Title: It Hurts
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Oh Sehun [EXO] || [OC]
Genre:
Hurt
Duration:
Vignette
Rating:
Teen
Song-fic
of 2NE1’s “It Hurts”
Summary:
Did you have to change?
.
.
You wear the shoes I gave you and
walk along the streets with her
As if it were nothing, you kiss her
You spray the cologne I gave you
and embrace her
You’ll probably repeat those
promises you made to me with her
Pesta. Bagi sebagian besar−bahkan mungkin
semuanya−berpesta adalah suatu hal yang menyenangkan. Ku pikir juga begitu,
tapi sekarang tidak lagi. Aku merasa benar-benar bodoh. Bagaimana bisa aku
mengiyakan saja ajakan Yooji untuk menemaninya datang ke pesta ini tanpa
bertanya lebih lanjut?
Pestanya seperti apa? Dimana? Seharusnya aku bertanya
seperti itu. Dan yang terpenting, siapa pemilik pesta? Ya, kuakui bahwa aku
sangat membutuhkan hiburan, maka dari itu aku tak perlu berpikir panjang ketika
Yooji meneleponku sore tadi dengan sedihnya mengatakan bahwa ia tak mempunyai
teman untuk datang ke pesta. Tapi setelah taksi menurunkan kami di tempat
tujuan, aku meyakinkan diriku bahwa ini bukanlah hiburan. Tidak sama sekali.
Aku mengenal rumah itu, sangat. Bahkan aku pernah
menganggapnya sebagai rumahku sendiri. Rasanya aku ingin segera pergi darisana,
tapi hal itu tidak kunjung kulakukan setelah netraku bertemu dengan Oh Sehun
yang berdiri di ambang pintu. Dengan berat hati, aku melangkah pelan memasuki
hiruk pikuk manusia yang sedang berpesta di dalam rumah. Sekilas, aku melirik
Oh Sehun dari ujung mataku.
Dia masih tampan seperti dulu. Selalu.
Aroma vanilla
yang menguar dari tubuhnya bahkan begitu erat dalam penciumanku. Aku ingat
bagaimana ia langsung menyukai aroma parfum yang aku belikan, hingga sekarang
ia masih menggunakan aroma yang sama.
Juga dengan sepasang sepatu timberland yang membungkus kakinya, persis seperti salah satu dari
deretan sepatu yang aku miliki di rumah. Itu sepatu kesayangannya, begitupula
denganku.
Ya, Oh Sehun tidak berubah sama sekali. Dari segala
benda yang ia kenakan, dengan melihat caranya tersenyum, semua masih sama seperti
dulu. Yang berbeda hanyalah, gadis di sampingnya bukan lagi aku.
It seems that we’re already too
late
Has our love already ended?
Please at least say anything to me
We truly loved each other, can’t
turn back?
Pesta yang membosankan, menurutku. Nyatanya aku
memang bukan kategori manusia yang menyukai keramaian. Terlebih mengingat
kejadian tadi−Oh Sehun tersenyum kepadaku−pesta ini menjadi tidak mengasikkan
sama sekali.
Sementara aku duduk di salah satu sofa, aku
memperhatikan kerumunan orang-orang yang sedang berjoget. Beberapa orang dapat
aku kenali, sisanya? Entahlah, aku tak tahu dimana Oh Sehun memungut
orang-orang itu. Aku mengenal Oh Sehun, sangat mengenalnya, juga orang-orang
terdekatnya−
−oh tidak. Aku memikirkan laki-laki itu lagi.
Aku harus segera mengalihkan perhatianku saat ini.
Tidak mungkin aku hanya duduk sendiri disini, semua akan semakin kacau. Bahkan
Yooji sudah meninggalkanku sejak awal kami memasuki ruangan besar itu. Tampaknya
aku tahu alasan mengapa ia begitu ingin untuk datang di pesta ini, ck, lihatlah betapa senangnya ia
sekarang karena bisa menari bersama seorang senior dari klub musik−Kim
Taehyung.
Perlahan langkahku menyusuri rumah itu untuk mencari
tempat yang nyaman dan sepi, yah,
meskipun aku yakin dentuman musik yang keras itu tetap mampu menembus
dinding-dinding rumah milik keluarga Oh. Hingga akhirnya langkahku terhenti di
sebuah ruangan di lantai dua. Ruangannya tak terlalu besar, dengan peredam
suara menempel di dindingnya, dan tak lupa dengan beberapa tumpukan buku yang
berjejer rapi di dalam rak. Perpustakaan mini keluarga Oh.
Ku dudukkan diriku menghadap ke jendela dengan
sebuah album foto besar di tanganku. Potret seluruh anggota keluarga Oh. Namun
mataku hanya terpaut pada anak laki-laki dengan kulit seputih susu dan mata
indahnya yang mencerminkan kebahagiaan.
Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya aku harus
menyesali segala tindakanku malam ini. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Oh
Sehun dan segala kenangan akannya selalu mengikuti ingatan itu.
Jujur ku katakan, aku masih mencintai Oh Sehun.
Segala tentangnya masih menempati sebagian besar tempat di hatiku, juga
pikiranku. Aku masih tak menyangka bahwa saat ini kami bukanlah siapa-siapa,
hanya bertegur sapa pun rasanya begitu salah. Tak terasa, bulir air mata
membasahi pipiku. Aku tak tahu sudah berapa kali aku menangisi laki-laki itu.
Meskipun aku selalu menyesalinya, tapi hal itu akan terulang lagi dan lagi.
Di tengah-tengah isakkanku, suara musik terdengar mengganggu,
padahal sebelumnya suara itu tak mampu menembus ruangan ini. Ku tengokkan
kepalaku kearah pintu dan kutemukan laki-laki itu berdiri disana. Entah sejak
kapan ia berdiri sambil menatapku begitu. Ku coba untuk menahan, tapi nyatanya
pertahananku langsung runtuh hanya dengan melihat Oh Sehun berjalan mendekat
dan menyematkan senyum seperti yang selalu ia lakukan dahulu.
“Aku tahu kau akan ada disini. Di tempat
kesukaanmu.”
Dan air mata ini mengalir dengan deras begitu aku
mendengar suaranya.
You look at my tears as if it were
nothing
You continue to talk calmly again
You told me cruelly that you
couldn’t deny
That you had absolutely no
attachments or regrets
“Maafkan aku.”
Oh Sehun berujar dengan santainya. Laki-laki itu
berdiri dua langkah dariku, membiarkan tangisku pecah dengan sendirinya tanpa
berusaha menghapus air mata di pipiku seperti yang dulu-dulu.
“Aku masih mencintaimu.”
Ya, mungkin aku terdengar murahan. Tapi aku tidak
bisa menahannya lagi. Aku ingin dia tahu perasaanku saat ini dengan harapan ia
juga memiliki perasaan yang sama. Namun harapan itu seketika sirna kala ia
memundurkan langkahnya menjauh.
“Tidak. Kita tidak bisa kembali. Aku sudah memiliki
orang lain yang lebih baik darimu. Kita tidak memiliki kecocokan, kau tahu
itu.”
Tidak, aku tidak tahu. Selama ini yang kuingat hanyalah
canda tawa yang kita bagi dan kebahagiaan yang kita ciptakan bersama. Hingga
keputusannya yang akhirnya menghancurkan semua itu.
“Lalu apa makna hubungan kita selama dua tahun ini?”
Oh Sehun terdiam. Apa tidak terlintas sedikit pun di
pikirannya mengenai hari-hari yang kami lalui bersama selama dua tahun? Apa ia
tak pernah merasa bahagia sedikit pun ketika bersamaku? Hanya sedikit saja, apa
ia yakin tidak pernah merasakannya?
“Maaf, ku pikir itu hanya kesalahpahaman. Aku sama
sekali tidak menyesali keputusanku saat ini.”
Setelahnya, laki-laki itu pergi tanpa rasa bersalah,
dan meninggalkanku dengan tangis yang semakin dalam. Oh Sehun… laki-laki itu,
mengapa aku harus mencintai laki-laki sepertinya? Mengapa dulu aku membiarkan
hatiku tertambat padanya? Kurasakan aku mulai menyalahkan diriku sendiri.
Pergilah Oh Sehun, pergilah yang jauh. Tapi, tak
bisakah kau membawa perasaanku ini pergi bersamamu?
.
.
.
I’m the only one
hurting tonight.
Komentar
Posting Komentar