IS IT WRONG???
.
.
Love is a
Nightmare
.
Sinar mentari
yang cukup temaram menyelusup melalui dedaunan pohon sore itu, membuat suasana
yang tadinya panas menjadi sedikit lebih sejuk.
Masih seperti
hari-hari sebelumnya semenjak satu bulan yang lalu, sore itu, aku dan Grace
berjalan-jalan menghabiskan waktu sore hari di sebuah taman. Kami berlari-lari
kecil menyusuri jalan setapak yang mengelilingi taman tersebut. Lalu, setelah
merasa cukup lelah, kami beristirahat di sebuah bangku panjang yang menghadap pada
air mancur yang indah.
Grace, aku
mengenal gadis itu kurang lebih sebulan yang lalu, dan aku langsung
menyukainya. Gadis itu periang, selalu bersemangat, dan aku sangat suka kala ia
mulai bercerita tentang pengalamannya dengan sangat antusias.
“Jack, lihat anak kecil itu! Sangat lucu, bukan?” Dia menatapku
dengan mata berbinar. Jack, ya, dia sering memanggilku seperti itu. Kurasa Jack
bukan nama yang buruk.
“Kau tahu, Jack? Kemarin aku memenangkan sebuah undian
belanja, kau mau ku belikan apa?” Dia mulai bercerita lagi. Dan aku suka
bagaimana cara ia memanggil namaku.
“Jack, kurasa aku akan membelikanmu sebuah baju.”
“Jack, kau ingat Bibi Helen yang bertubuh gempal itu?”
“Jack, ibu akan membuatkan kukis untuk kita hari ini!”
“Jack−“
Dan Grace tak
pernah melanjutkan kata-katanya lagi.
Grace berdiri
dari duduknya demi menyambut kedatangan seorang pria dengan senyum yang sangat
cerah. Pria itu kemudian duduk di sebelahnya.
Dan untuk
menit-menit berikutnya, Grace mengacuhkanku. Pria itu tampan, katakanlah begitu
meski aku tak ingin mengakuinya. Dan jujur saja, ia sepadan dengan Grace. Tak
pelak hal itu membuatku cemburu.
Aku
bergerak-gerak tak nyaman di tempat dudukku. Setidaknya aku berharap hal itu
bisa menyadarkan Grace akan keberadaanku di sampingnya.
Seperti
permohonanku, Grace mulai mengalihkan pandangannya kearahku. Beberapa sekon
kemudian, ia kembali bersua.
“Oh, ya, Kris. Perkenalkan ini Jack. Jack, ini Kris,
pacarku.”
Baiklah,
semuanya pupus sudah. Aku tahu, memang dari awal aku tak memiliki sedikitpun
harapan perihal semua ini.
“Kau menyukainya, Kris?” Grace bertanya sedikit manja pada
laki-laki itu. Kris menoleh kearahku lalu mengelus puncak kepalaku lembut.
“Ya, aku menyukainya. Dia anjing yang lucu. Tadi, siapa
namanya?”
“Namanya Jack. Ya, dia memang sangat lucu. Ayah membelikannya
untukku sebulan yang lalu.”
Ya, memang
sebatas itulah hubunganku dengan Grace. Dia majikanku dan aku adalah hewan
peliharaannya.
Mungkin tak
sepatutnya aku menceritakan semua kisah ini pada kalian. Namun menurutku,
dimanapun dan bagaimanapun bentuk kasih sayang itu tak akan pernah salah. Meski
tak semuanya dapat bersatu.
Komentar
Posting Komentar