Title:
Under The Spring Sky
Scriptwriter: NanaJji
Cast(s):
Kim Myung Soo [INFINITE] || Kim Soo Jin
[OC]
Duration: Vignette
Recommended
Song: K.Will – Love
Blossom
Summary:
Ketika kau melihat dunia, bukan berarti
dunia tak melihatmu. Ketika kau memikirkan matahari, maka matahari juga akan
memikirkanmu. Karena sesungguhnya manusia dan dunia hidup menjadi satu,
melakukan hal yang sama tanpa kita ketahui.
A/N:
Annyeong readers!!! /gakadayangnyaut/ huhuu... ff satu ini udah lamalamalama banget saya buat, dan begitulah..bahasanya masih tetap abal-abalan, tapi kasian kalo diem di leppie terus kan? jadi mending post ajah, haghaghag...
let's ckeck thi out---->
Seorang namja sedang duduk di halaman belakang
rumahnya. Ia sedang bermain bersama gitar kesayangannya dan bersenandung
mengikuti irama. Udara siang ini tak sedingin kemarin, minggu ini sudah
memasuki musim semi. Bunga-bunga mulai bermekaran dan tumpukan salju mulai
mencair, meski masih ada lapisan-lapisan kecilnya di atas permukaan.
“Myung Soo-ah!” Namja
itu─Kim Myung Soo─menoleh kearah sumber suara. Nyonya Jung─eomma-nya─ datang sambil membawa dua buah cangkir cokelat hangat.
“Gomawo, eomma~” Myung Soo mengambil cangkir lalu menyeruput isinya
setelah Nyonya Jung menaruh nampannya diatas meja dan duduk di sebelah Myung
Soo.
“Myung Soo-ah~” Nyonya Jung menatap putranya dengan
serius, hingga Myung Soo pun menghentikan jemarinya untuk memetik gitar.
“Ne, waeyo?” Myung Soo menatap eomma-nya dengan serius. Ia memang anak
yang patuh dan sayang terhadap keluarganya. Ia tahu bahwa saat ini ada hal
serius yang akan dibicarakan eomma-nya.
“Begini Myung Soo-ah, besok anak teman eomma akan berlibur di Seoul…” Nyonya
Jung menggantungkan kata-katanya. Myung Soo hanya menatap eomma-nya dengan bingung. “Dan, dia akan tinggal sementara di rumah
kita.” Nyonya Jung takut-takut memberitahu putranya.
“Lalu?” Myung Soo masih
bertanya dengan santai. Ia tak tahu masalah apa yang akan ia hadapi.
“Dan, selama musim semi
ini eomma dan appa akan pergi ke Jepang untuk mengurus jaringan perusahaan yang
ada disana.”
“Jangan katakan kalau
aku harus menemaninya? Andwae!” Myung
Soo benar-benar tidak ingin liburan musim seminya terganggu oleh orang lain.
“Eomma mohon Myung Soo-ah,
kita sudah banyak berhutang budi pada keluarganya. Ini pertama kalinya mereka
meminta tolong pada keluarga kita, jebal.”
Myung Soo berpikir
sejenak. Tak pernah ia melihat eomma-nya
sampai memohon seperti ini. “Baiklah, ini semua hanya karena hutang budi. Tapi,
aku tidak mau diatur. Biarkan aku yang mengaturnya sendiri.” Myung Soo beranjak
dari duduknya dan pergi bersama gitarnya.
_~**-**~_
Myung Soo kini tengah
memandangi seorang yeoja di
hadapannya yang sedang bermain bersama anak-anak. Ternyata semuanya tak seperti
yang ia duga. Ia pikir ia akan dititipi seorang anak berusia 5-10 tahun, tapi
ternyata itu salah. Ia sedikit lega begitu yeoja
Senior High School bernama Kim Soo Jin itu datang. Tapi itu tak berlangsung
lama, kini ia mulai menyesal karena telah merasa lega sebelumnya.
“Soo Jin-ah, sudah cukup bermainnya?!” tanya
Myung Soo sedikit berteriak, karena Soo Jin berada jauh di tengah taman.
