Langsung ke konten utama

[Vignette] Promise




Title:
−Promise−
Scriptwriter:
NanaJji
Cast(s):
Kim Myung Soo [INFINITE] || Kim Soo Jin [OC]
Genre:
School-life, Romance, Fluff
Duration:
Vignette
Rating:
PG-15
Summary:
Kau bisa saja tak ingin menepati janji itu, tapi kau harus tahu bahwa takdir ingin kau menepatinya.


 A/N:
/gebukauthorsebelumbaca/ /abaikan/
mian, mian, mian.. aku ketemu ide ini entah darimana padahal mos aku udah lese tahu lalu masa, tapi ya gimana, aku pengen nulis ini, dan ya gimana gitu... maaf kalau kurang memuaskan dan aneh(?)
tapi tetep di baca dulu, siapa tahu bagus /readers:jelek!!!/
yasudahlah,, mending langsung di baca,
check this out--->


Panas mentari siang itu tak dapat dielakkan lagi. Sangat menyiksa untuk ratusan calon siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas yang kini tengah mengikuti masa orientasi. Peluh bercucuran di kening setiap siswa, di tengah terik matahari mereka harus berlarian kesana kemari hanya untuk meminta tanda tangan dari para sunbaenim.
Namun di tengah-tengah kesibukkan itu, terlihat seorang siswi yang berdiam diri di tengah lapangan. Mata gadis itu sibuk menelisik setiap sudut. Ia menghela napas panjang. Setiap ujung terdapat antrian panjang para siswa yang meminta tanda tangan.
“Sungguh, ini akan percuma,” bisik gadis ber-name tag Kim Soo Jin itu pada dirinya sendiri. Alhasil, ia pun hanya berdiri disana dan memperhatikan setiap kerumunan yang matanya temui.
“Apa kau tidak meminta tanda tangan padaku?” Sebuah suara menginterupsi perhatian Soo Jin. Gadis itu berbalik dan mendapati sebuah wajah asing namun terasa familiar di benaknya. “Annyeong haseyo, Kim Soo Jin.” Orang itu kembali bersuara. Soo Jin mengerutkan keningnya bingung. Namun sedetik kemudian tersirat senyum di wajahnya setelah melihat name tag orang itu.
“Bertemu lagi, Kim Myung Soo,” ucap Soo Jin sarkastis. Tatapannya menyiratkan ketidaksukaan.
“Wow! Itu terdengar sangat tidak sopan. Bagaimanapun, aku ini sunbae-mu, Soo Jin ssi,” balas Myung Soo dengan penuh penekanan di setiap katanya. Soo Jin tak berkata lagi, suhu sekitar terasa bertambah panas beberapa derajat, tangannya mengepal erat.
“Baiklah, aku akan memberikanmu tanda tangan, asal kau mau mengikuti kataku,” tawar Myung Soo. Hatinya melonjak bahagia melihat mata Soo Jin yang mendelik kearahnya.
“Tidak, terima kasih.” Soo Jin berbalik pergi. Sungguh, Soo Jin tak ingin mencari masalah kali ini. Namun baru selangkah, ia harus menghentikan langkahnya kembali.
“Jadi hanya itu kemampuanmu? Menyerah begitu saja?”
Soo Jin berbalik badan lagi. Menatap sosok Myung Soo di hadapannya. Namja itu melipat kedua tangannya di depan dada disertai dengan wajah angkuhnya. Soo Jin benar-benar ingin menjambak rambut laki-laki itu saat ini juga.
“Sebenarnya hari ini aku sangat malas, tapi untuk menunjukkan rasa hormat pada sunbae di hadapanku ini, apa yang harus kulakukan?” Soo Jin menerima tantangan itu dengan sangat terpaksa.
Dengan tidak sopannya ̶ menurut Soo Jin ̶ Myung Soo menarik tangannya. “Menyanyilah,” ucap Myung Soo yang lebih terdengar seperti perintah.
Soo Jin kembali mendelik kearah Myung Soo. Apa dia gila?! Bernyanyi di hadapan semua warga sekolah? Baiklah, memang tidak semua dari mereka akan memperhatikanmu, namun tetap saja, ide gila apa ini?!
Berbagai macam kekesalan terpancarkan dari wajah Soo Jin. Ia menatap benci kearah Myung Soo yang kini sedang menyodorkan sebuah microphone untuknya.
Soo Jin menerimanya dengan berat hati, namun ia tak kunjung ambil suara. Lama ia menatap benda itu, namun pikirannya tidaklah disana.
You are my sunshine, my only sunshine...
Myung Soo mulai bernyanyi, ia ingin memancing Soo Jin untuk buka suara. Soo Jin yang mendengar lagu itu mengumpat dalam hati. Ia kenal betul dengan lagu itu. Lagu masa kecilnya bersama Myung Soo.
You make me happy, when skies are grey...
Sambung Soo Jin. Teringat kembali dimana ia sering berlari, saling mengejar bersama Myung Soo. Andai saja bukan karena keluarga, pastilah mereka disini bisa saling menyapa dengan bersahabat.
You never know dear, how much I love you.
Please don’t take my sunshine away…
Lagu itu mereka akhiri bersama. Tatapan dua pasang mata itu saling terpaut, memutar kembali memori-memori masa kecil mereka, sedangkan bibir mereka tetap mengatup rapat. Dimana mereka tak mengerti tentang dunia. Mereka berdua tahu, jika saja ada pilihan, mereka pasti akan memilih untuk kembali ke masa itu selamanya.
Suara riuh tepuk tangan berhasil membawa mereka kembali kedunia. Soo Jin mengedarkan pandangannya sekeliling, namun tatapan itu hampa sampai ia bertemu dengan sosok Myung Soo.
I hate you.” Kata itu mengalun begitu saja dari bibir Soo Jin, diiringi dengan langkah panjangnya untuk menjauh dari keramaian. Meninggalkan Myung Soo yang menatap tajam kepergiannya.

_~**-**~_

Soo Jin menangis di taman belakang sekolah. Sebuah bangku di bawah pohon, sungguh tak terlihat dari jalan setapak yang biasa di lewati para siswa. Ia merutuki kebodohannya karena menerima tantangan Myung Soo.
Malu. Bukan, ia sama sekali tidak malu. Menyanyi di depan umum bukan masalah baginya, namun satu masalahnya. Ia menyanyi bersama Myung Soo. Menyanyikan lagu favorit mereka.
Oh, dia tidak boleh goyah. Ia membenci Myung Soo, seharusnya ini bisa menambah kebenciannya. ‘Ya, memang seharusnya begitu,’ yakin Soo Jin pada dirinya sendiri. Dengan asal ia menghampus air mata yang jatuh di pipinya lalu mengambil napas panjang. Ia harus meyakinkan dirinya.
Kini perasaannya sudah tenang. Ia harus segera kembali, masa orientasi hari ini belum selesai. Namun baru satu langkah ia membalikkan badan, sosok itu sudah ada di hadapannya.
“Kau disini rupanya.”
Soo Jin hanya menatap Myung Soo sekilas, hatinya terbakar amarah yang amat besar. Namun, ia tetap mencoba untuk tenang dan ia pun berjalan melewati Myung Soo.
Myung Soo kembali bersua yang menyebabkan Soo Jin kembali menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh sosok Soo Jin di belakangnya, begitupun dengan Soo Jin, ia harus meminimalisir kemungkinan matanya untuk menatap wajah Myung Soo.
“Aku hanya ingin memperingatkanmu, masa orientasi belum selesai, jadi jangan mencoba untuk kabur dari sini.” Ucapan Myung Soo cukup menohok hati Soo Jin. ‘Andai saja ini bukan masa orientasi, aku pastikan sudah mencekek lehermu itu Kim Myung Soo. Tunggu saja.’ Dengan pemikiran penuh amarah, Soo Jin melangkahkan kaki meninggalkan Myung Soo.

_~**-**~_

Soo Jin menghembuskan napas berat, entah sudah yang keberapa kalinya dalam jangka waktu setengah hari ini. Hari-hari menjalani masa orientasi dengan keberadaan seorang Kim Myung Soo benar-benar menyebalkan. Sangat menyebalkan.
Bagaimana tidak?
Setiap jam, bahkan Soo Jin dapat menghitungnya, tepatnya setiap lima menit sekali Myung Soo selalu saja menyusahkannya. Pikiran-pikiran anehnya yang membuat Soo Jin berkali-kali menjadi santapan umum warga sekolah. YA! Ingin rasanya Soo Jin berteriak sekencang-kencangnya. Bila perlu, ia akan berteriak kencang tepat di telinga KIM MYUNG SOO!!!
“Oh, oh!! Kau sepertinya memang tak ada pekerjaan, ya? Bahkan ketika teman-temanmu sibuk mencari tanda tangan, kau hanya duduk meneduh. Ikutlah denganku, akan ku berikan kau pekerjaan.”
“Aku lelah, apa aku tak bisa istirahat sebentar saja?! Bahkan kau selalu menyuruhku melakukan hal-hal yang tidak normal yang hanya terpikirkan oleh orang gila!”
“Kau mengatakan aku gila, hah? Ayo buktikan siapa yang gila disini.”
Myung Soo menarik tangan Soo Jin, membawanya ketempat dimana para sunbaenim berkumpul. Soo Jin tak menolak sedikitpun, karena ia tahu penolakkan membuat konsekuensinya akan lebih tinggi.
“Aku baru saja menerima ini. Kau harus membacakannya untukku.” Myung Soo menyerahkan sebuah amplop berisi surat, Soo Jin menerimanya dan mulai membuka surat itu. Keningnya mengkerut lalu menatap Myung Soo penuh tanya. “Bacakanlah,” ucap Myung Soo yang lebih terdengar seperti sebuah perintah dan memberi sebuah microphone pada Soo Jin.
“Kau seperti cahaya mentari di pagi hari, begitu bersinar. Kau juga seperti angin di musim panas yang menyejukkan. Matamu seperti payung yang meneduhkan saat hujan. Suaramu terdengar seperti nyanyian harfa di telingaku. Aku harap suatu hari nanti aku ikut menjadi bagian dalam semua itu.”
Wekkk!!
Soo Jin hampir saja muntah membaca kata-kata itu. Sungguh, itu sangat menjijikan! Ia benar-benar merutuki orang yang membuat surat jelek itu untuk namja sejahat Kim Myung Soo, semua itu kebohongan besar!
“Kau sedang menyatakan perasaanmu padaku, Kim Soo Jin?” Suara itu begitu menggema di tengah lapangan yang luas berkat microphone yang digunakan si pembicara, dan serta merta membuat Soo Jin tersadar akan ratusan pasang mata yang kini menatapnya intens. “Tapi, bagaimana ya? Aku butuh waktu untuk memikirkannya.”
‘Kau memang cerdik, picik, dan licik Kim Myung Soo,’ geram Soo Jin dalam hati namun tetap ia mengerahkan sebuah senyum palsu pada semua pihak yang ada disana.
“Baiklah, aku akan menerimanya berkat senyum manismu itu.”

_~**-**~_

Berita itu menyebar bak virus di sekolah menengah tersebut, bahwa seorang siswi baru telah berhasil menaklukan hati seorang Kim Myung Soo. Sungguh berita yang membuat telinga Soo Jin panas. Ditambah lagi kedatangan Myung Soo pagi ini di kelas barunya setelah masa orientasi berakhir kemarin.
“Apa yang kau ̶ ?”
Belum selesai Soo Jin bertanya, tangannya sudah di tarik begitu saja oleh Myung Soo yang berpura-pura manis di hadapan semua orang, seakan membenarkan semua gossip yang beredar dan membuat dirinya semakin terpojok.
“Bagaimana?” Soo Jin bertanya kala mereka sudah sampai di atap sekolah. Alis Myung Soo berkedut menatap Soo Jin tak mengerti. “Bagaimana rencanamu untuk membuat hidupku berantakan, hm?”
“Menurutmu?”
“Oh, ku rasa kau berhasil. Selamat!” Soo Jin membalikkan badan dan ingin segera pergi meninggalkan Myung Soo, tak ingin melihat namja itu lagi, meski ia selalu menunggu namja itu kembali, namun ia sudah berubah. Percuma.
Myung Soo dengan cepat menahan tangan Soo Jin dan menarik gadis itu dalam pelukannya. Masa lalu yang masih menghantuinya membuat Soo Jin tak melawan sedikitpun, hingga fakta membawa ia kembali dan memberontak di dalam pelukan Myung Soo.
“Lepaskan!”
Namun tak menghasilkan apapun, kekuatan Myung Soo lebih besar darinya. Dan entah kenapa ia menyerah begitu saja. Apa kau masih mengharapkan Myung Soo mu itu kembali, Kim Soo Jin?
“Bodoh!” umpat Myung Soo yang lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Soo Jin sedikit terkejut mendengar kata itu keluar dari mulut Myung Soo dan ia ketakutan. “Bodoh!!” ulang Myung Soo sekali lagi.
“Soo Jin-ah, kau tahu ‘kan kalau aku bodoh?” Soo Jin tak menjawab, ia masih terdiam dalam pelukan Myung Soo. “Ku kira dengan hal buruk semua kenangan manis akan terkubur, tapi meski seberapa banyak keburukan untuk menguburnya, kenangan manis itu akan tetap tumbuh dan merekah. Bukankah aku bodoh, Soo Jin-ah?”
Myung Soo melonggarkan pelukannya, membiarkan Soo Jin menghirup udara bebas. Kedua tangannya menghuni bahu Soo Jin dan sepasang mata itu menatap manik Soo Jin tajam.
“Aku membencimu, sungguh.” Myung Soo memajukan badannya dan menatap Soo Jin lebih tajam, membuat Soo Jin hanya bisa menundukkan kepalanya. “Dan lebih dari itu… aku mencintaimu, aku hanya terlalu egois untuk mengatakannya.”
Soo Jin seketika mendongak, mendapati tatapan itu sama sekali tak menakutkan, melainkan tatapan teduh yang di berikan Myung Soo padanya. “Dan kau harus tahu, aku tak akan pernah mengingkari janjiku untuk selalu menjagamu.”
Myung Soo mendekatkan wajahnya, membuat Soo Jin menutup mata dan merasakan hangat di bibirnya. Merasakan sensasi lembut seiring dengan kebahagiaan tiada tara yang ia rasakan saat ini karena harapannya tak pupus begitu saja. Myung Soo-nya telah kembali.

_~**-**~_

Seorang gadis kecil menangis di depan kelasnya. Hujan di luar sangat deras dan ia hanya sendiri di kelas itu. Ia terduduk sambil memeluk kedua kakinya sementara air matanya terus mengalir dan suara isakannya menggema di sepanjang kelas meski teredam oleh suara hujan yang begitu lebat.
“Soo Jin-ah…”
Seorang bocah berlari ke kelas itu begitu melihat Soo Jin kecil menangis. Tangannya dengan lembut menyentuh bahu Soo Jin, mencoba untuk membuat gadis itu tenang. Namun isakan kecil masih terdengar dari kedua belah bibir Soo Jin.
Bocah itu ̶ Kim Myung Soo ̶ ikut duduk di sebelah Soo Jin dan bibirnya mulai melantunkan nada-nada sederhana.
You are my sunshine, my only sunshine
You make me happy, when skies are grey
You never know dear, how much I love you
Please don’t take my sunshine away…
Soo Jin kecil menghentikan tangisnya dan menatap Myung Soo dengan senyum. “Oppa…,” panggilnya.
Ne,” jawab Myung Soo dan menatap Soo Jin di sebelahnya. “Jangan menangis lagi, arra?” Soo Jin mengangguk dengan senyuman manis di wajahnya meski sisa-sisa air mata jelas nampak di pipi gadis itu.
“Aku tidak akan menangis lagi, asal ada oppa yang akan selalu menyanyi untukku.”
“Tentu, oppa akan selalu menjagamu. Jadi jangan pernah menangis lagi.”
“Janji?”
“Janji.”

 _~*KKEUT!!*~_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .