsaengnim. Bisa-bisa aku dihukum
karena ketahuan bolos pelajarannya,” lanjut Myung Soo.
“Tenang sunbae, tidak
ada yang tahu tempat ini, kecuali aku. Hmm..sekarang kecuali sunbae juga.” Soo
Jin tersenyum manis lalu duduk disamping Myung Soo. Senyuman itu tak
henti-hentinya menarik Myung Soo untuk melihat keindahannya, membuat Myung Soo
terpaku hanya karena menatapnya.
“Ini belum waktunya
istirahat, kenapa kamu sudah ada diluar? Aku tak yakin jika kamu bolos.”
“Jam kosong. Lee
Songsaengnim tidak ada, jadi aku pergi kesini saja,” ucap Soo Jin sambil
menoleh kearah Myung Soo. Kedua pasang mata itu kini bertemu, sang empunya pun
ikut terpaku. Hingga Myung Soo pun teringat akan sesuatu.
“Kemarin..kenapa kamu
tidak datang??” raut wajah Myung Soo berubah suram. Begitupun dengan Soo Jin,
ia bahkan menundukkan kepalanya.
“Mianhae, kemarin aku tidak
bisa, aku harus…bekerja.” Soo Jin tak berani menatap Myung Soo. Ia takut
kenyataan ini akan menghancurkan mimpinya. Ya, bersama Myung Soo memang seperti
mimpi baginya.
“Oh, maafkan aku.
Seharusnya aku tak seenaknya membuat janji tanpa bertanya padamu. Tapi, kamu
bilang bekerja? Dimana?”
Soo Jin pun akhirnya
menceritakan segala alur kehidupannya. Hidup sendiri, bekerja paruh waktu di
boutique milik sahabat eomma-nya, hingga tinggal di apartement kecil demi
menghemat pengeluarannya. Tak ada tempat untuknya bersandar, bahkan hanya untuk
mengadu saja tidak ada. Myung Soo dengan seksama mendengarkan cerita Soo Jin.
Tak terlintas sedikit pun pikiran untuk menghindari gadis ini, bahkan ia merasa
harus melindungi Soo Jin.
_~**-**~_
“Sunbae, kurasa aku
bisa pulang sendiri..” ucap Soo Jin sambil memainkan jari-jarinya. Sekarang
mereka sudah berada di dalam mobil Myung Soo. Begitu bertemu di gerbang
sekolah, Myung Soo memaksa untuk mengantar Soo Jin pulang.
“Sst! Tak apa.” Myung
Soo mulai menyalakan mesin mobilnya. “Hmm..mulai sekarang jangan panggil aku
sunbae lagi, oppa saja, arraseo?” lanjutnya.
“Oppa…” Soo Jin membeo.
“Pintar!” ucap Myung
Soo lalu membawa mobilnya pergi dari tempat itu.
“Soo Jin-ah, tak apa
kan jika kita menjemput dongsaeng-ku dulu?” tanya Myung Soo di tengah
perjalanan mereka.
“Tentu saja tidak,” jawab
Soo Jin dengan senyum. Itulah dia. Apapun yang ia katakan tak luput dari senyum
itu.
“Hmm! Itu dia!” ucap
Myung Soo sesampainya mereka di depan sebuah sekolah dasar. “Eun Soo-ah!”
panggil Myung Soo sambil melambaikan tangannya kearah Eun Soo.
“Oppa!” Eun Soo pun
berlari menghampiri oppa-nya dan langsung masuk kedalam mobil. Eun Soo melirik
Soo Jin sejenak lalu tersenyum. “Annyeong haseyo~ Kim Eun Soo imnida!” ucapnya
riang sambil mengulurkan tangan.
“Kim Soo Jin imnida.” Soo
Jin menjabat tangan Eun Soo. Senyum kembali mengembang di wajahnya.
“WOAH! Yeppeunde! Aku
suka dia, oppa!” teriak Eun Soo polos. Soo Jin kembali tersenyum. Sedangkan
Myung Soo langsung menancap gas untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya.