“Sebentar lagi, oppa!!” Soo Jin yang sedang asik membuat
lingkaran dengan anak-anak tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya kearah
Myung Soo, lalu kembali berputar sambil bersenandung ria. Memang seperti anak
kecil.
“Huft~” Myung Soo
menghembuskan napas berat. Ia kembali menyandarkan punggungnya pada kursi
taman. Setelah kedatangan Soo Jin tadi pagi, eomma dan appa-nya
langsung terbang menuju Jepang. Dan sekarang ia harus mengurus segala
sesuatunya sendiri-termasuk Soo Jin.
Dan beberapa jam yang
lalu, Soo Jin sudah memaksa Myung Soo untuk menemaninya ke taman ini. Ia
berkata bahwa ketika ia pergi menuju rumah Myung Soo, ia melewati taman ini,
dan berjanji akan langsung mengunjunginya sesampainya di rumah Myung Soo. Aneh
memang, dan itulah yang di pikirkan oleh Myung Soo. Yeoja ini memang aneh.
Kini Myung Soo merubah
posisinya, tangannya di tumpukan pada kedua lututnya, dan kepalanya menunduk.
Sepertinya ia sedang merutuki nasib liburan musim semi yang akan berakhir
begini saja.
Tiba-tiba Myung Soo
melihat sebuah sneakers berwarna biru di depan kakinya. Ia pun mendongak.
Dilihatnya Soo Jin yang berdiri dengan tersenyum manis.
“Nih! Oppa!” ucapnya dengan riang sambil
menyodorkan satu ice cream yang ia bawa lalu duduk di samping Myung Soo. Myung
Soo menatapnya sebentar, saat ketika angin menghembuskan poni yang menutupi
wajah Soo Jin. Kini wajahnya yang tenang terlihat sangat jelas. Dia begitu
cantik.
“Yeppeo..,” ucap Myung Soo spontan.
“Mwo?” Soo Jin menoleh kearah Myung Soo tanpa menghentikan kegiatan
menikmati ice cream-nya.
"Hmm..mm..kau, orang
Korea? Nada suaramu terdengar seperti bukan nada orang Korea? Dan..wajahmu, tak sekental wajah Korea?"
Myung Soo memandangi setiap lekuk wajah Soo Jin. Matanya yang tak begitu besar
namun menyiratkan ketegasan di setiap tatapannya, hidung yang runcing, dan
bibir tipisnya sangat menyatu dengan kulit kuningnya yang dihias tanpa make up. Begitu sederhana, namun cantik.
"Aku sudah bisa
menebaknya. Memangnya terlihat jelas ya, oppa?"
pertanyaan Soo Jin berhasil memalingkan tatapan Myung Soo dari wajahnya. Tanpa
menghiraukan Myung Soo, Soo Jin terus menjawab. "Appa-ku orang Prancis dan eomma-ku
orang Korea. Sedangkan, selama ini aku tinggal di negara appa-ku, jadilah nada suaraku seperti ini."
Mencoba menghindari Soo
Jin, tatapan Myung Soo malah tertuju pada seorang namja yang sedang memberi
sebuah buket bunga pada kekasihnya. "Cih!" Myung Soo menyesal kenapa
tatapannya berhenti disana.
Myung Soo kembali fokus
pada Soo Jin yang berada di sebelahnya. Soo Jin tengah asik menikmati ice cream
di tangannya, tanpa menyadari tatapan Myung Soo padanya. Myung Soo pun dengan
perlahan ikut memakan ice creamnya mengikuti Soo Jin.
"Soo Jin-ah?" Myung Soo tak sadar kata itu
keluar dari mulutnya dengan lembut-tak seperti biasanya. Soo Jin yang merasa namanya di
sebut menoleh dengan wajah innocent.
“Aniyo..” Myung Soo merogoh saku dan diambilnya sebuah tissue.
“Pakai..” Myung Soo memberi tissue itu pada Soo Jin sambil menggerakkan
tangannya seakan sedang mengelap bibirnya.
Soo Jin mengambil
tissue itu lalu menatapnya bingung, kemudian ia menggerakkan bibirnya dan ia
mengerti. Soo Jin pun mendongak, namun Myung Soo sudah jauh di depan sana.
Dengan cepat Soo Jin mengelap bibirnya dan berlari mengejar Myung Soo. Mereka
melangkah menuju rumah.
_~**-**~_
Two
weeks later…
“Oppa! Kita mau kemana, sih?” tanya Soo Jin yang sedaritadi mengekor
di belakang Myung Soo.
“Nanti juga kau tahu..”
Myung Soo merasa aneh dengan dirinya. Entah kenapa ia bisa tersenyum saat
berkata seperti itu. Tak seperti biasanya, namun ia tak mau ambil pusing untuk
memikirkannya.
“Ah, oppa nggak keren!” Soo Jin merong lalu mendahului langkah Myung
Soo. Myung Soo hanya tertawa menatap tingkah Soo Jin. Ia mulai terbiasa melihat tingkah kekanakan itu. Dengan senyum bertengger di wajahnya,
kini gilirannya yang mengekor di belakang Soo Jin.
Soo Jin sangat gembira
melihat bunga-bunga cherry yang rontok di terpa angin. "Ternyata aku tak
salah berlibur kesini!" ucap Soo Jin sambil merentangkan tangannya,
merasakan angin bertiup di wajahnya dan tertabrak mahkota bunga cherry yang
begitu indah.
"Kau kesini hanya
untuk berlibur?" Myung Soo kini sudah mensejajarkan jalannya dengan Soo
Jin. Soo Jin mengangguk gembira menjawab pertanyaan Myung Soo.
"Meskipun eomma dan appa sempat melarangku. Tapi, untung ada Jung ahjuma~" Soo Jin
berlarian kearah kursi taman yang berada diantara ratusan pohon cherry dengan
berjuta bunga yang menghiasinya.
PLETAK!!
"Ah! Appo!!" Soo Jin mengusap-usap
dahinya yang di jitak Myung Soo tiba-tiba.
"Seharusnya kau
berterima kasih padaku! Bukannya aku yang menanggung segalanya selama kau ada
disini, hm?" ucap Myung Soo sambil duduk di sebelah Soo Jin.
"Ne, termasuk menjadi tour guide-ku kan?" Soo Jin mulai
menggoda Myung Soo lagi.
"Hmm..itu hanya mau
mu saja!" Myung Soo berdiri dari duduknya lalu menatap Soo Jin yang juga
menatap heran kearahnya.
"Untuk pertama dan
terakhir sebagai tour guide-mu"
Myung Soo menjulurkan tanganya kearah Soo Jin. Soo Jin pun menerima uluran
tangan itu dengan senyum.
Kini mereka berdua
menyusuri jalan dengan berpegangan tangan. Desir angin musim semi masih membawa
hawa salju yang dingin, dan kencangnya angin mampu merontokkan mahkota
bunga-bunga cherry yang kian menambah indah dan romantisnya jalanan kota Seoul.
_~**-**~_
"Oppa! Say cheers!!" Soo Jin
mengagetkan Myung Soo karena tiba-tiba ia mengambil gambar Myung Soo dengan SLR
miliknya.
"Lucu!"
Soo Jin cekikikan melihat hasil jepretannya yang menunjukkan ekspresi kaget
Myung Soo. Sangat aneh.
Mereka telah
sampai di sebuah taman piknik yang ditumbuhi banyak pohon cherry, sakura, maehwa, dan pohon bunga lain yang kini
saling berlomba menunjukkan keindahan bunga mereka.
"Ya! Hapus tidak?!" Myung Soo
mencoba mengancam Soo Jin, tapi sepertinya itu tak berpengaruh, karena Soo Jin
langsung saja merong kearah Myung Soo
dan berlari menghindar. Myung Soo pun mengejar Soo Jin.
Mereka berlarian
di sekitar pohon tempat mereka menggelar tikar piknik mereka. Dengan sigap
Myung Soo menarik tangan Soo Jin dan mendorongnya hingga tersandar di pohon.
