Title:
I Hate HANYU
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Oh Sehun [EXO-K] || Kim Soojin [OC] || Xi Luhan [EXO-M] || and the other cast(s)
Genre:
Romance. Family.
Duration:
Vignette
Rating:
Teen
Summary:
Penyebabnya hanyalah satu;
bahasa itu. Andai aku bisa menggunakannya.
.
.
.
Ting
Nong! Ting Nong!!
Suara bel rumah
berbunyi beberapa kali menyebabkan Sehun harus mengangkat tubuhnya dengan malas
dari atas sofa menuju pintu rumah. Setelah pintu di buka, Sehun mendapati gadis
yang sangat ia kenal, bahkan ia temui setiap hari. Soojin ̶ gadis itu ̶ hanya
menampilkan deretan gigi putihnya pada Sehun.
Baru saja Sehun ingin
bertanya, ‘Ada apa kau kemari?’ Namun
gadis itu terlebih dulu mencuri start-nya.
“Aku sendirian di rumah oppa, eomma dan appa sedang pergi ke acara pesta rekan kerjanya. Dan oppa tahu, membosankan jika harus
tinggal sendiri di rumah, bukan?” keluh Soojin dan menampilkan wajah
memelasnya.
Sehun hanya menatap
Soojin diam, ia masih harus mencerna dengan baik kata-kata Soojin. Tanpa ia
sadari Soo Jin tengah menatapnya dari memelas menjadi tatapan malas. Gadis itu
pun kembali bersua. “Tak apa kan jika aku kemari? Bahkan oppa tak menyuruhku masuk.”
“Ah, aku hanya heran, tumben kau kemari. Sudahlah, ayo masuk!” Sehun
menggiring Soojin masuk ke dalam rumahnya. Soojin mengedarkan pandangannya,
merasa aneh dengan kesunyian di rumah ini. “Eomma
dan appa sedang menjenguk nenek,
seminggu lagi baru pulang,” ucap Sehun tampak mengerti dengan tatapan aneh
Soojin.
“Oppa tinggal sendiri? Kenapa tidak ikut?”
“Kau harusnya bersyukur
karena aku tidak ikut, memangnya kau bisa apa jika aku tidak ada?” goda Sehun,
namun apa yang ia katakan memang tidak bohong. Soojin selalu menempel padanya
seperti perangko dan herannya Sehun pun tak ingin melepaskan diri.
“Sehun-ah!!” Sebuah suara menginterupsi
keduanya. Seorang laki-laki dengan setelan jeans serta kaos putih sederhana
menghampiri mereka berdua. “Oh, ada
tamu. Maaf, sepertinya aku mengganggu.” Laki-laki itu berujar sambil melirik
Sehun jail, yang dilirik pun hanya menampakkan wajah salah tingkahnya.
“Hyung!!”
Soojin yang sedaritadi
memperhatikan kedua laki-laki itu hanya mengeluarkan tatapan bingung lalu
melirik Sehun penuh tanya. ‘Siapa namja
itu?’
Sehun yang kasihan
melihat tanda tanya besar di mata Soojin akhirnya mulai menjelaskan. “Soojin-ah, ini Luhan hyung, sepupuku. Hyung,
ini Soojin.” Soojin dan laki-laki bernama Luhan itu pun berjabat tangan.
“Kim Soojin.”
“Xi Luhan.”
“Xi Luhan?” Soo Jin
membeo. “Chinese?” tanya Soojin lagi
yang langsung mendapat anggukan mantap dari Luhan. “Ah! Dà jiā hǎo!!” sapa
Soojin dengan bahasa mandarin.
“Ah… Dà jiā hǎo!” sapa
Luhan balik sambil membungkukkan badan. “Soojin-ssi bisa bahasa mandarin?”
“Cha bú duō! Aku masih belajar,” jawab Soojin dengan senyuman lebar
di wajahnya. “Boleh aku memanggilmu Luhan gē?”
“Tentu saja. Wah, itu sangat bagus! Kau suka
mempelajarinya?”
“Hmm! Wǒ hěn xǐ huan!!”
Senyuman lebar sedaritadi tak sedikitpun meninggalkan wajah Soojin. Ia begitu
bersemangat hari ini. Ia terus berbicara dengan Luhan, mengobrol tentang banyak
hal, tanpa ia sadari sedaritadi Sehun memperhatikan mereka berdua tanpa bersua
sedikitpun, laki-laki itu sungguh tak mengerti dengan percakapan dua manusia di
hadapannya.
Bagaimana tidak? Mereka
bicara dengan bahasa mandarin yang Sehun tidak mengerti. Mereka membuat Sehun
merasa seperti si tuli dan si gagu. Sama sekali tak mengerti dengan apa yang ia
dengar sekaligus tak bisa mengucapkan apa-apa untuk menanggapi. Sehun
mengembuskan napas frustasi. Sungguh tak menyenangkan!
.
.
.
Keesokkan harinya,
Soojin datang lagi. Alih-alih untuk bertemu Sehun, gadis itu malah sibuk
mengobrol dengan Luhan dari awal kedatangannya hingga sore menjelang dan ia
memutuskan untuk pulang.
Suara ketukan pintu
kamar Sehun menginterupsi mimpi laki-laki itu yang bahkan belum di mulai.
Kepala Soojin muncul di sela-sela pintu.
“Oppa, aku akan pulang.”
Itu kalimat pertama
yang Soojin ucapkan pada Sehun seharian itu. Berdasarkan pengalamannya kemarin,
hari itu Sehun memilih untuk menghabiskan waktu di kamar di bandingkan harus
mendengar obrolan dua orang terdekatnya yang bahkan tak menghiraukannya.
“Hmm.” Sehun hanya menanggapi singkat ucapan Soojin lalu kembali
menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Sampai ucapan Soojin selanjutnya
membuat Sehun kehilangan kenyamanan akan bantal tersebut.
“Luhan gē akan mengantarkanku pulang.”
“Apa?! Memangnya kau
tidak bisa pulang sendiri?!” Sehun langsung bangun dari tidurnya.
“Inginnya aku pulang
sendiri. Tapi kata Luhan gē, di luar
sangat panas, jadi dia ingin mengantarkanku,” ucap Soojin dengan penuh senyum.
“Luhan gē sangat baik ya, oppa?' Lagi-lagi senyum ceria mengembang
di bibir Soojin.
Sehun merasa di
khianati. Mereka bahkan tak pernah memikirkan perasaan Sehun. Liburan musim
panas terasa percuma. Lebih baik pergi ke sekolah dan bertemu teman-teman di
bandingkan harus terasingkan di dalam rumah sendiri. Lagipula jika tidak libur,
Luhan tidak akan menginap di rumahnya, dan Sehun masih bisa bertemu Soojin di
sekolah. Tidak ada ruginya bagi Sehun. Tapi, mengapa harus libur?!
Sehun mengerang
frustasi di atas tempat tidurnya setelah beberapa menit lalu pintu kamarnya
tertutup lalu terdengar desingan halus mobil Luhan yang meninggalkan halaman
rumahnya untuk mengantar Soojin.
Sepertinya Sehun harus
mengambil tindakan yang cepat untuk semua ini sebelum ia menyesal. Dengan
cermat Sehun memutar otaknya untuk mencari ide. Laki-laki itu berjalan
mondar-mandir di depan tempat tidurnya, hingga suara perutnya yang lapar
menggaung di kamar itu.
Sehun melirik jam
dinding di kamarnya. Pukul 5 sore. Sudah sore dan Sehun belum makan sejak siang
tadi karena saking kesalnya. Di tengah perut yang lapar dan kekesalan yang
membuncah, Sehun seketika mendapatkan sebuah ide.
Jika
dia tak mau menghampiriku, maka aku yang akan datang padanya. Aku ini
laki-laki, kurasa itu akan baik-baik saja.
.
.
.
Soojin berdiri di
ambang pintu rumahnya dengan sorot mata yang tampak kebingungan. Di hadapannya,
berdiri sosok Sehun dengan kemeja rapi membalut tubuhnya. Sekali lagi Soojin harus
mengernyitkan alisnya karena mendengar ucapan Sehun.
“Aku ingin mengajakmu
makan malam.”
