Langsung ke konten utama

[Vignette] I Hate Hanyu


Title:
I Hate HANYU
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Oh Sehun [EXO-K] || Kim Soojin [OC] || Xi Luhan [EXO-M] || and the other cast(s)
Genre:
Romance. Family.
Duration:
Vignette
Rating:
Teen
Summary:
Penyebabnya hanyalah satu; bahasa itu. Andai aku bisa menggunakannya.
.
.
.


Ting Nong! Ting Nong!!
Suara bel rumah berbunyi beberapa kali menyebabkan Sehun harus mengangkat tubuhnya dengan malas dari atas sofa menuju pintu rumah. Setelah pintu di buka, Sehun mendapati gadis yang sangat ia kenal, bahkan ia temui setiap hari. Soojin ̶ gadis itu ̶ hanya menampilkan deretan gigi putihnya pada Sehun.
Baru saja Sehun ingin bertanya, ‘Ada apa kau kemari?’ Namun gadis itu terlebih dulu mencuri start-nya. “Aku sendirian di rumah oppa, eomma dan appa sedang pergi ke acara pesta rekan kerjanya. Dan oppa tahu, membosankan jika harus tinggal sendiri di rumah, bukan?” keluh Soojin dan menampilkan wajah memelasnya.
Sehun hanya menatap Soojin diam, ia masih harus mencerna dengan baik kata-kata Soojin. Tanpa ia sadari Soo Jin tengah menatapnya dari memelas menjadi tatapan malas. Gadis itu pun kembali bersua. “Tak apa kan jika aku kemari? Bahkan oppa tak menyuruhku masuk.”
Ah, aku hanya heran, tumben kau kemari. Sudahlah, ayo masuk!” Sehun menggiring Soojin masuk ke dalam rumahnya. Soojin mengedarkan pandangannya, merasa aneh dengan kesunyian di rumah ini. “Eomma dan appa sedang menjenguk nenek, seminggu lagi baru pulang,” ucap Sehun tampak mengerti dengan tatapan aneh Soojin.
Oppa tinggal sendiri? Kenapa tidak ikut?”
“Kau harusnya bersyukur karena aku tidak ikut, memangnya kau bisa apa jika aku tidak ada?” goda Sehun, namun apa yang ia katakan memang tidak bohong. Soojin selalu menempel padanya seperti perangko dan herannya Sehun pun tak ingin melepaskan diri.
“Sehun-ah!!” Sebuah suara menginterupsi keduanya. Seorang laki-laki dengan setelan jeans serta kaos putih sederhana menghampiri mereka berdua. “Oh, ada tamu. Maaf, sepertinya aku mengganggu.” Laki-laki itu berujar sambil melirik Sehun jail, yang dilirik pun hanya menampakkan wajah salah tingkahnya.
Hyung!!”
Soojin yang sedaritadi memperhatikan kedua laki-laki itu hanya mengeluarkan tatapan bingung lalu melirik Sehun penuh tanya. ‘Siapa namja itu?’
Sehun yang kasihan melihat tanda tanya besar di mata Soojin akhirnya mulai menjelaskan. “Soojin-ah, ini Luhan hyung, sepupuku. Hyung, ini Soojin.” Soojin dan laki-laki bernama Luhan itu pun berjabat tangan.
“Kim Soojin.”
“Xi Luhan.”
“Xi Luhan?” Soo Jin membeo. “Chinese?” tanya Soojin lagi yang langsung mendapat anggukan mantap dari Luhan. “Ah! Dà jiā hǎo!!” sapa Soojin dengan bahasa mandarin.
AhDà jiā hǎo!” sapa Luhan balik sambil membungkukkan badan. “Soojin-ssi bisa bahasa mandarin?”
Cha bú duō! Aku masih belajar,” jawab Soojin dengan senyuman lebar di wajahnya. “Boleh aku memanggilmu Luhan ?”
“Tentu saja. Wah, itu sangat bagus! Kau suka mempelajarinya?”