Tangan Myung Soo menghadang sisi kanan dan kiri Soo Jin.
Jarak mereka
sangat dekat, deru napas Soo Jin yang teratur begitu jelas terdengar di telinga
Myung Soo. Dua pasang mata itu saling bertemu. Entah kenapa degup jantung Myung
Soo tak karuan. Selama ini ia terkenal sebagai orang yang tenang dan emosinya
selalu terkontrol. Segala yang ia lakukan selalu berjalan seperti yang ia
rencanakan.
Tapi, saat
bersama Soo Jin, ia selalu bigung harus berbuat apa. Semua serasa kejutan,
datang secara tiba-tiba dan tak terduga. Soo Jin memang tak seperti yeoja yang banyak ia kenal, tak seperti
para yeoja yang selama ini selalu
mengejarnya. Soo Jin yeoja yang
polos, selalu bertindak spontan dan bertingkah seperti inilah hari terakhir ia
hidup. Ia selalu menikmati harinya. Setiap jam, menit, dan detik, ia selalu
membuatnya menjadi suatu moment yang
berharga, bahkan sangat berharga bagi Myung Soo. 180 derajat berbeda dengan
Myung Soo. Diam, serius, dan pemikir, selalu membuat hidupnya sempurna dengan
pemikiran yang ia punya.
“Hashim!” Soo Jin membangunkan Myung Soo
dari lamunannya. Myung Soo pun langsung melepaskan tangannya. Soo Jin kembali
bersin berkali-kali. Myung Soo yang salah tingkah, melepas jaketnya lalu
mengenakannya pada Soo Jin.
Soo Jin menatap
Myung Soo bingung. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia lalu mengeratkan jaket Myung
Soo di badannya lalu tersenyum kaku kearah Myung Soo.
“Sepertinya hari
sudah mulai senja, lebih baik kita pulang.” Myung Soo melangkah lebih dulu,
lalu diikuti Soo Jin yang berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya dengan
Myung Soo.
Perjalanan
menuju rumah diselimuti oleh keheningan. Myung Soo fokus pada jalanan, namun
pikirannya jauh darisana. Ia masih memikirkan segala keanehan yang ia rasakan
saat bersama Soo Jin, hanya saat bersama Soo Jin.
Sedangkan Soo
Jin sibuk melirik kanan dan kiri, berusaha untuk mencari sebuah objek yang bisa
menenangkan perasaannya yang tak karuan. Tak pernah ia merasakan jantungnya
berdegup secepat ini. Sikap dingin Myung Soo selalu membuatnya terpesona,
tenang, nyaman, dan selalu merasa aman jika berada di samping Myung Soo.
Soo Jin melirik levis-nya. Waktu berlalu begitu cepat.
Besok ia sudah harus kembali ke Prancis. Musim semi memang belum berakhir, tapi
liburannya sudah berakhir. Dan cerita ini pun akan berakhir, lebih sedikit
kenangan, lebih cepat melupakannya, pikir Soo Jin.
_~**-**~_
Myung Soo duduk di
bangku taman itu. Taman yang ia datangi bersama Soo Jin. Taman yang menjadi
saksi bisu bagaimana perasaannya bercampur aduk tak karuan ketika bersama Soo
Jin.
Myung Soo menengadahkan
kepalanya. Menatap langit biru musim semi yang indah. Namun tak begitu dengan
perasaannya. Hampa. Sudah dua hari yang lalu Soo Jin pergi meninggalkan Seoul.
Selama itu pula Myung Soo merasa kehilangan.
Canda, tawa, seruan,
dan semua aegyo yang selalu di
lakukan Soo Jin membuatnya rindu. Sebentar lagi musim semi berakhir,
bunga-bunga bermekaran disisa waktunya.
“Cih! Segala yang indah
berakhir begitu cepat,” gumam Myung Soo.
“Tapi keindahan itu
bisa saja kita mulai sendiri.”
Suara itu.. Ah, tidak!
Mungkin ia hanya berhalusinasi. Sepertinya Soo Jin telah memenuhi isi otaknya
saat ini.
“Oppa, untuk apa memukul-mukul kepala seperti itu?”
Suara itu kembali
muncul. Arght! Aku tak peduli. Aku yakin itu suara Soo Jin, pikir Myung Soo. Ia
pun menoleh ke belakang.
Benar saja. Disana Soo
Jin tengah berdiri menatapnya dengan senyum. Myung Soo pun tersenyum. Senyum
itu tiba-tiba memudar. “Ya! Apa yang
kau lakukan disini? Bukankah dua hari yang lalu kau sudah…” Myung Soo mencoba
mengingat-ingat kejadian dua hari lalu saat ia mengantar Soo Jin ke bandara
lalu yeoja itu menaiki pesawat menuju
Prancis.
“Kemarin aku kembali
lagi. Eomma dan appa memutuskan untuk menetap di Seoul” ucap Soo Jin lalu duduk
disamping Myung Soo. “Hhmm…kenapa oppa duduk sendirian?” tanya Soo Jin
riang dengan gaya khas-nya yang kekanakan.
“Bukan urusanmu,” jawab
Myung Soo dengan sarkatis. Sangat berbeda dengan isi hatinya yang kini
berloncat gembira melihat kehadiran Soo Jin disisinya.
“Ku kira oppa sedang merindukanku, makanya oppa pergi kesini..” Soo Jin
mengerucutkan bibirnya. Ia tahu itulah yang akan keluar dari mulut Myung Soo.
Seharusnya, ia tak merasa sekecewa ini.
“Mungkin ia… aku rasa
begitu~”
“Mworago??!” Soo Jin menatap Myung Soo kaget. Matanya membesar
seakan mau keluar.
“Tidak ada reka ulang.”
Myung Soo melipat kedua tangannya di dada, lalu menatap lurus kedepan.
“Yasudahlah~” Soo Jin
menatap lurus kedepan seperti yang Myung Soo lakukan. Tapi Myung Soo kini
menoleh kearahnya. Ia menempelkan punggung tangannya di dahi Soo Jin.
“Sepertinya kau sedang
sakit? Ataukah jiwamu masih tertinggal di Prancis?”
“Isshh! Maksud oppa apa, sih?! Aku masih sehat.” Soo Jin menghempaskan tangan Myung Soo. Raut
wajahnya cemberut. “Lalu, kenapa kau tidak berteriak dan memaksaku untuk mengulang
ucapanku tadi, hm?” tanya Myung Soo dengan sedikit meniru tingkah Soo Jin.
“Itu tak’kan
berpengaruh. Oppa tetap tak akan
mengula−“
“Aku merindukanmu. Apa
itu belum cukup? Aku−Kim Myung Soo merindukanmu, Kim Soo Jin!”
“Aku rasa masih ada
yang kurang..” ucap Soo Jin ketika sebulir air mata bahagia jatuh di pipi
porselen-nya.
Myung Soo menggeser
bahu Soo Jin agar berhadapan dengannya. Lalu tangan itu menggenggan erat tangan
Soo Jin. Myung Soo mengambil napas panjang sebelum akhirnya ia bicara.
“Aku mencintaimu, Soo
Jin-ah. Saranghae~”
Bulir-bulir air mata
saling berjatuhan dari mata Soo Jin, membentuk sebuah aliran sungai kecil di
pipinya. Myung Soo pun menarik Soo Jin ke dalam pelukannya. Tak membiarkan yeoja itu pergi lagi dari sisinya.
“Oppa,
aku..ingin..mendengarnya…sekali lagi,” ucap Soo Jin di sela-sela isakkannya.
“Saranghae, Kim Soo Jin. Jeongmal
saranghaeyo~”
“Nado sarangahae, oppa~” ucap Soo Jin yang membuat pelukkan Myung
Soo semakin erat.
Taman ini telah menjadi saksi cinta
mereka. Dan bunga-bunga cherry itulah yang selalu menyertai mereka. Langit
musim semi menerangi jalan mereka. Musim semi, bunga-bunga bersemi. Begitupun
dengan cinta itu.
Kkeut!!!!!
Komentar
Posting Komentar