Title:
The Most Beautiful Gift
Author:
NaNa Jji
Length:
Chaptered
Genre:
Romance, family, friendship, hurt
Main Casts:
Kim Soo Jin (OC)
|| Kim Myung Soo (INFINITE)
Support Casts:
Park Cho Rong (A Pink)
|| Nam Joo Hyun (OC) || Park
Shin Ah (OC) || Park So Hyun (OC)
Previous Chap:
“Hmmm…Soo Jin-ah,
mianhaeyo~ maafkan aku…” Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Myung Soo.
“Untuk apa? Aku
baik-baik saja, oppa tidak perlu minta maaf..” Soo Jin menoleh kearah Myung
Soo. Ia takut, jika ternyata Myung Soo sudah mengetahui segalanya. Myung Soo
hanya menundukkan kepalanya dan mengambil nafas beberapa kali.
“Sepertinya kita sampai
disini saja…”
“Maksud oppa??”
“Aku ingin mengakhiri
hubungan ini.”
“Tapi, oppa…aku tahu
orang-orang terdekatku tidak menyetujui kita, tapi..apa oppa tidak mau sedikit
berusaha???” tanya Soo Jin frustasi.
“Apa? Apa maksudmu??”
Myung Soo terkejut mendengar ucapan Soo Jin.
“Jadi…oppa tidak tahu
soal itu…” Myung Soo menggeleng. “Lalu, kenapa oppa?” lanjut Soo Jin.
“Aku harus menepati
janjiku pada seseorang.. Maafkan aku, Soo Jin-ah~ Jeongmal mianhaeyo…” Myung
Soo menarik Soo Jin dalam pelukannya.
“Aku tidak tahu harus
bagaimana lagi..aku mencintaimu, aku menyayangimu..tapi janji itu terus
menggangguku, aku tak berniat sama sekali untuk meninggalkanmu… aku…aku..maafkan
aku,” Sebulir air mata menetes di wajah tampan Myung Soo.
Soo Jin mendorong tubuh
Myung Soo, melepaskan pelukannya. “Oppa, lihat aku,” ucap Soo Jin sambil
meletakkan kedua tangan di pipi Myung Soo. “Oppa, apapun itu, aku akan tetap
membantu oppa, kita akan lalui itu semua bersama.”
“Tidak bisa Soo Jin.”
Myung Soo melepaskan tangan Soo Jin dari wajahnya. “Aku tidak ingin membuatmu
semakin terluka…”
“Oppa…”
“Aku harus pergi. Jaga
dirimu baik-baik, Soo Jin-ah.” Perlahan genggaman tangan Myung Soo merenggang,
memberi rongga-rongga diantara tangannya dan tangan Soo Jin. Bulir-bulir air
mata saling berlomba berjatuhan di pipi Soo Jin. Namun matanya tetap terjaga
pada sosok Myung Soo yang kini bahkan tak berani untuk menatap matanya. Hingga
sosok itu menghilang dari pandangan Soo Jin. Meninggalkan perih yang terasa dan
membuang begitu saja kenangannya bersama Soo Jin. Dengan segala kekuatan
pikiran dan perasaannya, Soo Jin mencoba untuk menahan semua ini. Tapi, ia tak
bisa…semua begitu menyakitkan….
~~~***~~~
“Soo Jin-ah!
Gwenchanayo??” Shin Ah menghampiri Soo Jin yang baru saja datang. Soo Jin terus
saja berjalan melewati Shin Ah lalu duduk di bangkunya.
“Ya! Kau kenapa, hm??”
Joo Hyun duduk di bangkunya−di sebelah Soo Jin. Shin Ah dan So Hyun menggeret
bangku lain dan duduk mengitari Soo Jin.
“Coba ceritakan pada
kami, apa yang terjadi?” So Hyun memulai pembicaraan. Soo Jin menatap kedepan,
pandangannya kosong. Mata indahnya terlihat sangat lelah dan bengkak.
“Kau habis menangis
semalaman??” tanya Shin Ah saat beberapa lama Soo Jin hanya diam.