Hmm! Wǒ hěn xǐ huan!!” Senyuman lebar sedaritadi tak sedikitpun meninggalkan wajah Soojin. Ia begitu bersemangat hari ini. Ia terus berbicara dengan Luhan, mengobrol tentang banyak hal, tanpa ia sadari sedaritadi Sehun memperhatikan mereka berdua tanpa bersua sedikitpun, laki-laki itu sungguh tak mengerti dengan percakapan dua manusia di hadapannya.
Bagaimana tidak? Mereka bicara dengan bahasa mandarin yang Sehun tidak mengerti. Mereka membuat Sehun merasa seperti si tuli dan si gagu. Sama sekali tak mengerti dengan apa yang ia dengar sekaligus tak bisa mengucapkan apa-apa untuk menanggapi. Sehun mengembuskan napas frustasi. Sungguh tak menyenangkan!
.
.
.
Keesokkan harinya, Soojin datang lagi. Alih-alih untuk bertemu Sehun, gadis itu malah sibuk mengobrol dengan Luhan dari awal kedatangannya hingga sore menjelang dan ia memutuskan untuk pulang.
Suara ketukan pintu kamar Sehun menginterupsi mimpi laki-laki itu yang bahkan belum di mulai. Kepala Soojin muncul di sela-sela pintu.
Oppa, aku akan pulang.”
Itu kalimat pertama yang Soojin ucapkan pada Sehun seharian itu. Berdasarkan pengalamannya kemarin, hari itu Sehun memilih untuk menghabiskan waktu di kamar di bandingkan harus mendengar obrolan dua orang terdekatnya yang bahkan tak menghiraukannya.
Hmm.” Sehun hanya menanggapi singkat ucapan Soojin lalu kembali menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Sampai ucapan Soojin selanjutnya membuat Sehun kehilangan kenyamanan akan bantal tersebut.
“Luhan akan mengantarkanku pulang.”
“Apa?! Memangnya kau tidak bisa pulang sendiri?!” Sehun langsung bangun dari tidurnya.
“Inginnya aku pulang sendiri. Tapi kata Luhan , di luar sangat panas, jadi dia ingin mengantarkanku,” ucap Soojin dengan penuh senyum. “Luhan sangat baik ya, oppa?' Lagi-lagi senyum ceria mengembang di bibir Soojin.
Sehun merasa di khianati. Mereka bahkan tak pernah memikirkan perasaan Sehun. Liburan musim panas terasa percuma. Lebih baik pergi ke sekolah dan bertemu teman-teman di bandingkan harus terasingkan di dalam rumah sendiri. Lagipula jika tidak libur, Luhan tidak akan menginap di rumahnya, dan Sehun masih bisa bertemu Soojin di sekolah. Tidak ada ruginya bagi Sehun. Tapi, mengapa harus libur?!
Sehun mengerang frustasi di atas tempat tidurnya setelah beberapa menit lalu pintu kamarnya tertutup lalu terdengar desingan halus mobil Luhan yang meninggalkan halaman rumahnya untuk mengantar Soojin.
Sepertinya Sehun harus mengambil tindakan yang cepat untuk semua ini sebelum ia menyesal. Dengan cermat Sehun memutar otaknya untuk mencari ide. Laki-laki itu berjalan mondar-mandir di depan tempat tidurnya, hingga suara perutnya yang lapar menggaung di kamar itu.
Sehun melirik jam dinding di kamarnya. Pukul 5 sore. Sudah sore dan Sehun belum makan sejak siang tadi karena saking kesalnya. Di tengah perut yang lapar dan kekesalan yang membuncah, Sehun seketika mendapatkan sebuah ide.
Jika dia tak mau menghampiriku, maka aku yang akan datang padanya. Aku ini laki-laki, kurasa itu akan baik-baik saja.
.
.
.
Soojin berdiri di ambang pintu rumahnya dengan sorot mata yang tampak kebingungan. Di hadapannya, berdiri sosok Sehun dengan kemeja rapi membalut tubuhnya. Sekali lagi Soojin harus mengernyitkan alisnya karena mendengar ucapan Sehun.
“Aku ingin mengajakmu makan malam.”
Hah?” Soojin terus tampak bingung. Diliriknya bagian dalam rumah−tepatnya kearah dapur−dimana ia baru saja menyendok dua sampai tiga nasi ke mulutnya, dan sekarang Sehun ingin mengajaknya makan malam di luar. “Kenapa oppa tak memberitahuku sebelumnya?”
“A...a-aku lupa. Aku baru ingat kalau aku belum makan sejak siang tadi,” ucap Sehun dengan polosnya. Soojin menghembuskan napas panjang, mengingat tadi siang ia dan Luhan sudah menawarkan makan siang yang mereka pesan antar kepada Sehun, dan laki-laki itu menolaknya begitu saja. Sejujurnya, Soojin masih kesal dengan itu, dan ingin sekali menolak ajakan Sehun kali ini. Namun suara ibunya yang tiba-tiba sudah ada di sebelah Soojin membatalkan niat jahat itu.
“Kenapa Sehun tidak diajak masuk?”
Eng... Sebenarnya, aku lupa kalau ada janji makan malam dengan Sehun oppa. Jadi... aku akan ganti baju sekarang.” Setelahnya Soojin langsung berlari menuju kamarnya, meninggalkan Sehun berdua dengan ibunya. Dan Soojin tahu pasti apa yang akan terjadi.
Sehun akan dijejali banyak pertanyaan oleh ibunya.
.
.
.
Dentingan sendok dan garpu yang bergesekan mendominasi ruang suara antara Sehun dan Soojin. Sedaritadi hanya percakapan-percakapan pendek yang keluar dari mereka berdua. Sehun yang bertanya dan Soojin menjawab sekenanya.
Sehun memperhatikan Soojin yang sedang memotong pancake-nya sebagai makanan penutup malam itu. “Ada apa, oppa? Apa ada yang ingin oppa katakan?” tanya Soojin yang merasa tatapan Sehun sedaritadi tertuju padanya.
Akhirnya Soojin yang bertanya lebih dulu. Sehun merasa sangat senang, meskipun ia tak mempunyai jawaban apapun untuk pertanyaan gadis itu. “Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu makan malam. Bukankah sudah sangat lama sejak terakhir kali kita makan malam berdua?”
Soojin mengangguk sambil mengunyah sisa potongan pancake terakhirnya. “Yah, biasanya oppa selalu mempunyai tujuan jika sudah mengajakku makan seperti ini. Jadi aneh saja,” ujar Soojin yang kini menatap Sehun setelah makanan di atas meja itu habis. Sebenarnya kali ini pun ia mempunyai tujuan, tapi tak mau ia katakan pada gadis itu.
Oh ya, Soojin-ah…,” panggil Sehun yang seketika membangunkan lamunan Soojin yang sedaritadi terpaku pada jalanan di luar restoran yang cukup sepi. “Perihal Luhan hyung…” Sehun menggantungkan kata-katanya. Soojin seketika menoleh kearah Sehun ketika mendengar nama Luhan di sebut.
Namun sampai semenit berlalu, Sehun tak juga menyambung kalimatnya. Soojin sendiri sampai lupa bahwa Sehun sempat ingin mengatakan sesuatu, hingga gadis itu membuat pembicaraan baru. “Oppa kenapa tak mengajak Luhan untuk makan bersama? Luhan jadi sendirian di rumah. Tidak baik memperlakukan tamu seperti itu, oppa,” ujar Soojin dengan bijaksana. Namun Sehun malah menghembuskan napas tak kentara. Huh, tak memperlakukan tamu dengan baik katanya? Bahkan siang tadi mereka berdua makan dengan enak tanpa menghiraukan si pemilik rumah. Jadi, apa itu yang namanya tamu? Sehun sungguh tak percaya, Soojin jelas-jelas sedang membela Luhan di hadapannya.
“Ia sedang makan malam bersama temannya,” jawab Sehun singkat. Ia sungguh salah memilih topik pembicaraan. Karena untuk beberapa waktu ke depan, Soojin pasti akan terus membicarakan Luhan.
“Siapa temannya? Apa dari Tiongkok juga?” tanya Soojin lagi dengan penasaran. Persis seperti perkiraan Sehun. Laki-laki itu sungguh malas di buatnya.
“Entahlah, dia tidak memberitahuku.” Lagi-lagi Sehun hanya menjawab sekenanya. Mungkin Luhan memang lebih tampan darinya. Tapi orang-orang bilang ia dan Luhan sangat mirip. Jadi bisa di katakan bahwa Sehun tak kalah tampannya dengan Luhan. Dan Soojin tak seharusnya memperlakukan Sehun seperti ini hanya karena Luhan.
Bahkan sampai mereka pulang pun Soojin tak hentinya menyebut nama Luhan di setiap kalimat yang ia ucap. Menyebut bahwa laki-laki itu sangat baik dan lain sebagainya. Sehun benar-benar dibuatnya frustasi.
Sampai di rumah Soojin barulah akhirnya gadis itu berhenti membicarakan Luhan, juga seiring gadis itu yang tak menemani Sehun. Laki-laki itu mengerang sendiri sambil berkendara. Ia bahkan tak bisa mengutarakan tujuannya mengajak gadis itu makan malam. Mengatakan bahwa ia cemburu, bahwa ia tak suka melihat Soojin dekat dengan Luhan. Mengatakan hal itu saja Sehun sungguh tak sanggup.
Arrggttt!!” Sehun kembali mengerang. Merutuki dirinya yang terasa amat bodoh. Ingin sekali ia menyalahkan kedatangan Luhan ke rumahnya. Namun sungguh, ini bukanlah salah Luhan, Sehun tahu itu. Jadilah laki-laki itu kini hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
.
.
.
Siang itu Soojin datang ke rumah Sehun seperti biasa. Namun sayang, karena Luhan sama sekali tak ada di rumah. Gadis itu duduk santai di taman belakang dengan Sehun yang menemaninya.
“Memangnya Luhan pergi kemana, oppa?” tanya Soojin setelah beberapa lama ia duduk disana sambil menikmati jus jeruk yang Sehun buat untuknya. Beruntung mentari tak begitu terik memancarkan cahayanya, hingga suasan pun cukup sejuk untuk berdiam diri di luar saat siang.
Sehun mengangkat bahunya acuh. “Aku tidak tahu. Memangnya kenapa? Kau ingin menyusulnya?” tanya Sehun sambil menggigiti biskuit buatan ibunya. Tak di sangka, Soojin menganggukkan kepalanya. “Beruntunglah karena aku tidak tahu,” ucap Sehun lalu, setidaknya memang itu yang ia rasakan.
Soojin hanya mendengus kesal mendengar jawaban Sehun. Sedikit kesal karena Sehun selalu menjawab sesingkat mungkin kala Soojin bertanya tentang Luhan. Padahal Soojin kan hanya ingin tahu, tapi Sehun malah bersikap seperti itu.
Huuh, kenapa Luhan lama sekali kembalinya?” keluh Soojin lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi taman. Baru saja di bicarakan, terdengar pintu rumah itu terbuka. Soojin langsung terlonjak dari duduknya dan berlari menuju pintu. “Itu pasti Luhan !”
Sehun yang sempat terkejut akibat bangunnya Soojin secara tiba-tiba kembali menyandarkan diri di kursi dengan malas. Luhan lagi, Luhan lagi. Apa hidupnya tak bisa tenang hanya berdua dengan Soojin? Tanpa harus ada Luhan disana? Sehun menendang-nendang kakinya dengan kesal. “Akh!! Menyebalkan!” teriaknya.
Semenit berlalu, namun Sehun tak mendengar suara Soojin yang biasanya akan begitu semangat kala mengobrol dengan Luhan, juga dengan bahasa alien mereka yang tak dapat Sehun mengerti. Sehun jadi penasaran, apa sebenarnya yang sedang mereka lakukan? Laki-laki itu menajamkan pendengarannya. Ia pun mendengar percakapan-percakapan kecil dari dua orang, tapi Sehun yakin bahwa suara wanitanya bukanlah suara Soojin.
Mencoba untuk terlihat tak sengaja, Sehun berpura-pura pergi ke dapur untuk mengambil minum, lalu melewati ruang tengah dimana biasanya mereka berdua duduk mengobrol. Dan benar saja, Sehun tak menemukan sosok Soojin yang duduk di sebelah Luhan, melainkan seorang gadis dengan potongan rambut sebahu. Pastilah itu bukan Soojin.
Hyung, Soojin dimana?” tanya Sehun kemudian. Sudah berkeliling matanya untuk menemukan keberadaan Soojin di rumah itu, tapi gadis itu tidak ada. Sehun melirik sekilas gadis yang duduk di sebelah Luhan, kemudian langsung bertanya pada sepupunya itu. “Dia siapa?”
“Soojin tadi langsung pulang begitu aku sampai. Oh ya, Sehun-ah, kenalkan dia yeoja chingu-ku,” jawab Luhan sambil memperkenalkan gadis itu pada Sehun.
“Park Yooji,” ucap gadis itu memperkenalkan diri.
Oh, baiklah. Sehun tahu apa yang telah terjadi. Selesai berkenalan, laki-laki itu langsung berlari keluar rumah, meninggalkan Luhan dan Yooji berdua di dalam rumah. Satu-satunya tujuan Sehun berlari saat ini adalah mencari Soojin. Pasti Luhan juga sudah memperkenalkan Yooji pada gadis itu. Sehun perkirakan Soojin pasti pulang dengan rasa kecewa.
Sehun berlarian menuju rumah Soojin yang hanya berbeda dua blok dari rumahnya. Tapi baru saja lewat satu blok, Sehun menemukan seseorang yang mirip Soojin duduk di kompleks taman perumahan itu. Dan dari baju yang ia kenakan, Sehun yakin itu adalah Soojin.
“Sakit hati?” tanya Sehun langsung saja begitu ia sampai di samping Soojin. Laki-laki itu mendudukkan diri di ruang kosong di sebelah gadis itu. Soojin yang menemukan kedatangan Sehun hanya menatap laki-laki itu datar.
Soojin menggeleng. “Sakit hati? Untuk apa?” tanya gadis itu polos. Ia tak mengerti dengan pertanyaan Sehun. Ia merasa baik-baik saja saat ini.
Sehun menatap Soojin ragu. Tapi seperti yang gadis itu katakan, ia memang tampak baik-baik saja. Tidak ada bekas air mata seperti yang Sehun kira. “Soal Luhan hyung, bukankah tadi dia mengajak yeoja chingu-nya? Kau tidak cemburu?” tanya Sehun lagi, mencoba untuk lebih memastikan.
Bukannya langsung menjawab pertanyaan Sehun, Soojin malah tertawa keras, bahkan sampai-sampai perutnya terasa sakit. Sehun pun tak mengerti kenapa gadis itu tertawa, jadilah ia hanya menatap Soojin dengan bingung.
Oppa!” pekik Soojin sambil memukul bahu Sehun lumayan keras. “Oppa ini bicara apa, hm?” Masih dengan tawanya yang setengah berhenti, Soojin kembali bertanya pada Sehun. Namun, Sehun sendiri tidak mengerti dengan pertanyaan gadis itu.
Beberapa menit kemudian tawa Soojin akhirnya berhenti. Gadis itu menatap Sehun yang sedaritadi hanya menatapnya bingung dan aneh. Ia kemudian menghela napas sekali lalu mulai berbicara baik-baik pada laki-laki itu.
Oppa, aku ini kekasihmu. Bagaimana aku bisa cemburu melihat Luhan dengan kekasihnya?” jelas Soojin kemudian. Wajah Sehun bersemu tak jauh beda, malah ia semakin membuat wajahnya cemberut.
“Memangnya kenapa? Bisa saja kan kau menyukai Luhan hyung? Kau bahkan selalu ingin dekat dengannya,” keluh Sehun kemudian. Kata-kata itu selama ini terpendam begitu saja tanpa sempat ia utarakan pada gadisnya. Dan sekarang ketika ia mengatakannya, gadis itu malah kembali tertawa.
Soojin mengambil napas berkali-kali demi menghentikan tawanya. Sungguh, ia tak bisa berhenti tertawa jika sudah melihat tingkah Sehun yang seperti itu. Laki-laki itu cemburu rupanya. Soojin bahkan tak pernah sadar.
“Bagaimana aku bisa menyukai orang lain sementara Oh Sehun adalah kekasihku?” tanya Soojin sambil menunjukkan aegyo-nya pada Sehun. “Lagipula, selama ini aku dekat dengan Luhan karena aku memintanya untuk mengajariku Bahasa Mandarin. Oppa tahu sendiri jika aku sangat ingin bisa bahasa itu,” jelas Soojin lagi. Mendengar jawaban gadis itu membuat Sehun merasa bodoh. Tidak seharusnya ia berpikir hal buruk tentang kekasihnya. Bahkan ia meragukan perasaan Soojin padanya. Ia sudah membuat gadisnya itu kecewa.
Mianhae,” ujar Sehun penuh kecewa. Soojin mengangguk dengan senyum. Ia tak bisa melihat wajah bersalah Sehun lebih lama, itu akan membuatnya menyalahkan diri sendiri.
“Sudahlah, oppa. Aku tidak marah.” Sehun tiba-tiba bangun dari duduknya, membuat Soojin yang kali ini menatap laki-laki itu bingung. “Mau kemana?” tanya gadis itu yang juga ikut berdiri.
Sehun menarik tangan Soojin untuk mengikuti langkahnya. “Kita pergi ke rumahku. Aku ingin mengajak Luhan hyung dan Yooji untuk pergi menonton bersama kita,” jawab Sehun di tengah perjalanan mereka.
“Sekarang?!” tanya Soojin begitu terkejut mendengar ucapan Sehun. Ia bahkan tak bertanya dulu pada Soojin apa gadis itu mau ikut dengannya atau tidak. Lalu menonton? Sehun hanya merencanakannya sendiri.
Sehun mengangguk antusias. Seratus meter lagi mereka sampai di rumah Sehun, ketika laki-laki itu tiba-tiba mengingat sesuatu. “Oh ya! Tadi kenapa kau langsung pulang ketika Luhan hyung baru datang? Mengatakan pulang tapi kau malah duduk di taman itu,” interogasi Sehun. Soojin hanya tersenyum lebar yang menunjukkan seluruh deretan giginya.
Hmm, soal itu… aku hanya malu pada kekasih Luhan gē. Tadi begitu sampai di ruang tengah, aku memanggil nama Luhan sangat keras tanpa tahu bahwa ia mengajak seseorang bersamanya. Aku malu…” Soojin menggaruk tengkuknya. Rasanya ia tak ingin mengingat kejadian memalukan itu lagi. Sehun hanya bisa mengacak rambut Soojin dengan gemas. Kekasihnya memang bersikap kekanakan.
Mereka akhirnya sampai di depan rumah Sehun. Tapi begitu aneh ketika mereka menemukan halaman rumah itu yang terisi oleh beberapa orang. Disana ada Luhan dan Yooji, serta dua orang lagi yang tak mereka kenal.
Oh, Sehun-ah, Soojin-ah! Tepat sekali kalian datang,” ujar Luhan begitu melihat kedatangan Sehun dan Soojin. Sementara dua orang itu hanya menatap bingung keramaian yang ada disana. “Perkenalkan ini temanku, mereka baru saja datang dari Tiongkok,” ucap Luhan sambil menunjuk kedua laki-laki di sebelahnya
“Zang Yixing.”
“Huang Zitao.”
Dua orang itu lalu memperkenalkan diri. Sehun langsung melirik Soojin di sampingnya yang menatap kedua orang itu dengan mata berbinar. “Dà jiā hǎo!!” sapa Soojin kemudian.
Sehun menghela napas berat. Untuk beberapa hari ke depan kehidupannya benar-benar tak akan tenang. Di lihatnya kini Soojin yang mengobrol dengan Yixing serta Tao dengan bahasa alien itu lagi.
“Satu Luhan hyung saja sudah membuat ku pusing. Dan sekarang ada Luhan-Luhan yang lain. Aku bisa apa?!” teriak Sehun dalam hati.
.
.
.

FIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .