Langsung ke konten utama

[Oneshot] Just A Word




Title:
---Just A Word---
Scriptwriter:
NanaJji
Cast(s):
Kim Myung Soo [INFINITE] || Kim Soo Jin [OC]
Genre:
Romance, a little bit Sad.
Duration:
Oneshot
Rating:
PG-15

A/N:
tada! tada!! tadaaa!!!
sekarang author lagi seneng buat yang oneshoot, agak males gitu buat yang berchap... jadi maklum kalo yang berchap masih ngandet-ngandet,,, tapi untuk Beautiful Gift udah  tinggal yang chapter akhir!! yeay!!
tapi yang ini dulu yaaaa....
cekidot---->



Seorang yeoja dengan malas mengaduk-aduk milkshake di atas meja di hadapannya. Ia bosan. Sedaritadi, namja dihadapannya ini tak berkata sepatah kata pun, melainkan hanya memainkan kamera di tangannya dan mengambil beberapa foto sang yeoja.
“Oppa… berhentilah memotretku seperti itu! Aku tidak suka!” rajuk sang yeoja, melipat kedua tangannya di depan dada dan mengalihkan pandangannya ke sekeliling café yang sudah semakin sepi sejak sejam lalu mereka datang. Sang namja tetap tak menghiraukan yeoja-nya. Ia masih tetap berkutat dengan kamera kesayangannya.
“Myung Soo oppa!!” Kini kesabaran Soo Jin memuncak, diambilnya kamera di tangan Myung Soo.
“Ya!” Soo Jin terkikik geli melihat Myung Soo geram, ia pun menjulurkan lidahnya kearah Myung Soo. Myung Soo hanya menghela nafas berat melihatnya.
“Ternyata hasil foto oppa bagus juga ya,” ucap Soo Jin sambil tersenyum melihat foto dirinya yang diambil oleh Myung Soo. Ia akui, Myung Soo memang cocok menjadi seorang fotografer.
“Banyak yang berkata seperti itu. Sudahlah, kembalikan…” Tangan Myung Soo mencoba meraih kamera di tangan Soo Jin, namun Soo Jin tetap menjauhkan tangannya.
Soo Jin melirik Myung Soo sejenak, ia menghela nafas berat. ‘Diajak bercanda sedikit saja tidak bisa,’ pikir Soo Jin. Soo Jin memutar bola matanya, ia memutuskan untuk tidak bermain-main lagi.
“Kenapa oppa tidak jadi fotografer saja?? Bakat oppa ‘kan bisa dikembangkan,” ucap Soo Jin yang kini menatap Myung Soo setelah menaruh kameranya diatas meja.
“Ini hanya sekedar hobiku saja, kau tahu itu…”
“Ye. Percuma aku memberi tahu oppa, jawabannya selalu begitu,” ucap Soo Jin sambil berdiri dari duduknya.
“Eodigayo?” tanya Myung Soo ikut berdiri. Soo Jin hanya menatap Myung Soo malas. Namja di hadapannya ini memang susah dimengerti, bahkan susah untuk mengerti diri Soo Jin. Untuk hari ini saja−tepat di hari keseratus hubungan mereka−Myung Soo tak berkata atau melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan Soo Jin.