“Apa yang terjadi? Oh,
masalah itu..maafkan kami Soo Jin-ah, kami−“
“Hubungan kami
berakhir,” ucap Soo Jin lirih, matanya masih menatap kosong kedepan. Joo Hyun
yang ucapannya tiba-tiba dipotong oleh Soo Jin membuka mulutnya terheran. Shin
Ah dan So Hyun pun tak kalah kagetnya.
“Baguslah, kau sudah
mengakhiri semuanya,” ucap So Hyun berusaha untuk menutupi kekagetannya. Ia
tahu ini sangat menyakitkan bagi Soo Jin, tapi ia tak bisa berbuat apapun,
hanya ini yang bisa ia lakukan untuk Soo Jin.
“Bukan aku yang
mengakhirinya…”
“Maksudmu?” tanya Joo
Hyun heran. “Jadi Myung Soo oppa yang ̶ tapi kenapa??” lanjut Joo Hyun karena
sepertinya percuma menanyakan pertanyaan pertamanya.
“Menurutmu kenapa kita
tidak menyetujui kalian berdua?” tanya Shin Ah yang lebih tepatnya adalah
sebuah pernyataan.
“Mungkin kalian memang
benar... dia memang tidak baik untukku….” Setelah mengucapkan kata itu, Soo Jin
langsung menenggelamkan kepala diatas lipatan kedua tangannya di atas meja.
Ketiga sahabatnya menatap prihatin Soo Jin, ada perasaan tidak enak di dalam
hati mereka.
~~~***~~~
SOO JIN POV
Hari ini hari yang
sangat berat untukku jalani. Kurasa tak ada yang mengerti perasaanku. Tak ada,
kecuali Jong Dae oppa. Tapi ia tak ada disini sekarang dan selamanya. Entah,
aku bingung harus bagaimana.
Chan Yeol oppa begitu
melarang hubunganku dengan Myung Soo oppa. Cho Rong eonni dan ketiga sahabatku
sangat senang mendengar bahwa hubunganku dengan Myung Soo oppa akhirnya
berakhir. Dan yang paling aku bingungkan, disaat semua orang serasa
menghakimiku dan aku berpikir hanya dialah orang yang bisa menjadi tempatku
berteduh, kini malah balik menambah kesengsaraanku, dan ia lah yang membuat
sakit di hatiku menjadi sangat parah. Begitu sakit, hingga aku tak merasakan
kaki ini berpijak di bumi lagi. Semuanya lenyap begitu saja. Lenyap secepat
mata ini berkedip.
Sosok itu…aku
melihatnya. Ia sedang berdiri di depan sana menghadap kearahku. Mata sipitnya
menatap mataku. Tatapan itu…aku tak tahu apa arti tatapan itu. Begitu susah
untuk dibaca, sama seperti perasaannya, begitu susah dipahami, hingga ia
berhasil membuatku seperti ini.
Sosok itu melangkahkan
kakinya mendekat kearahku. Aku hanya diam, tubuhku terasa kaku, hatiku terasa
beku, aku pun tak mampu berbuat apa. Ia berjalan kearahku sekarang, aku tahu
aku harus berbuat sesuatu, tapi aku tak bisa.
Dan semuanya kini
terasa lenyap sudah. Dia melewatiku tanpa berkata sepatah kata pun, senyuman
hangat yang selalu ia tunjukan padaku tak terlihat sedikitpun, dia hanya
menatapku dengan tatapan itu, dan ia langsung mengalihkan tatapan itu begituku
menatap matanya.
Myung Soo oppa…
sebegitukah sikapmu padaku sekarang? Menganggapku bukan siapa-siapamu, bahkan
orang yang tidak kau kenal sama sekali! Oppa, aku tak percaya kau benar-benar
mencintaiku. Apa aku sebodoh itu untuk kau permainkan? Ya, kurasa aku memang
bodoh, sampai orang lain mengetahuinya lebih dulu bahwa aku memang tidak pantas
untuk oppa..
~~~***~~~
AUTHOR POV
“Ya! Soo Jinie~
gwenchanayo??” Joo Hyun mengikuti langkah Soo Jin menuju tempat duduknya.
Sedaritadi, ia, Shin Ah, dan So Hyun sudah menunggu Soo Jin di depan pintu
kelas. Rasa khawatir mendera mereka. Mereka tak berani mengukur seberapa besar
rasa sakit yang Soo Jin rasakan, yang pasti mereka tahu tak semudah itu untuk
menghapus rasa sakit itu.
Setiap hari Soo Jin
hanya seperti ini. Ia tak pernah lagi tersenyum dengan riang ataupun sekedar
mengeluarkan argumen-argumen seperti yang biasa ia lakukan. Kini ia hanya diam.
Wajah cantik itu seakan sudah lupa bagaimana cara ia berekspresi, bahkan hanya
untuk tersenyum pun ia sangat kaku. Dan tatapan mata itu penuh dengan
kepedihan. Sebesar apapun usahanya untuk diam, tapi mata itu tak dapat
berbohong. Mata yang terbiasa mengeluarkan cahaya manis, seringkali hanya
menatap kosong.
“Maaf, aku harus pergi
lagi..” Soo Jin mulai mengemas tumpukan buku-buku yang ia ambil dari dalam tas.
“Kau mau kemana lagi??”
Shin Ah menatap Soo Jin prihatin. Matanya tak bisa lepas dari tangan Soo Jin
yang dengan terampil memeriksa buku-buku tersebut.
“Aku harus mengurus
laporan-laporan ini dan meminta tanda tangan pada kepala sekolah..” Soo Jin
sudah bersiap untuk pergi, buku-buku itu dipeluknya di depan dada. Ia akan
segera melangkahkan kakinya sebelum akhirnya So Hyun menarik tangan Soo Jin
dengan refleks.
“So Jin-ah!” ucap So
Hyun sedikit membentak. Soo Jin terdiam, ia tak berani menoleh kebelakang,
melihat wajah-wajah itu akan semakin menyakitinya, saat ini ia harus tegar.
“Mian, aku tidak punya
waktu lagi,” ucap Soo Jin berpura-pura melihat levis-nya lalu melangkah keluar
kelas begitu saja. Terdengar suara Shin Ah dan So Hyun yang berteriak memanggil
namanya.
Ia tahu, semua ini
tidak akan mudah. Menyibukkan diri sendiri dengan segala kegiatan dan tugas,
ternyata tidak semudah itu membuat dirinya lupa. Sebulir air mata menyentuh
pipinya. Menyibukkan diri, hanya itu yang bisa ia lakukan agar ia lupa akan
segalanya, menganggap semua itu tak pernah terjadi. Dengan tergesa-gesa Soo Jin
melangkahkan kakinya menyusuri gedung-gedung sekolah yang ramai lalu dengan
sembarang menghapus air matanya.
BRUUKK!
Tubuh Soo Jin terjatuh.
Begitu lemahnya ia sekarang hingga tak bisa menjaga keseimbangan sedikitpun.
Buku-bukunya pun berserakan di lantai. Dengan lemah ia mulai memunguti bukunya
satu per satu.
Aku tahu semua ini
sulit, tapi kenapa Engkau membuatnya sesulit ini, pikir Soo Jin. Air mata itu
pun kembali menembus benteng pertahanannya dan mengalir semakin deras. Ia tak
peduli lagi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya sekarang. Setelah
mengumpulkan buku-buku itu, ia langsung lari begitu saja. Ia harap tak ada yang
melihatnya menangis. Ia harus tetap terlihat kuat. Dan ia yakin ia pasti bisa,
meski entah kapan itu terjadi.
MYUNG SOO POV
Aku selalu seperti ini.
Entah bagaimana, aku selalu dapat menangkap sosokmu diantara ratusan orang yang
sedang berkerumun dan sibuk dengan urusan masing-masing. Sosokmu masih sama
seperti dahulu. Kaki jenjangmu dengan lincah melewati orang demi orang yang
berkumpul, rambut panjangmu tergerai bebas dan bergerak tertiup angin.
Aku tahu, tak
sepenuhnya sama. Dirimu tak lagi ceria seperi dulu. Dan yang pasti berubah
adalah kau bukan milikku lagi.
Maafkan aku Soo Jin-ah.
Aku hanya terdiam
disini, di tengah kerumunan orang-orang dan menantimu hingga sampai di
hadapanku. Tapi sedikitpun kau tak melihatku, kau hanya terfokus pada jalanan,
kau tidak memperhatikan sekelilingmu. Aku tak ingin melihatmu seperti ini, Soo
Jin-ah.
Kini kau sudah ada
dihadapanku. Aku tak dapat bergerak sedikitpun, tubuhku terasa kaku. Aku hanya
ingin melihatmu sebentar saja, namun kau tetap melangkahkan kakimu itu, dan kau
pun menabrakku.
Begitu sibukkah kau
sampai-sampai tak sempat peduli dengan lingkunganmu? Sedikit saja Soo Jin-ah,
lihat aku! Aku ada di hadapanmu sekarang! Tapi apa?! Kau tetap saja sibuk
memungut buku-bukumu yang berjatuhan.
Aku juga bodoh. Akulah
yang salah. Aku yang telah membiarkanmu menjadi seperti ini. Tapi.. sesuatu
tengah menarik perhatianku. Punggung tanganmu basah oleh tetesan air. Apa kau
menangis, Soo Jin-ah??
Perasaan ini
mendorongku untuk meraih tanganmu. Mencoba dengan begitu bisa membagi rasa
sakitmu padaku, meski aku tahu, rasa sakit itu belum seberapa jika dibandingkan
sakit yang aku rasakan karena melihatmu seperti ini.
Namun, dengan cepatnya
kau melangkah pergi, tanpa memberiku kesempatan untuk menggenggam tanganmu
sedetik saja. Kau meninggalkanku disini, hanya terpaku disini dan membiarkan
rasa sakit itu bertambah seiring dengan kepergianmu.
~~~***~~~
“Ya, Jinie-ya! Besok
malam ada pesta musim semi di sekolah, kau datang kan?” tanya So Hyun berusaha
mengalihkan Soo Jin dari soal matematika yang sedari tadi ia kerjakan.
“Ia! Benar juga!
Kudengar, itu sejenis dengan pesta dansa! Pastika kalian semua membawa pasangan
ya!” ucap Shin Ah dengan riang.
“Mungkin aku tidak akan
datang.” Ucapan Soo Jin langsung menghancurkan suasana. Ketiga sahabatnya itu
menatap Soo Jin intens dan setia menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar
dari bibir Soo Jin. “Aku tak memiliki pasangan untuk ke pesta itu,” lanjut Soo
Jin.
“Aigoo! Tidak bisa!
Yang pasti kau harus datang! Masalah pasangan, kita akan mengurusnya, benar
kan?” Joo Hyun dan So Hyun langsung mengangguk semangat.
“Mungkin kau bisa
datang dengan Min Woo sunbae?” So Hyun mengajukan pendapat, namun langsung saja
Soo Jin mendelik kearahnya, begitupun dengan Shin Ah dan Joo Hyun.
“Kurasa itu bukan
pasangan yang tepat,” ucap Shin Ah mencairkan suasana. “Coba pikirkan yang lain,”
sambungnya.
“Hmm, kurasa lebih baik
kau datang bersama Chan Yeol oppa saja. Sepertinya Chan Yeol oppa juga tak ada
pasangan,” ucap Joo Hyun.
“Terserah kalian saja.”
Soo Jin sebenarnya tak
ingin menghadiri acara-acara seperti itu saat ini. Di saat hatinya sedang
dilanda kesedihan. Ia hanya butuh waktu untuk sendiri.
~~~***~~~
“Ya! Jinie-ya! Gaun ini
bagus untukmu!” seru Shin Ah sambil menunjukkan sebuah gaun berwarna hijau muda
yang baru saja ia keluarkan dari lemari Soo Jin.
“Lebih bagus yang ini!
Ini cocok dengan warna rambutmu!” Giliran So Hyun yang berseru sambil memegang
sebuah gaun berwarna coklat muda.
Soo Jin tetap
bergeming, ia benar-benar tak berniat pergi ke pesta itu. Hingga perhatiannya
teralih pada gaun yang kini berada di tangan Joo Hyun. “Sepertinya aku akan
menggunakan gaun itu,” ucap Soo Jin sambil menunjuk kearah gaun itu.
“Pilihan yang bagus!
Kita hanya perlu mencari sepatu dan aksesoris yang senada dnegan gaun ini,”
ucap Joo Hyun dan beralih kearah tumpukan sepatu Soo Jin yang tertata rapi.
Soo Jin mengamati gaun
yang kini ada di tangannya. Meski gaun ini tak diketahui pengirimnya, namun ia
ingat akan satu hal.
_~*Flashback*~_
Ratusan orang
berlalu-lalang memadati pusat perbelanjaan sore itu. Soo Jin dan Jong Dae baru
saja keluar dari sebuah toko buku. Jong Dae memerlukan beberapa buku baru untuk
melengkapi pembuatan laporan ilmiahnya yang akan di kumpul beberapa hari lagi.
“Oppa, baegopayo…”
lirih Soo Jin sambil memegang perutnya. Tangannya melingkar manja di lengan
kiri Jong Dae. Jong Dae hanya tersenyum melihat yeoja-nya itu, lalu berjalan
memasuki salah satu restaurant cepat saji.
“Kau ingin makan apa?”
tanya Jong Dae sambil menyodorkan buku menu pada Soo Jin.
Soo Jin menolak menu
itu dan menatap Jong Dae memohon. “Apa saja, asalkan cepat. Aku sudah lapar,
hehe.” Soo Jin tertawa kecil. Tawa yang mendorong Jong Dae masuk ke dalamnya.
Tak lama pesanan mereka
datang. Hanya perlu beberapa menit hingga mereka menghabiskan seluruh makanan
di atas meja. “Kau sepertinya memang sangat kelaparan, Jinie-ya,” sindir Jong
Dae.
“Huh, bukannya sudah ku
katakan pada oppa bahwa aku benar-benar lapar?” Soo Jin memegangi perutnya yang
sudah terisi kembali.
“Ya, kau memang
benar-benar lapar…,” ejek Jong Dae. Namun, Soo Jin tak menghiraukannya, matanya
sibuk berkeliling mencari sesuatu.
“Sepertinya aku masih
ingin memakan sesuatu...,” ucapnya sambil nyengir kearah Jong Dae.
“Mwo? Neo, jinjja!!”
Jong Dae menatap Soo Jin geram. Tak disangka yeojanya yang kurus ini makan
begitu banyak.
“Ayolah, oppa… Hanya sebuah
ice cream, ne?”
“Ah, ne, ne. Tunggu
sebentar.”
“Yeay!”
Jong Dae dan Soo Jin
kini sudah berada di luar restaurant. Mereka kembali menyusuri pusat
perbelanjaan itu. Mata Soo Jin sibuk meneliti pakaian yang di pajang beberapa
etalase toko, sedangkan dirinya masih sibuk menikmati ice cream di tangannya.
“Oppa! Lihat, bukankah
itu gaun yang sangat bagus?” Soo Jin memasuki salah satu etalase sambil menarik
tangan Jong Dae.
“Ya, memang itu sangat
bagus. Tapi, memangnya kau mau kemana memakai gaun seperti itu?” Soo Jin
terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Jong Dae.
“Hmm, mungkin ke pesta
musim semi? Entahlah, aku tak tahu.” Soo Jin lagi-lagi meneliti gaun berwarna
biru itu dan menemukan harga yang tergantung disana. “Wah! Mahal sekali? Aku tak
membawa uang sebesar ini sekarang! Ayo kita pergi, oppa!”
Soo Jin langsung saja
menarik tangan Jong Dae untuk keluar dari etalase tersebut. Jong Dae hanya
menatapnya aneh. “Lalu, gaunnya?” tanya Jong Dae snagsi.
“Biarkan saja, aku juga
tak terlalu ingin membeli gaun itu. Bukankah pesta musim semi masih sangat
lama? Aku bisa membelinya lain kali.”
Jong Dae menengok
sekali lagi kearah gaun itu dan tersenyum. “Mungkin
lebih baik kau tak usah membelinya…,” pikir Jong Dae.
_~*Flashback End*~_
“Oppa, apa itu
benar-benar dirimu? Apa kau yang memberikan gaun ini? Tapi kenapa kau tak
memberikannya langsung padaku? Oppa, apa kau mendengarku? Tetaplah berada
disiku, karena aku ingin oppa melihatku memakainya malam ini. Tunggulah…”
To Be Continued…
Komentar
Posting Komentar