“Hah?” Soojin terus tampak bingung. Diliriknya bagian dalam
rumah−tepatnya kearah dapur−dimana ia baru saja menyendok dua sampai tiga nasi
ke mulutnya, dan sekarang Sehun ingin mengajaknya makan malam di luar. “Kenapa oppa tak memberitahuku sebelumnya?”
“A...a-aku lupa. Aku
baru ingat kalau aku belum makan sejak siang tadi,” ucap Sehun dengan polosnya.
Soojin menghembuskan napas panjang, mengingat tadi siang ia dan Luhan sudah
menawarkan makan siang yang mereka pesan antar kepada Sehun, dan laki-laki itu
menolaknya begitu saja. Sejujurnya, Soojin masih kesal dengan itu, dan ingin
sekali menolak ajakan Sehun kali ini. Namun suara ibunya yang tiba-tiba sudah
ada di sebelah Soojin membatalkan niat jahat itu.
“Kenapa Sehun tidak
diajak masuk?”
“Eng... Sebenarnya, aku lupa kalau ada janji makan malam dengan
Sehun oppa. Jadi... aku akan ganti
baju sekarang.” Setelahnya Soojin langsung berlari menuju kamarnya,
meninggalkan Sehun berdua dengan ibunya. Dan Soojin tahu pasti apa yang akan
terjadi.
Sehun akan dijejali
banyak pertanyaan oleh ibunya.
.
.
.
Dentingan sendok dan
garpu yang bergesekan mendominasi ruang suara antara Sehun dan Soojin.
Sedaritadi hanya percakapan-percakapan pendek yang keluar dari mereka berdua.
Sehun yang bertanya dan Soojin menjawab sekenanya.
Sehun memperhatikan
Soojin yang sedang memotong pancake-nya
sebagai makanan penutup malam itu. “Ada apa, oppa? Apa ada yang ingin oppa
katakan?” tanya Soojin yang merasa tatapan Sehun sedaritadi tertuju padanya.
Akhirnya Soojin yang
bertanya lebih dulu. Sehun merasa sangat senang, meskipun ia tak mempunyai
jawaban apapun untuk pertanyaan gadis itu. “Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin
mengajakmu makan malam. Bukankah sudah sangat lama sejak terakhir kali kita
makan malam berdua?”
Soojin mengangguk
sambil mengunyah sisa potongan pancake
terakhirnya. “Yah, biasanya oppa selalu mempunyai tujuan jika sudah
mengajakku makan seperti ini. Jadi aneh saja,” ujar Soojin yang kini menatap
Sehun setelah makanan di atas meja itu habis. Sebenarnya kali ini pun ia
mempunyai tujuan, tapi tak mau ia katakan pada gadis itu.
“Oh ya, Soojin-ah…,”
panggil Sehun yang seketika membangunkan lamunan Soojin yang sedaritadi terpaku
pada jalanan di luar restoran yang cukup sepi. “Perihal Luhan hyung…” Sehun menggantungkan
kata-katanya. Soojin seketika menoleh kearah Sehun ketika mendengar nama Luhan
di sebut.
Namun sampai semenit berlalu,
Sehun tak juga menyambung kalimatnya. Soojin sendiri sampai lupa bahwa Sehun
sempat ingin mengatakan sesuatu, hingga gadis itu membuat pembicaraan baru. “Oppa kenapa tak mengajak Luhan gē untuk makan bersama? Luhan gē jadi sendirian di rumah. Tidak baik
memperlakukan tamu seperti itu, oppa,”
ujar Soojin dengan bijaksana. Namun Sehun malah menghembuskan napas tak
kentara. Huh, tak memperlakukan tamu
dengan baik katanya? Bahkan siang tadi mereka berdua makan dengan enak tanpa
menghiraukan si pemilik rumah. Jadi, apa itu yang namanya tamu? Sehun sungguh
tak percaya, Soojin jelas-jelas sedang membela Luhan di hadapannya.
“Ia sedang makan malam
bersama temannya,” jawab Sehun singkat. Ia sungguh salah memilih topik
pembicaraan. Karena untuk beberapa waktu ke depan, Soojin pasti akan terus
membicarakan Luhan.
“Siapa temannya? Apa
dari Tiongkok juga?” tanya Soojin lagi dengan penasaran. Persis seperti
perkiraan Sehun. Laki-laki itu sungguh malas di buatnya.
“Entahlah, dia tidak
memberitahuku.” Lagi-lagi Sehun hanya menjawab sekenanya. Mungkin Luhan memang
lebih tampan darinya. Tapi orang-orang bilang ia dan Luhan sangat mirip. Jadi
bisa di katakan bahwa Sehun tak kalah tampannya dengan Luhan. Dan Soojin tak
seharusnya memperlakukan Sehun seperti ini hanya karena Luhan.
Bahkan sampai mereka
pulang pun Soojin tak hentinya menyebut nama Luhan di setiap kalimat yang ia
ucap. Menyebut bahwa laki-laki itu sangat baik dan lain sebagainya. Sehun
benar-benar dibuatnya frustasi.
Sampai di rumah Soojin
barulah akhirnya gadis itu berhenti membicarakan Luhan, juga seiring gadis itu
yang tak menemani Sehun. Laki-laki itu mengerang sendiri sambil berkendara. Ia
bahkan tak bisa mengutarakan tujuannya mengajak gadis itu makan malam.
Mengatakan bahwa ia cemburu, bahwa ia tak suka melihat Soojin dekat dengan
Luhan. Mengatakan hal itu saja Sehun sungguh tak sanggup.
“Arrggttt!!” Sehun kembali mengerang. Merutuki dirinya yang terasa
amat bodoh. Ingin sekali ia menyalahkan kedatangan Luhan ke rumahnya. Namun
sungguh, ini bukanlah salah Luhan, Sehun tahu itu. Jadilah laki-laki itu kini
hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
.
.
.
Siang itu Soojin datang
ke rumah Sehun seperti biasa. Namun sayang, karena Luhan sama sekali tak ada di
rumah. Gadis itu duduk santai di taman belakang dengan Sehun yang menemaninya.
“Memangnya Luhan gē pergi kemana, oppa?” tanya Soojin setelah beberapa lama ia duduk disana sambil
menikmati jus jeruk yang Sehun buat untuknya. Beruntung mentari tak begitu
terik memancarkan cahayanya, hingga suasan pun cukup sejuk untuk berdiam diri
di luar saat siang.
Sehun mengangkat bahunya
acuh. “Aku tidak tahu. Memangnya kenapa? Kau ingin menyusulnya?” tanya Sehun
sambil menggigiti biskuit buatan ibunya. Tak di sangka, Soojin menganggukkan
kepalanya. “Beruntunglah karena aku tidak tahu,” ucap Sehun lalu, setidaknya
memang itu yang ia rasakan.
Soojin hanya mendengus
kesal mendengar jawaban Sehun. Sedikit kesal karena Sehun selalu menjawab
sesingkat mungkin kala Soojin bertanya tentang Luhan. Padahal Soojin kan hanya
ingin tahu, tapi Sehun malah bersikap seperti itu.
“Huuh, kenapa Luhan gē lama
sekali kembalinya?” keluh Soojin lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran
kursi taman. Baru saja di bicarakan, terdengar pintu rumah itu terbuka. Soojin
langsung terlonjak dari duduknya dan berlari menuju pintu. “Itu pasti Luhan gē!”
Sehun yang sempat
terkejut akibat bangunnya Soojin secara tiba-tiba kembali menyandarkan diri di
kursi dengan malas. Luhan lagi, Luhan lagi. Apa hidupnya tak bisa tenang hanya
berdua dengan Soojin? Tanpa harus ada Luhan disana? Sehun menendang-nendang
kakinya dengan kesal. “Akh!!
Menyebalkan!” teriaknya.
Semenit berlalu, namun
Sehun tak mendengar suara Soojin yang biasanya akan begitu semangat kala
mengobrol dengan Luhan, juga dengan bahasa alien mereka yang tak dapat Sehun
mengerti. Sehun jadi penasaran, apa sebenarnya yang sedang mereka lakukan?
Laki-laki itu menajamkan pendengarannya. Ia pun mendengar percakapan-percakapan
kecil dari dua orang, tapi Sehun yakin bahwa suara wanitanya bukanlah suara
Soojin.
Mencoba untuk terlihat
tak sengaja, Sehun berpura-pura pergi ke dapur untuk mengambil minum, lalu
melewati ruang tengah dimana biasanya mereka berdua duduk mengobrol. Dan benar
saja, Sehun tak menemukan sosok Soojin yang duduk di sebelah Luhan, melainkan
seorang gadis dengan potongan rambut sebahu. Pastilah itu bukan Soojin.
“Hyung, Soojin dimana?” tanya Sehun kemudian. Sudah berkeliling
matanya untuk menemukan keberadaan Soojin di rumah itu, tapi gadis itu tidak
ada. Sehun melirik sekilas gadis yang duduk di sebelah Luhan, kemudian langsung
bertanya pada sepupunya itu. “Dia siapa?”
“Soojin tadi langsung
pulang begitu aku sampai. Oh ya,
Sehun-ah, kenalkan dia yeoja chingu-ku,” jawab Luhan sambil memperkenalkan gadis itu pada Sehun.
“Park Yooji,” ucap
gadis itu memperkenalkan diri.
Oh,
baiklah. Sehun tahu apa yang telah terjadi. Selesai berkenalan, laki-laki itu
langsung berlari keluar rumah, meninggalkan Luhan dan Yooji berdua di dalam
rumah. Satu-satunya tujuan Sehun berlari saat ini adalah mencari Soojin. Pasti
Luhan juga sudah memperkenalkan Yooji pada gadis itu. Sehun perkirakan Soojin
pasti pulang dengan rasa kecewa.
Sehun berlarian menuju
rumah Soojin yang hanya berbeda dua blok dari rumahnya. Tapi baru saja lewat
satu blok, Sehun menemukan seseorang yang mirip Soojin duduk di kompleks taman
perumahan itu. Dan dari baju yang ia kenakan, Sehun yakin itu adalah Soojin.
“Sakit hati?” tanya
Sehun langsung saja begitu ia sampai di samping Soojin. Laki-laki itu
mendudukkan diri di ruang kosong di sebelah gadis itu. Soojin yang menemukan
kedatangan Sehun hanya menatap laki-laki itu datar.
Soojin menggeleng.
“Sakit hati? Untuk apa?” tanya gadis itu polos. Ia tak mengerti dengan
pertanyaan Sehun. Ia merasa baik-baik saja saat ini.
Sehun menatap Soojin
ragu. Tapi seperti yang gadis itu katakan, ia memang tampak baik-baik saja.
Tidak ada bekas air mata seperti yang Sehun kira. “Soal Luhan hyung, bukankah tadi dia mengajak yeoja chingu-nya? Kau tidak cemburu?” tanya Sehun lagi, mencoba untuk
lebih memastikan.
Bukannya langsung
menjawab pertanyaan Sehun, Soojin malah tertawa keras, bahkan sampai-sampai
perutnya terasa sakit. Sehun pun tak mengerti kenapa gadis itu tertawa, jadilah
ia hanya menatap Soojin dengan bingung.
“Oppa!” pekik Soojin sambil memukul bahu Sehun lumayan keras. “Oppa ini bicara apa, hm?” Masih dengan tawanya yang setengah
berhenti, Soojin kembali bertanya pada Sehun. Namun, Sehun sendiri tidak
mengerti dengan pertanyaan gadis itu.
Beberapa menit kemudian
tawa Soojin akhirnya berhenti. Gadis itu menatap Sehun yang sedaritadi hanya
menatapnya bingung dan aneh. Ia kemudian menghela napas sekali lalu mulai
berbicara baik-baik pada laki-laki itu.
“Oppa, aku ini kekasihmu. Bagaimana aku bisa cemburu melihat Luhan gē dengan kekasihnya?” jelas Soojin
kemudian. Wajah Sehun bersemu tak jauh beda, malah ia semakin membuat wajahnya
cemberut.
“Memangnya kenapa? Bisa
saja kan kau menyukai Luhan hyung?
Kau bahkan selalu ingin dekat dengannya,” keluh Sehun kemudian. Kata-kata itu
selama ini terpendam begitu saja tanpa sempat ia utarakan pada gadisnya. Dan
sekarang ketika ia mengatakannya, gadis itu malah kembali tertawa.
Soojin mengambil napas
berkali-kali demi menghentikan tawanya. Sungguh, ia tak bisa berhenti tertawa
jika sudah melihat tingkah Sehun yang seperti itu. Laki-laki itu cemburu
rupanya. Soojin bahkan tak pernah sadar.
“Bagaimana aku bisa
menyukai orang lain sementara Oh Sehun adalah kekasihku?” tanya Soojin sambil
menunjukkan aegyo-nya pada Sehun.
“Lagipula, selama ini aku dekat dengan Luhan gē karena aku memintanya untuk mengajariku Bahasa Mandarin. Oppa tahu sendiri jika aku sangat ingin
bisa bahasa itu,” jelas Soojin lagi. Mendengar jawaban gadis itu membuat Sehun
merasa bodoh. Tidak seharusnya ia berpikir hal buruk tentang kekasihnya. Bahkan
ia meragukan perasaan Soojin padanya. Ia sudah membuat gadisnya itu kecewa.
“Mianhae,” ujar Sehun penuh kecewa. Soojin mengangguk dengan senyum.
Ia tak bisa melihat wajah bersalah Sehun lebih lama, itu akan membuatnya
menyalahkan diri sendiri.
“Sudahlah, oppa. Aku tidak marah.” Sehun tiba-tiba
bangun dari duduknya, membuat Soojin yang kali ini menatap laki-laki itu
bingung. “Mau kemana?” tanya gadis itu yang juga ikut berdiri.
Sehun menarik tangan
Soojin untuk mengikuti langkahnya. “Kita pergi ke rumahku. Aku ingin mengajak
Luhan hyung dan Yooji untuk pergi
menonton bersama kita,” jawab Sehun di tengah perjalanan mereka.
“Sekarang?!” tanya
Soojin begitu terkejut mendengar ucapan Sehun. Ia bahkan tak bertanya dulu pada
Soojin apa gadis itu mau ikut dengannya atau tidak. Lalu menonton? Sehun hanya
merencanakannya sendiri.
Sehun mengangguk
antusias. Seratus meter lagi mereka sampai di rumah Sehun, ketika laki-laki itu
tiba-tiba mengingat sesuatu. “Oh ya!
Tadi kenapa kau langsung pulang ketika Luhan hyung baru datang? Mengatakan pulang tapi kau malah duduk di taman
itu,” interogasi Sehun. Soojin hanya tersenyum lebar yang menunjukkan seluruh
deretan giginya.
“Hmm, soal itu… aku hanya malu pada kekasih Luhan gē. Tadi begitu sampai di ruang tengah,
aku memanggil nama Luhan gē sangat
keras tanpa tahu bahwa ia mengajak seseorang bersamanya. Aku malu…” Soojin
menggaruk tengkuknya. Rasanya ia tak ingin mengingat kejadian memalukan itu
lagi. Sehun hanya bisa mengacak rambut Soojin dengan gemas. Kekasihnya memang
bersikap kekanakan.
Mereka akhirnya sampai
di depan rumah Sehun. Tapi begitu aneh ketika mereka menemukan halaman rumah
itu yang terisi oleh beberapa orang. Disana ada Luhan dan Yooji, serta dua
orang lagi yang tak mereka kenal.
“Oh, Sehun-ah, Soojin-ah! Tepat sekali kalian datang,” ujar
Luhan begitu melihat kedatangan Sehun dan Soojin. Sementara dua orang itu hanya
menatap bingung keramaian yang ada disana. “Perkenalkan ini temanku, mereka
baru saja datang dari Tiongkok,” ucap Luhan sambil menunjuk kedua laki-laki di
sebelahnya
“Zang Yixing.”
“Huang Zitao.”
Dua orang itu lalu
memperkenalkan diri. Sehun langsung melirik Soojin di sampingnya yang menatap
kedua orang itu dengan mata berbinar. “Dà
jiā hǎo!!” sapa Soojin kemudian.
Sehun menghela napas
berat. Untuk beberapa hari ke depan kehidupannya benar-benar tak akan tenang.
Di lihatnya kini Soojin yang mengobrol dengan Yixing serta Tao dengan bahasa
alien itu lagi.
“Satu
Luhan hyung saja sudah membuat ku pusing. Dan sekarang ada Luhan-Luhan yang
lain. Aku bisa apa?!” teriak Sehun dalam
hati.
.
.
.
FIN
Komentar
Posting Komentar