“Aku mau pulang saja.” Soo Jin melangkahkan kakinya meninggalkan Myung Soo tanpa menunjukkan senyum sedikit pun.
“Biar aku antar,” ucap Myung Soo sambil menahan tangan Soo Jin. Namun dengan cepat Soo Jin melepaskan genggaman tangan Myung Soo di tangannya dan berbalik menatap Myung Soo.
“Aku bisa pulang sendiri,” kata Soo Jin sebelum akhirnya ia berjalan menuju pintu café. Myung Soo hanya menatap kepergian Soo Jin tanpa merubah posisinya sedikit pun hingga akhirnya sosok Soo Jin tak terlihat lagi begitu pintu café itu tertutup.
Baru ketika Myung Soo berniat untuk duduk, pintu café kembali terbuka, seketika itu pula pandangan Myung Soo beralih kesana.
Soo Jin.
Sosok itu muncul kembali dari balik pintu café. Langkah kaki jenjangnya membawa tubuh Soo Jin ke hadapan Myung Soo. Myung Soo hanya menatap Soo Jin datar sambil menunggu kata yang akan keluar dari mulut Soo Jin.
Sebaliknya, Soo Jin menatap Myung Soo dengan geramnya. Rasa marah membumbung tinggi di ubun-ubunnya, perasaan kesal, kecewa, dan benci, hanya saja Soo Jin tak ingin membenarkan pilihan terakhir. Ia tak mungkin membenci Myung Soo, meski sebesar apapun rasa kesal yang ia rasakan pada pemuda itu.
Mereka kini hanya terdiam. Soo Jin hanya menatap Myung Soo dalam−menunggu apa yang akan Myung Soo katakan padanya. Namun hingga beberapa menit, hanya hening yang menyelimuti sekeliling mereka.
Baiklah. Kali ini akhirnya Soo Jin terpaksa untuk menyerah dan membuka mulut terlebih dahulu. “Kenapa oppa tidak mengejarku?!” Suara Soo Jin terdengar tercekat, mencoba menahan agar emosinya tak mendominasi dirinya saat ini.
“Mengejarmu? Untuk??”
“Aah..lupakan. Kalkaeyo.” Soo Jin meninggalkan Myung Soo, kali ini benar-benar meninggalkan Myung Soo dengan segala kekesalan yang menghuni dirinya.
Setelah tubuh Soo Jin menjadi sebuah titik kecil lalu lenyap begitu saja dari pandangannya, Myung Soo memutuskan untuk duduk. Beberapa kali ia mengambil nafas berat dan menghembuskannya penuh frustasi.
Yeoja-nya memang susah di mengerti. Yah, setidaknya itu yang ia pikir sejauh ini. Tapi, sebuah pertanyaan melintas di pikirannya begitu saja, “Apa memang aku yang susah untuk mengerti?”

_~**-**~_

Myung Soo merebahkan diri diatas kasur empuknya dengan resah. Belakangan ini Soo Jin seakan menghindar darinya. Sejak pertemuan mereka di café tempo hari, Soo Jin tak pernah mengangkat teleponnya ataupun sekedar membalas pesan singkat yang ia kirim.
Myung Soo memejamkan matanya, mencoba untuk mengingat bagaimana perilakunya selama ini pada Soo Jin. Apa ia memang sangat tidak peka untuk mengetahui perasaan Soo Jin saat ini?
Myung Soo mengambil kameranya diatas meja, memperhatikan setiap foto yang terdapat di dalamnya. Seorang yeoja dengan rambut kuncir kuda, pipi tembam, dan mata besarnya berwarna coklat sedang menunjukkan berbagai ekspresi yang berhasil Myung Soo abadikan dengan kameranya. Myung Soo tersenyum puas melihat semua foto itu. Dengan tiba-tiba Myung Soo mengambil ponselnya dan mengetikan beberapa nomor di atasnya.
“Yeoboseyo?” Terdengar suara dari seberang sana menjawab panggilannya. Suaranya sangat lemah dan malas, membuat Myung Soo seketika khawatir.
“Gwenchana? Apa kau sakit?” tanya Myung Soo bertubi-tubi membuat yeoja di seberang sana−Soo Jin−menghembuskan nafas berat.
“Oppa..apa oppa tahu sekarang jam berapa?” Myung Soo segera melirik jam dinding di kamarnya.
“Pukul… 1 malam?” Myung Soo mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, masih tak percaya pada apa yang ia lihat, ia pun kembali tersadar dengan objek yang berada di seberang sana. “Ah, mianhae…oppa mengganggu tidurmu, mianhaeyo~” ucap Myung Soo penuh sesal.
“Gwenchanayo…”
Suasana hening, tak ada yang membuka suara. Myung Soo terlalu sibuk dengan pikiran-pikiran tentang apa yang akan ia ucapkan, sedangkan Soo Jin di seberang sana masih setia menunggu meski sudah beberapa kali menguap demi menahan kantuk.
“Mmmm…oppa?” Soo Jin mulai sangsi dengan keberadaan Myung Soo di seberang sana, apa mungkin namja-nya itu ketiduran?
“N-ne?” jawab Myung Soo membuat Soo Jin bernafas lega, setidaknya Myung Soo tak meninggalkan telepon mereka terhubung sedangkan ia tertidur disana ataupun melakukan hal-hal yang membuat Soo Jin kecewa seperti biasa.
“Apa oppa ingin bilang sesuatu?”
“Ah.. Ne, aku ingin tanya, apa besok kau sibuk?” Kalimat itu keluar tanpa perintah, akhirnya ia mengatakannya juga setelah lama berpikir untuk menyusun kata yang cocok.
“Ani, besok aku tak ada kegiatan apapun, wae?” Soo Jin masih menjawab dengan malas. terlintas dipikirannya dimana terakhir Myung Soo mengajaknya pergi keluar, Soo Jin pun bingung harus bagaimana lagi dengan Myung Soo, sungguh susah untuk di mengerti.
“Hmm, aku ingin mengajakmu keluar, apa kau bisa?”
“Ne,” jawab Soo Jin singkat, membuat kepercayaan Myung Soo sedikit memudar.
“Baiklah… besok aku akan menjemputmu,” ucap Myung Soo sedikit ragu. Hanya terdengar gumaman Soo Jin mengiyakan, membuat Myung Soo semakin tak percaya diri. “Kalau begitu, istirahatlah… Jaljayo…”
“Sekarang sudah pagi, oppa…”
“Ah, ia..lanjutkan saja tidurmu, annyeong…” Myung Soo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia benar-benar bodoh. Bahkan ia tak tahu bagaimana cara mengajak yeojachingu-nya pergi, sungguh.
“Annyeong…”
Tuutt! Tuutt!!
Sambungan telepon pun terputus. Myung Soo terbaring dengan masih menatap layar ponselnya. Semoga semuanya dapat berjalan dengan baik, doanya.

_~**-**~_

“Oppa..sebenarnya kita mau kemana??” tanya Soo Jin akhirnya memecah keheningan yang sedaritadi tercipta antara dirinya dan Myung Soo. Satu jam lalu, Myung Soo menjemput Soo Jin, namun sampai sekarang namja itu belum mengatakan apapun tentang tujuan mereka. Soo Jin menundukkan kepalanya, melihat kedua kakinya menendang dedaunan yang rontok di jalan, sedangkan Myung Soo berada di sebelahnya masih berjalan santai sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
“Kau suka taman??” Soo Jin mengernyitkan alisnya, pertanyaannya sama sekali tak dijawab oleh Myung Soo, malah dia bertanya sesuatu yang menurut Soo Jin tidak ada hubungannya.
“Ne, neomu joha..yo,” Soo Jin terpaku, terpesona melihat taman yang tiba-tiba berada di hadapannya. Oh tidak, bukan taman itu yang menghampirinya, namun langkah Myung Soo lah yang membawanya ke taman ini. Seketika ia pun melirik Myung Soo yang berada di sampingnya, namja itu pun menunjukkan senyum terindahnya untuk Soo Jin.
“Kau suka?” Myung Soo pun bertanya, masih menatap kedua mata Soo Jin yang berbinar bahagia, Soo Jin mengangguk dengan mantapnya. Myung Soo kembali tersenyum, berharap semua rencananya akan berhasil. Membuat Soo Jin bahagia, apa dia bisa??
“Kau mau berkeliling?”
“Ne, oppa!!”

_~**-**~_

Setengah jam telah berkeliling, namun tak sedikit pun ada percakapan yang tercipta diantara mereka berdua. Soo Jin sedaritadi sudah menunggu Myung Soo buka suara, namun Myung Soo masih sibuk dengan hal apa yang akan ia bicarakan, bagaimana ia harus mengatakannya, semua itu berputar-putar memenuhi otak Myung Soo.
Taman yang sangat indah ini, kini terasa sangat membosankan, bahkan membuat Soo Jin iri karena banyaknya pasangan yang berkunjung ke taman ini. Mereka semua benar-benar terlihat seperti pasangan. Tak seperti dirinya dan Myung Soo yang hanya diam, berpegang tangan saja tidak. “Huft~~” Soo Jin menghembuskan nafas berat entah untuk keberapa kali sejak kedatangannya di taman ini.
“Apa kau lelah??” Seketika Myung Soo bertanya. Soo Jin hanya menggumam untuk menjawabnya, terlalu lelah untuk menjelaskan pada Myung Soo. Toh, namja-nya itu tetap tidak akan mengerti perasaannya. “Kalau begitu, kita duduk disana saja.” Myung Soo menunjuk sebuah bangku taman di bawah pohon besar yang rindang.
Soo Jin hanya mengikuti langkah besar Myung Soo dan duduk malas di bangku itu. Myung Soo melirik Soo Jin yang berada di sebelahnya. Yeoja itu sekarang sedang berkonsentrasi di depan layar ponselnya, memencet layar diatasnya dengan excited. ‘Mungkin ia sedang bermain game,’ pikir Myung Soo. Bahkan game pun sekarang lebih menarik daripada namjachingu-nya ini.
“Tetaplah disini, aku pergi sebentar,” ucap Myung Soo yang berhasil membuat pandangan Soo Jin beralih padanya, namun selang beberapa detik, ia sudah kembali fokus pada game di ponselnya.
Sedang asyiknya bermain game, tiba-tiba Soo Jin dikagetkan oleh sesuatu yang kini berada di depan wajahnya. Soo Jin mendongak demi memperjelas penglihatannya. Di dapatinya Myung Soo sedang berdiri di hadapannya sambil menjulurkan tangan kanannya yang berisi sebuah ice cream, begitupun dengan tangan kirinya.
Perlahan kedua ujung bibir Soo Jin terangkat membentuk sebuah senyuman dan tangan kanannya meraih ice cream tersebut. “Gomawo,” ucapnya perlahan.
“Kau suka?” Myung Soo bertanya seraya duduk di sebelah Soo Jin, Soo Jin hanya mengangguk sambil menjilati ice cream-nya. Lagi-lagi Myung Soo bertanya seperti itu, ia benar-benar tak tahu apapun tentang yeoja-nya.
Mata Myung Soo masih terus memperhatikan Soo Jin yang kini sedang menikmati ice cream. Wajah itu masih dihuni oleh sebuah senyuman, namun tiba-tiba senyuman itu memudar, pandangan Soo Jin terpaku pada suatu arah. Myung Soo mengikuti arah pandang Soo Jin,
Disana, seorang yeoja tengah duduk di sebuah bangku, di depannya seorang namja sedang berlutut sambil memperbaiki ikatan sepatu yeoja di hadapannya. Benar-benar membuat Soo Jin iri. Di matanya, ia membayangkan sepasang kekasih itu adalah dirinya dan Myung Soo, namun buru-buru ia menyadarkan diri. ‘Itu semua tak mungkin terjadi,’ pikirnya.
Sesuatu yang lembut tiba-tiba menyentuh pinggiran bibir Soo Jin, membuatnya seketika menengok kesamping. Soo Jin terdiam, mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa ini nyata. Tangan Myung Soo terulur untuk membersihkan ice cream yang mengotori sekitar bibirnya. Apa ini mimpi? Namja di hadapannya ini, apa benar ia Myung Soo?? Sejuta pertanyaan muncul di benak Soo Jin.
“Oppa..?” ucap Soo Jin lirih, hanya untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi semata.
“Ne?” jawab Myung Soo masih membersihkan bibir Soo Jin dengan sebuah tissue.
“Ah, ani.” Soo Jin tersenyum melihat kenyataan bahwa ini bukan mimpi. Namja di hadapannya ini benar-benar Myung Soo, namja-nya−Kim Myung Soo.
“Kau seperti anak kecil, makan ice cream saja tidak bisa..” ucap Myung Soo sambil menurunkan tangannya yang sudah selesai membersihkan bibir Soo Jin. Soo Jin seketika mengerucutkan bibirnya, kesal dengan perkataan Myung Soo.
“Oppa menyebalkan!!” Soo Jin berdiri lalu melangkah meninggalkan Myung Soo. Ia kesal mendengar ucapan namja itu, namun ia sangat senang mengingat hal yang Myung Soo lakukan tadi. Soo Jin menyentuh bibirnya pelan, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Saking senangnya, Soo Jin berlari meninggalkan Myung Soo, tak ingin Myung Soo melihat wajahnya bersemburat merah. Jika ia, Soo Jin pasti akan sangat malu.

_~**-**~_

Pintu kamar mandi terbuka, sesosok yeoja berambut panjang keluar sambil terus menggosokkan handuk diatas rambutnya yang basah. Senyuman di bibirnya tak sedikitpun pudar sejak siang tadi. Dengan langkah riang ia duduk di atas tempat tidurnya, mengangkat ponsel yang sedaritadi tergeletak diatas sana.
Soo Jin menatap layar ponselnya. Sebuah pesan. Senyuman kembali mengembang ketika melihat nama yang tertera disana. Pesan dari Myung Soo.
Sedang apa? Kau tidak marah padaku ‘kan??
Singkat memang, namun itu sudah cukup membuat perasaan Soo Jin begitu bahagia. Soo Jin segera mengetikkan balasan untuk Myung Soo.
Mian, aku baru saja selesai mandi..^^ Marah? Tentu saja, untuk apa aku marah pada oppa.. ;)
Send.
Beribu kupu-kupu berterbangan di dalam perut Soo Jin. Geli, itu yang ia rasakan. Ia tak tahu bagaimana, dengan hal sekecil ini saja Myung Soo sudah berhasil membuatnya merasa sangat gembira.

_~**-**~_

“Soo Jin-ah! Myung Soo datang mencarimu!” Teriakan Nyonya Kim dari lantai bawah sontak membuat putrinya itu meloncat dari tempat tidur.
“Sebentar lagi aku akan turun!!” teriak Soo Jin dari kamarnya di lantai dua. Soo Jin langsung kebingungan, langkahnya tak tentu. Ia bahkan tak tahu ia ingin melakukan apa.
Soo Jin menghampiri kaca meja riasnya, mematut diri. Dengan gerakan lihai Soo Jin membereskan rambutnya yang baru saja kering, begitu juga dengan baju terusan selutut berwarna putih yang dikenakannya.
Langkah riang membawa Soo Jin menuruni tangga lalu menuju ruang tamu keluarganya. Namun, ia tak menemukan Myung Soo disana. Lalu ia menemukan eomma-nya di ruangan sebelah ruang tamu ̶ dapur.
“Eomma, Myung Soo oppa dimana?”
“Ah, tadi Myung Soo bilang ia ingin menemuimu di taman belakang saja,” jawab eomma Soo Jin. Beliau hampir saja tertawa melihat tingkah putrinya. Dari beberapa hari yang lalu, wajah Soo Jin terlihat sangat murung, tapi sejak tadi ia baru pulang, senyuman di wajahnya tak pernah luntur.
“Gomawo!” Nyonya Kim kembali tersenyum melihat tingkah Soo Jin. Benar-benar persis seperti dirinya waktu masih muda.
Soo Jin melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Di lihatnya sosok Myung Soo yang membelakanginya. “Tumben oppa kemari?” tanya Soo Jin, berusaha untuk terlihat normal. Ia pun duduk di sebelah Myung Soo.
“Tadi karena tak ada balasan pesan darimu, jadi aku putuskan saja kemari.” Senyuman terkembang di wajah Myung Soo, benar-benar membuatnya terlihat tampan. “Tapi setelah sampai disini aku baru menerima balasannya.”
“Ah, ne. Oppa mau minum sesuatu?” tanya Soo Jin. Sedikit kecewa memang, mengingat bahwa Myung Soo datang karena ia tak membalas pesannya, bukan karena sengaja untuk menemuinya.
“Tidak usah,” jawab Myung singkat. Selalu.
“Tidak apa, tunggu sebentar ya…”
Soo Jin kembali ke taman belakang dengan dua gelas orange juice diatas nampan yang dibawanya. Disana, Myung Soo masih terduduk, namun kini ia memainkan gitar yang ia bawa.
“Wah, aku tidak tahu kalau oppa bisa bermain gitar,” ucap Soo Jin yang membuat Myung Soo yang kini sudah duduk di sebelahnya menoleh kearah gadis itu.
“Ne, aku mempelajarinya sejak di sekolah dasar.”
“Wah!! Pasti sekarang oppa sudah ahli!” seru Soo Jin riang. “Tapi, kenapa aku tidak tahu? Bahkan aku tak pernah melihat oppa memegang gitar sekalipun.” Terlihat wajah Soo Jin kebingungan. Oh, baru kali ini dia tidak tahu apa-apa tentang namja-nya ini.
“Itu karena beberapa tahun terkahir aku sedang tertarik dengan fotografi, lagipula terasa lebih mudah membawa kamera kemana-mana di bandingkan dengan gitar.”
Soo Jin yang mendengar perkataan Myung Soo membuka sedikit mulutnya terheran. Itu adalah kalimat yang panjang untuk dikatakan oleh seorang Kim Myung Soo.
“Lalu kenapa hari ini oppa membawanya?” tanya Soo Jin lagi. Sepertinya ia sangat penasaran. Namun, Myung Soo malah tak menjawab pertanyaan. Tangan milik Myung Soo mulai apik memetik senar-senar gitar, menciptakan melodi yang sangat Soo Jin kenal.
There’s nothing I could say to you
Nothing I could ever do to make you see
What you mean to me
Myung Soo bernyanyi seiring dengan nada yang ia ciptakan dengan gitar berwarna hitam miliknya. Mata Soo Jin menatap lekat sosok Myung Soo dihadapannya. Myung Soo pun menatap Soo Jin, sebuah senyuman manis ia tujukan pada yeoja-nya itu.
Lagu dengan judul ‘I Will Be’ milik Avril Lavigne. Benar-benar membuat Soo Jin takjub. Darimana Myung Soo mengetahui penyanyi favoritnya?
Lagu mulai memasuki bagian reff, mereka lalu bernyanyi bersama.
I will be..
All that you want
And get my self together
Cause you keep me from falling apart
All my life, I’ll be with you forever
To get you through the day
And make everything okay
Alunan gitar berhenti, namun senyum  di kedua wajah manusia itu tak luntur sedikitpun. “Kau suka lagu itu?” tanya Myung Soo yang di jawab dengan anggukkan semangat dari Soo Jin.
Myung Soo mengambil sesuatu di belakang kursinya. Sebuah kotak berukuran cukup besar berwarna soft pink itu kini ia julurkan pada Soo Jin. “Untukmu.” Sebuah kata yang singkat, namun berhasil membuat hati Soo Jin berteriak-teriak gembira.
Soo Jin tak mampu berkata apapun. Miliaran butir kegembiraan telah mengambil alih fungsi tubuhnya. Dengan perlahan Soo Jin membuka kotak itu.
Sebuah buku dengan ornamen-ornamen berbau taman berada di balik kotak itu. Soo Jin pun membukanya. Beberapa foto memenuhi setiap lembar buku itu beserta notes-notes kecil di setiap fotonya. Sebuah scrapbook. Yeoja dengan rambut kuncir kuda, pipi tembam, bibirnya yang tipis, dan mata belohnya yang berwarna coklat. Soo Jin kembali tersenyum. Itu adalah dirinya.
“O-oppa…membuatnya sendiri?” Mata Soo Jin teralihkan dari scrapbook berwarna biru muda itu, matanya kembali menatap Myung Soo yang tersenyum tulus kearahnya lalu mengangguk.
“Untukku?” Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Soo Jin. Dan Myung Soo pun kembali hanya menjawab dengan anggukkan disertai dengan senyuman manisnya.
Wajah Soo Jin mulai merona melihat senyum Myung Soo yang sedaritadi tak pernah lepas dari wajahnya. Soo Jin tiba-tiba memeluk Myung Soo, meski si namja sempat kaget di buatnya. Namun, segalanya membuat Myung Soo balik memeluk Soo Jin semakin erat.
Hari ini Soo Jin baru menyadari sesuatu. Bukannya Myung Soo tidak tahu apa-apa tentangnya, dia tahu. Dimana Myung Soo selalu mengajak Soo Jin pergi ke café favoritnya, bagaimana ia bertemu pagi ini di taman, caranya bermain gitar dan menyanyikan lagu Avril, kotak kado berwarna soft pink, dan tentu saja scrapbook berwarna biru muda adalah dua warna kesukaan Soo Jin, masih banyak lagi yang ia baru sadari, bahwa Myung Soo tahu segalanya tentang Soo Jin.
Soo Jin menyandarkan kepala di atas bahu namja-nya, mengingat hari ini membuatnya sanggup menari-nari diudara. Terlebih lagi mengingat wajah Myung Soo yang selalu tersenyum kearahnya. Itu bisa membuat Soo Jin gila seketika.
Oh, inilah yang membuat Soo Jin jatuh hati pada Myung Soo. Senyumannya. Dimulai dari sekarang, Soo Jin berjanji, ia tak akan peduli sedikit apapun Myung Soo berkata, bahkan ketika Myung Soo tak pernah mengucapkan kata ‘Saranghae’ untuk Soo Jin, namun sepanjang senyum itu masih untukknya, ia tak akan berpaling dari Myung Soo. Sekalipun.


K K EUT !!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Vignette] Only Hope

Title:  Only Hope Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin [OC] || Park Yooji [OC] || Kim Yugyeom [GOT7] || Kim Namjoon [BTS] Genre: Romance. Friendship. Hurt. Duration: Vignette Rating: Teen Summary: Salahku yang terlalu berharap padamu

[Oneshot] Brother and Sister Complex

  Title: Brother and Sister Complex Author: Na n aJji (@nana.novita) Length: Oneshot Genre: Romance, family, friendship Main Casts: Kim Myung Soo (INFINITE) || Kim Soo Jin (OC) Rating: PG-15 Summary: Seperti sebuah napza. Berawal dari sebuah kebersamaan, hingga akhirnya membuatnya menjadi candu.

[Vignette] Biscuit

Title: BISCUIT Scriptwriter: NanaJji (@nana.novita) Cast(s): Oh Sehun [EXO] || Kim Soojin [OC] || Kim Jongin [EXO] Genre: Comedy. Friendship. Duration: Vignette Rating: G Summary: Haruskah ia memberitahu Soojin tentang apa yang ingin ia beli? . “ Oppa sungguh ingin membeli itu?” tanya Soojin tak percaya. Sehun hanya dapat mengangguk dengan polos. . . .