Ia salah tingkah.
“Oppa~ ayo kita
jalan-jalan! Aku bosan!” pinta Eun Soo sambil menarik-narik baju Myung Soo.
“Tapi kita harus
mengantar Soo Jin eonni dulu ya?” Myung Soo melirik kaca spion untuk memastikan
keadaan Eun Soo di belakang.
“Andwae! Aku ingin Soo
Jin eonni juga ikut! Tak apa kan, eonni?” Mata Eun Soo berbinar menatap Soo Jin
penuh harap.
“Oh, ne. Tidak apa.”
Myung Soo langsung menoleh kearah Soo Jin, menatap Soo Jin penuh tanya. Soo Jin
pun tersenyum, memastikan semuanya baik-baik saja.
Mereka pergi ke taman
di tengah kota. Hari itu mereka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Di
selimuti oleh langit biru musim semi dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang
bermekaran. Indah. Romantis.
Di taman itu
bunga-bunga bersemi, begitupun dengan perasaan itu. Cinta.
_~**-**~_
“Soo Jin-ah~ gomawo,”
ucap Myung Soo. Kini mereka tengah diperjalanan menuju rumah Soo Jin. Eun Soo
sudah terlelap karena terlalu lelah bermain. Soo Jin melirik Eun Soo yang
berada di belakang.
“Tak apa, oppa. Aku
suka dengan anak-anak.” Soo Jin tak bohong. Ia sangat menikmati hari ini, saat
ia bermain dengan Eun Soo, membuatnya merasa memiliki keluarga lagi. Dan Myung
Soo, membuatnya merasa nyaman dan aman.
“Soo Jin-ah~ besok kamu
mau kan menemaniku ke acara pesta musim semi di sekolah??” Myung Soo bertanya
dengan ragu. Takut Soo Jin akan menolakknya.
“Tapi oppa, aku ti−“
“Aku tidak
mempermasalahkan yang lain, segala sesuatunya biar aku yang mengurus. Sekarang,
apa kamu mau pergi bersamaku ke pesta itu?” Soo Jin berpikir dahulu sebelum akhirnya
mengangguk dengan senyum.
“Berhentilah tersenyum
seperti itu. Senyummu lama-lama bisa membunuhku tau!” canda Myung Soo. Raut
wajah Soo Jin berubah cemberut.
“Apalagi dengan wajah
seperti itu, aku bisa mati secepatnya.” Soo Jin langsung merubah ekspresinya,
membuatnya sedatar mungkin. Sedangkan Myung Soo tersenyum bahagia melihat
tingkah Soo Jin.
_~**-**~_
Myung Soo menatap cemas
levis-nya. Ternyata perempuan memang lama.
“Myung Soo-ah!” seru
Nyonya Kim sambil menunjukkan deretan gigi putihnya, lalu turun dari tangga.
Ya, Myung Soo memang
meminta bantuan pada eomma-nya untuk meng-make over Soo Jin. Ia rasa eomma-nya
memiliki selera fashion yang tinggi.
Sedangkan, dirinya sendiri sekarang sudah berpakaian rapi dengan setelan jas
hitam, kemeja putih, dasi hitam kecil, dan tentunya sapu tangan yang terselip
di sakunya.
“Tadda!!” seru Eun Soo
yang tak mau ketinggalan moment penting ini. Soo Jin melangkahkan kakinya
menuruni tangga. Myung Soo terpaku, mulutnya sedikit terbuka. Matanya tak lepas
memandangi Soo Jin. Ia begitu cantik.
Dress selutut berwarna peace dengan hiasan pita pada salah satu
talinya, melekat di tubuh Soo Jin. Dengan heels berwarna pink pucat, semakin
memperlihatkan tubuh jenjangnya. Rambut lurusnya kini di hias sedikit
bergelombang, jepit berbentuk pita yang senada dengan dress-nya bertengger
disana.
Make
up yang tipis membuat wajahnya terlihat
alami, bahkan bibirnya itu merah dengan alaminya tanpa menggunakan lipstick, hanya sedikit lip-gloss agar bibirnya tidak kering.
Dan tentunya, kacamata itu sudah tak mendiami wajah Soo Jin lagi, ia
menggunakan lensa. Dan kini tak ada yang menghalangi mata indah itu. Myung Soo
pun baru menyadari jika mata Soo Jin begitu indah.
“Perfect!” ucap Myung Soo begitu Soo Jin berada di hadapannya. Soo
Jin tersenyum. Dan senyum itulah yang menjadi nilai plus untuknya. Nyonya Kim
tersenyum puas melihat penampilan Soo Jin, sedangkan Eun Soo bertepuk tangan
dengan riangnya. Mereka pun akhirnya pergi ke pesta.
_~**-**~_
Pesta itu begitu meriah.
Semua orang memperhatikan Soo Jin dan Myung Soo. Para yeoja saling berbisik iri
ketika Myung Soo menggandeng tangan Soo Jin. Dan para namja pun bertanya-tanya
siapakah yeoja yang bersama Myung Soo.
Soo Jin mulai tak tahan
dengan tatapan aneh yang tertuju padanya. Ia meninggalkan keramaian itu. Myung
Soo yang baru datang mengambil minuman di buat bingung oleh kepergian Soo Jin.
Tangis Soo Jin pecah di
taman ini. Taman yang menjadi sahabatnya, tempatnya mengadu, dan taman ini pula
yang mempertemukannya dengan Myung Soo.
“Uljima, Soo Jin-ah~”
Myung Soo kini menghampiri Soo Jin. Perkiraannya tak salah, Soo Jin memang ada
di tempat ini. Myung Soo lalu duduk disamping Soo Jin. Sedangkan Soo Jin sibuk
menghapus air matanya dengan sembarang dan mengatur nafasnya agar tak terisak.
“Mianhae~ seharusnya
aku tahu kejadiannya akan seperti ini,” ucap Myung Soo sambil menatap Soo Jin.
Namun, Soo Jin tetap menundukkan kepalanya.
“Aniyo, ini bukan salah
oppa.” Soo Jin mendongakkan kepalanya. Lalu tersenyum kearah Myung Soo seperti
biasanya. Senyuman yang manis.
“Kamu tahu sesuatu?
Sesuatu yang aku tahu, namun kamu tidak mengetahuinya?” tanya Myung Soo. Ia
menatap tajam mata Soo Jin. Soo Jin hanya menggeleng menjawab pertanyaan Myung
Soo.
“Apa itu?” tanyanya
kemudian.
“Kamu sangat cantik di
mataku. Tak peduli kata orang lain. Aku mencintaimu,” ucap Myung Soo tulus.
Senyuman mengembang di wajahnya.
“Nado.” Soo Jin tersenyum
bahagia, meski wajah cantiknya masih diselimuti dengan air mata.
Myung Soo memetik
setangkai dandelion lalu memberikannya pada Soo Jin. Soo Jin memejamkan mata
sejenak lalu meniup dandelion itu.
“Apa yang kau doakan?”
tanya Myung Soo penasaran.
“Terima kasih Kau telah
mengabulkan doa-ku, dengan membawaku pada takdirku. Namja di sampingku,”
jawabnya.
“Kau tahu apa yang aku
harapkan?” Soo Jin menggeleng.
“Agar Tuhan menakdirkanku
denganmu. Dan semua sekarang terkabul. Aku sangat berterima kasih padaNya.”
Myung Soo meniup
dandelion di tangannya. Makhota-mahkota dandelion itu berterbangan. Jauh.
Membawa takdir mereka terbang bersama angin.
Selemah apapun dirimu
untuk meraih takdir itu, sekuat apapun dirimu untuk menghindarinya, itu tak
akan berpengaruh. Karena takdir itu sendiri yang memiliki kuasa untuk
menghampirimu.
Pergi sejalan angin
menerbangkanmu.
Dandelion.
~*`*`KKEUT`*`*~
Komentar
Posting Komentar