Langsung ke konten utama

[Chapter] Beautiful Gift Chap.10/END


Title: The Most Beautiful Gift
Author: NanaJji
Length: Chaptered
Genre: Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC) || Kim Myung Soo (INFINITE)
Support Casts:
Park Cho Rong (A Pink) || Nam Joo Hyun (OC) || Park Shin Ah (OC) || Park So Hyun (OC) || Park Chan Yeol (EXO-K)

A/N:
This' the end of the story!!! yeayeye!!! finnaly, it's end! /ngelappeluh/
huhu,, sejauh ini, ini chapter yang paling panjang, dan rasanya saya kapok buat yang begini lagi, keburu lupa ceritanya ciiin...
/banyakomong/ mending langsung tengok ceritanya
this is the story....

Ratusan orang beralalu-lalang di hadapan Myung Soo, lagu-lagu merdu tertangkap di telinganya, sedangkan matanya kini dengan liar mencari sesuatu. Dirogohnya saku jas hitam yang ia kenakan, sebuah foto terselip disana. Foto yang kini mendapat perhatian penuh dari sepasang mata tajam Myung Soo.
Kembali Myung Soo memasukkan foto itu ke dalam sakunya. Kakinya melangkah masuk menuju ruangan tempat lagu-lagu merdu itu berasal. Setiap langkah yang ia ciptakan, matanya akan menelisik setiap sudut yang ia tangkap. Semakin banyak langkah yang ia ambil, semakin banyak pula objek yang ia dilihatnya, namun tak satu pun dari mereka yang ia cari.
Tak hanya matanya yang melemparkan tatapan menyelidik, namun kini sebagian penghuni di ruangan itu menatap Myung Soo dengan berbagai maksud, setelah beberapa detik lalu menyadari kehadirannya.
Tak peduli dengan bisikan-bisikan yang ia dengar, Myung Soo tetap sibuk mencari. Mencari seseorang yang bahkan ia tak tahu siapa diantara beratus-ratus orang yang memadati ruangan yang luas ini, tentu tak semudah perkiraannya.
Hingga akhirnya Myung Soo menemukan sedikit titik terang di hadapannya. Mirip dengan sesuatu yang ia cari, mungkin juga memang benar itu dia. Myung Soo pun melangkahkan kakinya kesana.
Sementara itu, Soo Jin yang juga berada di pesta itu sibuk mencari sosok tinggi Chan Yeol. Beberapa menit lalu, Soo Jin meninggalkan laki-laki itu ke toilet, namun ketika ia kembali, ia sudah tak menemukan Chan Yeol disana, ditambah lagi kerumunan semakin penuh sesak.
Hingga bisikan-bisikan itu menjalar ke telinganya, menyebutkan nama yang selama ini ia rindukan namun tak ingin ia temui sama sekali. Soo Jin yakin sosok itu ada disini sekarang dan ia juga yakin bahwa ia harus pergi secepatnya, sebelum ia menemukan kenyataan yang lebih pahit lagi. Oh, ia harus menemukan Chan Yeol!
“Oh, sial!” Myung Soo mengumpat setelah ia menoleh kembali pada cahaya terang itu, ia menghilang. Myung Soo menghempaskan tangan beberapa yeoja yang kini mengitarinya, memohon agar Myung Soo mau menjadi partner dansa mereka. Namun bukan partner yang mereka dapat, melainkan penolakan kasar dari Myung Soo yang setelahnya langsung pergi begitu saja.
Mata Soo Jin berkeliling mencari sosok Chan Yeol, namun tak sedikitpun bagian tubuh dari namja itu yang nampak di penglihatannya. Lagu-lagu ceria tiba-tiba berganti  dengan lagu lembut nan merdu. Orang-orang di sekelilingnya mulai menggerakkan badan sesuai dengan irama musik bersama pasangan masing-masing, merekapun berdansa.
Soo Jin merasakan pening seketika. Pandangannya tak menentu dan memburam. Ia bingung, sibuk mencari sosok yang mungkin ia kenal, namun nihil! Terlalu banyak orang disana.

~~~***~~~

Genie…” Terdengar suara itu keluar dengan ragu dari bibir Myung Soo. Tubuhnya berdiri kaku menunggu sosok yang di panggilnya. Dirinya merasa kebingungan yang tak karuan, jantungnya berdegup semakin cepat, serta perasaan aneh mendesir di sekujur tubuhnya. Beratus-ratus kali ia telah meyakinkan diri, namun begitu menemukan apa yang ia cari, seketika itu pula keyakinannya lenyap. Meski hingga sekarang ia tak tahu siapa sosok itu.
Sosok di hadapannya berbalik, tak peduli dengan Myung Soo yang masih takut akan keputusannya. Dan begitu tubuh itu telah berdiri di hadapannya dengan sempurna, Myung Soo tak mampu berkata apa. Lidahnya kelu, sendi-sendinya seakan mati, hingga matanya tak berkedip barang sedetikpun dari sosok itu. Beribu pertanyaan bersarang di otaknya, ia sungguh tak dapat mencerna semua ini.
“Jong Dae oppa…”
Sosok itu menatap Myung Soo dengan tatapan putus asa, rindu, kecewa, kesal, semua bercampur aduk hingga Myung Soo di buatnya bingung.
“Soo Jin-ah…”
“Jong Dae oppa…”
Dan itu adalah suara terakhir yang Myung Soo dengar dari Soo Jin malam itu, karena setelahnya gadis itu jatuh tak berdaya.

~~~***~~~

Begitu mendapati Soo Jin terjatuh dalam dekapannya, Myung Soo langsung membawa gadis itu di tengah kepadatan pesta yang meriah. Tak peduli dengan ratusan tatapan yang diterimanya, namja itu tetap membawa Soo Jin ke apartement Cho Rong.
Tak berselang beberapa lama setelah Myung Soo sampai di apartement Cho Rong dan menidurkan Soo Jin di kasurnya, Joo Hyun, Chan Yeol, So Hyun, dan Shin Ah datang dengan wajah yang tak kalah khawatir. Begitupula dengan Cho Rong yang hanya bisa terduduk di sebuah sofa ruangan itu.
Mereka semua berkumpul di kamar itu tanpa sepatah kata pun. Chan Yeol hanya menyandarkan tubuhnya di tembok dan menatap miris kearah Myung Soo yang duduk di tepi tempat tidur, begitu pula dengan ketiga sahabat Soo Jin yang terduduk bersama dengan Cho Rong.
“Kalian sudah mengetahuinya?” Sebuah pertanyaan yang terdengar seperti pernyataan itu keluar dari bibir Myung Soo. Matanya masih tak lepas dari diri Soo Jin yang masih saja tertidur lemah sejak lima belas menit yang lalu.
Tak ada yang menjawab, hanya desiran angin musim semi yang cukup kencang menerpa gorden berwarna madu yang menyapa pendengaran mereka. Hingga akhirnya Cho Rong mulai bicara, “Apa maksudmu?”
“Tentang aku, Soo Jin, dan… Jong Dae, kalian sudah mengetahuinya, ‘kan?”
Kembali tak ada yang menjawab. Tanpa di jawab pun mereka semua tahu apa jawabannya. “Dan aku tak menyangka kalian akan bertindak seperti ini.”

~~~***~~~

“Jong Dae oppa! Jong Dae oppa…!!”
Pagi itu Myung Soo di bangunkan oleh teriakan Soo Jin, namja itu langsung mengangkat kepalanya yang berada di tepian kasur.
“Jinie-ya!! Ireona!” Namun tak menghasilkan apa, gadis itu masih mengigau tak jelas, menyebutkan sebuah nama yang membuat hati Myung Soo seketika tertusuk, dan ia merasakan perih yang mendalam disana.
“Jinie-ya…,” panggil Myung Soo lembut dan membelai perlahan pipi Soo Jin.
Berkali-kali Myung Soo melakukannya hingga gadis itu kembali tertidur.
.
.
Oppa… Myung Soo oppa!” Soo Jin terbangun dari tidurnya, setelah mimpi aneh menyerangnya begitu saja. Dengan napas terengah, ia memutar matanya sekeliling. Ia terbangun di kamarnya dan itu membuatnya bingung. Ia yakin, dirinya tak berada disana sebelumnya. Namun ketika ia menggali kembali ingatannya, seketika itu juga kepalanya terasa pening.
Pintu kamar terbuka, sosok Cho Rong muncul di baliknya dan langsung menghampiri Soo Jin yang masih terduduk lesu di tempat tidur. “Gwenchana?” tanya Cho Rong.
Eonni, apa yang terjadi padaku?” Cho Rong menaikkan alisnya tak mengerti dengan ucapan Soo Jin. “Aku kenapa, eonni? Apa yang terjadi padaku semalam? Kenapa baru bangun kepalaku langsung pusing dan aku tidak ingat apa-apa tentang tadi malam?”
Raut wajah Cho Rong memudar kala Soo Jin memborongnya dengan pertanyaan. Namun dengan cepat gadis itu mengelak. “Semalam? Semalam tak terjadi apa-apa. Mungkin saja kau hanya sedang tidak enak badan. Lebih baik hari ini kau istirahat saja di rumah, jangan kemana-mana, arra?”
“Tapi ̶ “
“Sudahlah, eonni mau pergi sebentar. Tadi aku sudah menelepon Joo Hyun untuk datang menemanimu.”

~~~***~~~

Soo Jin memasukkan beberapa buku ke dalam tas selempangnya. Sudah cukup ia mengistirahatkan badannya seharian kemarin dan hari ini ia harus berangkat ke sekolah.
“Jinie-ya, kau tidak boleh ̶ “
Eonni… aku sudah baikan, percayalah.” Soo Jin memegang bahu Cho Rong, senyuman manis seperti biasa muncul di wajahnya, berusaha untuk meyakinkan Cho Rong bahwa ia baik-baik saja.
Soo Jin melangkahkan kakinya menuju pintu, meninggalkan Cho Rong dengan rasa khawatir. Sesungguhnya bukan kesehatan Soo Jin yang sangat ia khawatirkan, ia tahu Soo Jin gadis yang kuat dan tak selemah itu, namun bagaimana jika Soo Jin akhirnya mengetahui kenyataan yang sebenarnya? Itulah yang Cho Rong khawatirkan.
.
.
“Joo-ya, bagaimana ini? Apa kita harus melakukannya? Lalu bagaimana dengan Cho Rong eonni?”
Ya! So Hyun-ah! Tak bisakah kau diam? Kau tahu sendiri kita sedang memikirkan hal itu.” Shin Ah yang sedaritadi mendengar bibir So Hyun tak henti-hentinya berkata mulai protes. Di dalam situasi membingungkan ini, So Hyun memang tak mengerti keadaan.
Mereka tengah berdiskusi di dalam kelas, setelah tadi malam mereka mendapat pesan yang sama. Dan pesan itu telah membuat mereka bimbang. “Aku pikir.. kita harus membantunya.” Joo Hyun pun angkat bicara.
“Lalu Cho Rong eonni?”  So Hyun kembali mengeluarkan pertanyaan.
“Aku akan memberitahunya nanti,” jawab Joo Hyun cepat begitu melihat Soo Jin sudah datang dari arah pintu kelas.
“Hei, Jinie-ya! Kau sekolah hari ini? Gwenchana?” Shin Ah menepuk bahu Soo Jin yang duduk di bangku depannya.
Gwenchanayo,” ucap Soo Jin sambil tersenyum meyakinkan.
“Baguslah kalau hari ini kau sekolah.” Joo Hyun yang duduk di sebelah Soo Jin kini menatap gadis itu penuh rencana.
Wae? Memangnya ada apa?”
Ani.”

~~~***~~~

13 Maret.
Tepat setahun setelah Jong Dae meninggalkan Soo Jin menunggu selama beberapa jam di café biasa mereka bertemu, tak hanya itu, namja itu juga meninggalkan Soo Jin untuk selamanya. Tanpa sebuah kata perpisahan. Hanya sebuah cincin yang hingga kini masih melingkar di jari manis Soo Jin. Sangat indah dan cantik. Berbanding terbalik dengan kenyataan di baliknya.
Soo Jin dan ketiga sahabatnya melangkah di padang rumput yang luas itu. Berkali-kali mereka melewati gundukan tanah dan terdapat beberapa yang masih basah, hingga mereka sampai di tempat Jong Dae berada.
“Permisi,” ucap Soo Jin begitu mendapati seseorang tengah berada di makam Jong Dae. Namja itu masih terdiam dan menatap makam itu lama. Soo Jin pun ikut terdiam, begitupula dengan ketiga sahabatnya yang berdiri cukup jauh di belakang Soo Jin.
Namja itu akhirnya berdiri dan membalikkan badannya. Dan Soo Jin pun seketika menahan napas. “O-oppa…”
“Jinie-ya…”
“Apa ini? Apa yang oppa lakukan disini? Jong Dae oppa, kenapa oppa datang ke makamnya? Apa yang telah terjadi?!!” Soo Jin melantunkan pertanyaan itu bertubi-tubi, suaranya serak seiring dengan air mata yang mulai menetes silih berganti.
“Jinie-ya…”
“Jelaskan, oppa!!” Tubuh Soo Jin terhuyung dan merosot begitu saja.
“Jinie-ya!” Myung Soo segera berlari menghampiri tubuh Soo Jin yang terkulai lemah. Mencoba membantu gadis itu dan memberinya sebuah sandaran.
“Lepaskan! Jangan coba-coba menyentuhku, sebelum oppa menjelaskan semuanya!!” Myung Soo tetap mencoba untuk meraih gadis itu, meski si gadis kembali menampik. “Sudah kukatakan lepaskan!!”
“Soo Jinie…” Ketiga sahabatnya itu ikut menghampiri Soo Jin dan gadis itu pun berbalik menatap mereka penuh amarah.
“Kalian? Kalian bertiga katakan, kalian sudah tahu, hah? Apa kalian sudah tahu?!!!”
Mianhae...”
“Cukup jelaskan dan aku akan mengerti! Apa itu terlalu susah untuk kalian?!”
Tak ada yang berani menjawab, semua terdiam. Ini memang saatnya mereka memberitahu Soo Jin segalanya, tapi bagaimana? Bagaimana caranya memberitahu gadis itu? Apa yang akan terjadi setelah ia mengetahuinya?
“Biar aku saja yang menjelaskan.” Myung Soo pun angkat bicara. Soo Jin berdiri dan berjalan mendekat ke makam Jong Dae masih dengan kepala yang menunduk, ia tak mau melihat siapapun saat ini, karena kenyataannya mereka semua akan menambah rasa sakit yang ia rasakan.
“Aku baru mengetahui hal ini tadi malam, bahwa kaulah orang yang selama ini aku cari.” Myung Soo menarik napas panjang dan duduk di samping Soo Jin yang sibuk mengelus makam Jong Dae. “Bahwa kaulah orang yang ingin Jong Dae lindungi, kaulah Genie yang selalu menciptakan kebahagiaan untuknya.”
Tangan Soo Jin berhenti mengelus makam itu, matanya yang berkaca-kaca terpaku pada nama di nisan tersebut ‘Kim Jong Dae’. “Ia mengalami kecelakaan saat akan menjemputku di bandara setelah kepulanganku dari Jepang. Sesungguhnya.. sesungguhnya ia ingin mengajakku langsung bertemu denganmu di café. Tapi.. tapi kau tahu itu tak terjadi.”
Setetes air mata menuruni wajah Myung Soo, menceritakan semua itu sama halnya dengan membongkar lukanya sendiri. Myung Soo merogoh saku celananya dan menemukan sebuah lingkaran logam mulia yang indah disana.
“Cincin ini ia berikan padaku disaat terakhirnya, bahkan di saat itu ia masih bisa memintaku untuk menjagamu, meski aku tak tahu siapa, bagaimana, dan dimana aku bisa menemukanmu. Dan takdir akhirnya tetap mempertemukan kita, meski memunculkan banyak kesalahpahaman…”
Tangis Soo Jin semakin menjadi. Apa yang ia rasakan semakin hancur. Jong Dae, Myung Soo, dan semua kenyataan ini, apa yang harus ia lakukan?
“Jinie-ya, aku dan Jong Dae… kami bersaudara.”
Cukup. Cukup sudah apa yang Soo Jin dengarkan hari ini. Air matanya turun begitu deras. Ia menangis sejadinya di makam itu, tak peduli sejauh mana tangisnya akan terdengar. Toh, siapa yang akan berkunjung ke makam pada saat seperti ini.
Soo Jin meremas erat rok sekolahnya sebagai pelampiasan kesedihan. Ia sungguh tak mengerti dan ia tak ingin mengerti semua ini.
“Jinie-ya, tapi percayalah. Aku mencintaimu bukan karena Jong Dae, bukan juga karena janjiku padanya. Tapi karena aku mencintaimu dengan tulus, tak peduli bagaimana masa lalumu.” Myung Soo mendekap Soo Jin yang masih menangis di dunianya. Gadis itu benar-benar rapuh, sebagaimana Myung Soo pertama kali melihatnya satu tahun lalu di tempat yang sama.
Dan Soo Jin merasakan kehangatan dalam pelukan Myung Soo. Merasakan kenyamanan yang sungguh seperti obat yang membuatnya ketergantungan.
Lalu sesungguhnya bagaimana perasaannya?  Rasa itu ̶ cinta ̶ sesungguhnya siapa yang ia cintai? Jong Dae? Lalu bagaimana perasaannya dengan Myung Soo, apakah itu hanya omong kosong belaka? Akankah laki-laki itu hanya menjadi pelariannya semata?
Beribu pertanyaan menyerangnya bertubi-tubi sedangkan otaknya masih enggan untuk mencerna, terutama perasaannya yang tak mampu menjawab. Hingga akhirnya gadis itu terkulai lemah dalam dekapan Myung Soo.

~~~***~~~

Suara angin di luar terdengar begitu nyaring di ruangan itu, menunjukkan betapa heningnya suasana di dalam. Semua orang di ruangan itu tetap bergeming, tak ada yang berani bersuara ataupun karena mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
Mianhaeyo. Mianhae, eonni.
“Tak apa. Aku tahu, semua ini pasti akan terjadi, hanya tergantung kapan waktu akan mendatanginya.” Cho Rong bangun dari duduknya. “Sudahlah, kalian jangan bersedih seperti itu. Aku akan melihat Soo Jin sebentar.
Cho Rong melangkahkan kaki menuju kamar dongsaeng-nya. Di bukanya pintu kamar dan ia menemukan Soo Jin tengah duduk di atas kasur sambil memeluk kedua kakinya.
Sedangkan di luar ruangan, Myung Soo masih tetap bersandar pada pinggiran balkon sambil memandangi bunga-bunga cherry yang bermekaran indah, sampai sebuah suara memanggil namanya.
“Myung Soo-ya, Soo Jin ingin bertemu denganmu.” Cho Rong menghampiri Myung Soo dengan raut wajah yang susah di gambarkan. Sejatinya gadis itu pun tidak tahu harus bagaimanakah ia menyampaikan hal itu pada Myung Soo, bahagia atau sedih?
Myung Soo pun masuk ke kamar itu dan duduk di tepian ranjang Soo Jin. Myung Soo tak berani memandang gadis itu, begitupula dengan Soo Jin yang hanya menundukkan kepalanya.
Oppa, mianhae…” Soo Jin mengangkat kepalanya dan menatap Myung Soo nanar. “Maaf, karena aku sudah bersikap seperti itu dan maaf karena sudah marah padamu. Tak seharusnya aku seperti itu.”
Ani. Kau tidak salah, kami memang seharusnya memberitahumu lebih awal.” Myung Soo meraih tangan Soo Jin dan menggenggamnya erat. Senyum pun mengembang di wajah keduanya.
Oppa…”
Wae?”
Niga joha.” Soo Jin kembali memperlihatkan senyum manisnya.
Joha?” Senyum di wajah Soo Jin seketika luntur mendengar balasan dari Myung Soo. “Sebenarnya aku ingin tahu, apa kau menyukaiku karena aku mirip dengan Jong Dae, hm?”
Wae? Oppa penasaran?” Myung Soo mengangguk. “Bahkan sejujurnya, rasanya aku sama sekali tidak menyukai oppa.”
“Benarkah? Lalu?” Soo Jin tak menjawab, gadis itu hanya tersenyum pura-pura acuh. “Ya!!” Tangan Myung Soo dengan lihai menggelitiki Soo Jin, membuat si gadis beberapa kali menjerit dan hampir mengeluarkan air mata.
Oppa, stop!! Stoppp!!” Soo Jin memukul keras bahu Myung Soo yang membuat gerakan pria itu terhenti.
“Katakan,” ucap Myung Soo sambil menatap mata Soo Jin serius. Gadis itu menggeleng. “Bahkan jika itu adalah satu-satunya harapan yang aku inginkan di hari ulang tahunku?”
Soo Jin menekuk kedua alisnya bingung dan menatap Myung Soo penuh tanya. “Memangnya kapan oppa ulang tahun?” Pertanyaan itu keluar dengan polosnya dari bibir Soo Jin.
“Kau tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu?”
Soo Jin lagi-lagi menggeleng, bahkan kini dengan sangat yakin. “Aku tidak berpura-pura. Aku memang tidak tahu.”
“Hanya 10 hari setelah ulang tahunmu.”
Soo Jin menghitung perlahan dan dengan tergesa ia meraih ponsel lalu mengutak-atik benda itu. “Hari ini? 13 Maret?! Jinjjayo?!”
Eo. Jadi cepat katakan.” Soo Jin masih diam, ia benar-benar terkejut mendengar bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Myung Soo.
Oppa, benarkah? Hari ini ulang tahunmu?” Soo Jin masih bertanya dengan polosnya. Myung Soo menghembuskan napas panjang lalu hendak berdiri dari duduknya. “Oppa.” Namun dengan segera tangannya di tahan oleh tangan Soo Jin.
Saranghae…”
Kata-kata itu meluncur dengan halus dari bibir Soo Jin sedangkan Myung Soo hanya bisa terdiam kaku mendengarnya, jantungnya berdetak tak teratur, perasaan malu tiba-tiba menghinggapinya.
Soo Jin tersenyum manis kearah Myung Soo yang kini menggenggam erat tangannya. Di jari manis keduanya melekat logam berwarna keemasan. Cincin yang telah mempertemukan mereka. Cincin yang telah menjadi kado terindah bagi Myung Soo yang diberikan oleh sang adik; Jong Dae.
Kkeut!!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .