Title:
Unpredictable
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Kim Myungsoo [Infinite] || Jung
Soojung [f(x)]
Genre:
Romance.
Duration:
Ficlet
Rating:
PG-15
Summary:
Tak
pernah ada yang tahu bahwa semua akan berakhir seperti ini
.
.
.
Aku tak pernah menyangka bahwa semua akan berakhir
secepat ini. Setelah sekian lama rasa ini kusimpan untuknya sejak awal sekolah
menengah atas hingga lima tahun sudah masa itu berakhir, aku masih setia
menyimpan perasaan ini untuknya.
Setahun lalu, entah kebetulan atau memang takdir
yang berperan, kami bertemu kembali setelah lima tahun perpisahan itu.
Bercengkrama selayaknya teman lama yang baru bertemu setelah lama berpisah. Namun
tak begitu banyak hal untuk di bahas, dulupun kami tidak terlalu dekat. Hanya
aku yang selalu diam-diam memperhatikannya.
Tuntutan pekerjaan membuat kami semakin sering
bertemu. Hampir setiap hari, begitupun saat jam istirahat, kami sellau
menghabiskan waktu bersama. Entah apa yang Myungsoo pikirkan tentang kedekatan
kami, yang pasti aku masih menyimpan perasaan ini untuknya.
Waktu berlau tanpa kusadari. Dan akhirnya aku tahu
apa yang selama ini Myungsoo pikirkan.
Saat itu langit di siang hari cukup terik, kami
pergi makan siang di restorant yang biasa kami kunjungi. Kegiatan sendok-menyendokpun
berjalan seperti biasa. Sampai sebuah kalimat dari Myungsoo membuat hari itu
menjadi berbeda.
“Aku mencintaimu, Soojung. Bisakah kau terus ada di
sisiku?”
Tentu saja aku mengangguk sebagai jawaban. Sejak
saat itu kami menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Aku tak lagi
menyimpan perasaan ini untuk Myungsoo, melainkan menunjukkan segala kasih
sayangku padanya. Begitupula Myungsoo yang menerimaku apa adanya, meski sampai
sekarang hal itu masih sulit untukku percaya.
Kami pergi di sabtu malam, menonton film, makan
malam, ataupun hanya sekadar jalan-jalan bersama. Tak penting apa kegiatan itu
asalkan kami bersama, itu yang selalu Myungsoo katakan padaku, dan aku percaya
itu.
Aku tak pernah meragukan Myungsoo selama ini, segala
keputusannya tampak benar di mataku. Tiga bulan berlalu sejak kami menjadi
sepasang kekasih dan semua masih baik-baik saja, begitupula pekerjaan kami yang
seringkali mengundang decak kagum dari atasan kami.
Di suatu senin yang cerah, sebuah kabar kembira aku
dapatkan dari atasanku. Aku akan dipromosikan untuk naik jabatan. Tentu aku
merasa sangat senang, seperti sebuah mimpi namun nyata. Hari itu aku tidak
memberitahu Myungsoo, kuputusan untuk memberitahunya saat makan malam nanti.
“Aku ingin mengatakan sesuatu,” ucapku yang ternyata
bersamaan dengan Myungsoo. Kami saling tatap selama beberapa detik karena
bingung. Lalu tertawa di detik berikutnya.
“Ladies first.”
Myungsoo mempersilahkanku untuk berujar lebih dulu. Aku berpikir cukup lama.
Entah aku harus memulai darimana, bagaimana aku harus mengatakannya, aku tidak
tahu.
“Aku… aku di promosikan untuk naik jabatan, Myung.”
Aku tak bisa berhenti tersenyum saat mengatakannya. Senyumpun segera muncul di
wajah Myungsoo setelah mendengarnya. “Jadi hari ini aku yang akan mentraktirmu.”
Kembali aku berucap dengan senang.
“Memang seharusnya kau yang mentraktir, kan?”
Myungsoo tertawa. Aku tahu maksud Myungsoo hanyalah gurauan. Dan aku menyukai
caranya yang seperti itu. “Selamat, Soojung-ah!
Ini benar-benar berita yang sangat bagus.”
Myungsoo memegang tanganku erat. Aku merasakan
kenyamanan dan kehangatan itu lagi, selalu, setiap kali ketika aku bersama
Myungsoo. Aku suka itu. Kurasa aku tidak akan bisa apa-apa jika aku kehilangan
Myungsoo. Aku tidak akan membiarkannya pergi meninggalkanku.
Pelayan restorant datang membawa pesanan kami. Acara
makan malam pun berjalan seperti biasa. Ada percakapan-percakapan kecil di sela
kami menikmati hidangan malam itu. Yang entah mengapa selalu terasa lebih
nikmat jika itu bersama Myungsoo.
“Kurasa tadi kau ingin mengatakan sesuatu. Apa?” Aku
bertanya setelah makanan diatas meja hanya menyisakan desert dan minuman yang kami pesan. Aku menatap Myungsoo, namun
laki-laki itu malah tampak kurang nyaman. “Apa terjadi sesuatu?” Aku bertanya
lagi saat kulihat raut wajah Myungsoo tampak panik.
“Hmm… aku…
“ Myungsoo menggantungkan kata-katanya. Ia menatapku ragu. Aku balik menatap
bola matanya, mencoba untuk meyakinkan Myungsoo agar segera mengatakan apa yang
ingin ia ungkapkan.
“Apa itu suatu hal yang penting?” Myungsoo
mengangguk. Aku mulai mengira-ngira hal penting apa yang mungkin Myungsoo akan
katakan. “Mungkin kau bisa mengatakannya lain kali, jika kau sudah siap.” Aku
mencoba membujuk Myungsoo. Firasatku menjadi kurang baik tentang hal itu. Namun
Myungsoo akhirnya menggeleng.
“Aku ingin berhenti menjadi kekasihmu, Soojung.”
Itu yang akhirnya Myungsoo katakan. Aku diam,
rasanya jantungku pun berhenti berdetak sata itu. Tidak, Myungsoo tidak mungkin
meninggalkanku. Apapun itu sebabnya, Myungsoo tidak mungkin melakukannya.
Tak terasa air mataku menetes. Rasanya perih.
Setelah sekian lama aku menyukai Myungsoo, diam-diam memperhatikannya, hingga
kami akhirnya bersatu. Dan sekarang semua akan berakhir secepat itu?
“Apa? Tapi aku masih mencintaimu, Myung.”
“Kurasa aku mulai bosan menjadi kekasihmu.”
Deg. Kini air mata itu mengalir begitu deras dari
pelupuk mataku. Myungsoo, aku tidak menyangka ia akan melakukan ini padaku.
Menerbangkanku beberapa saat, lalu menjatuhkanku begitu saja kearah jurang.
“Maafkan aku membuatmu menangis, Soojung.”
Aku menggeleng. Mungkin ini bukan salah Myungsoo.
Bisa saja aku yang terlalu berharap banyak pada hubungan kami yang hanya seumur
jagung. Bahkan kami belum terlalu mengenal satu sama lain. Kurasa aku tak mampu
lagi menahan semua ini, maka aku berdiri hendak meninggalkan Myungsoo begitu
saja. Namun laki-laki itu menahan tanganku.
“Aku hanya ingin menjadi tunanganmu. Jadi maukah kau
menikah denganku, Soojung?”
Aku berbalik menatap Myungsoo heran. Laki-laki itu
sedang menatapku penuh harap dengan sebelah tangannya menjulurkan kotak berisi
cincin kearahku. Kesedihan yang kualami sebelumnya hilang entah kemana,
berganti dengan keheranan yang masih belum dapat aku percaya.
“Myung… maksudmu…” Aku tak melanjutkan kata-kataku.
Tak tahu harus bertanya apa dan mengungkapkan apa. Aku terlalu terkejut dan tak
percaya. Apakah ini mimpi?
“Aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anak kita
kelak. Maukah kau?”
Myungsoo mengulangnya lagi. Tangannya meraih
jemariku dan memasangkan cincin itu di jari manisku. Kemudian ia tersenyum
tulus. Aku sendiri tidak bisa menghentikan diriku untuk tersenyum membalasnya.
“Ya. Aku mau, Myung.”
Aku mengangguk lalu Myungsoo memelukku dengan
hangat. Ini adalah dua buah keterkejutan yang kudapat dalam satu keadaan. Dan tersangkanya
tak lain adalah Myungsoo. Laki-laki yang kelak akan mendampingiku untuk
menjalani hidup yang bahagia.
Aku tak akan berprasangka buruk lagi sebelum mendengar
kata-kata Myungsoo lengkap terucap. Laki-laki itu sungguh ajaib. Aku tak pernah
tahu apa yang akan ia lakukan nanti, esok, tahun depan, dan seterusnya. Yang
aku tahu hanyalah, aku yang tak akan bisa berhenti mencintainya, begitupun juga
ia yang selamanya tak akan pernah meninggalkanku.
.
.
.
FIN
Komentar
Posting Komentar