Title:
Traumatic
Scriptwriter:
NanaJji (@nana.novita)
Cast(s):
Jeon Jungkook [BTS] || Kim Soojin
[OC]
Genre:
Hurt. Romance.
Duration:
Ficlet
Rating:
Teen
You say you love rain, but you use an umbrella to
walk under it
You say you love sun, but you seek shade when it is
shining
You say you love wind, but when it comes you close
your window
So, that’s why I’m scared when you say you love me
-Bob Marley-
.
.
.
Mungkin terasa
lebih baik jika dari awal kita tidak mencoba untuk saling mengenal. Entah aku yang
salah atau memang dirimu yang salah. Aku hanya mencoba untuk menjalaninya
sebaik mungkin, tapi kau menghancurkannya begitu saja. Semudah itu, sesukamu.
Jungkook membaca tulisan itu dalam diam. Ia benar,
keyakinannya benar. Soojin tidaklah sedang baik-baik saja. Meskipun ia datang
dengan senyuman dan sapaan yang masih ramah seperti biasanya, tapi Jungkook
tahu, ada yang berbeda dengan gadis itu.
“Apa yang kau lakukan disini?” Soojin seketika
menurunkan layar laptopnya dan menatap Jungkook serius. Soojin tahu, Jungkook
bukanlah jenis laki-laki yang suka mengusilinya seperti oppa-nya, Taehyung. Tapi saat ini, ia tidak sedang dalam keadaan
yang bisa di ganggu, dan Jungkook sudah membuatnya merasa kurang nyaman.
“Ah? Aku, aku hanya ingin duduk disini, apa tidak
boleh?” jawab Jungkook kaku. Entahlah, ia juga tak mengerti kenapa akhirnya ia
bisa tersesat untuk duduk disana, ia hanya penasaran. “Tumben sekali kau mau
menemani Taehyung hyung latihan
disini?” ujarnya mencoba basa-basi. Matanya berkeliaran mencari keberadaan
Taehyung dan para hyung-nya yang
lain. Tetapi tatap tajam Soojin sama sekali tak berpaling dari Jungkook.
“Tidak bisakah kau pergi kesana menemui para hyung-mu? Kurasa kau perlu mengajari
mereka menari dengan baik. Terutama Taehyung oppa, katakan kalau tariannya masih sangat jelek.”
Hanya beberapa kalimat dan Jungkook tak bisa
mengelak lagi untuk bangun dari duduknya untuk meninggalkan Soojin. Meski
dengan berat hati dan kepala yang masih penuh dengan tanda tanya, Jungkook
melirik gadis itu untuk yang terakhir kali.
Kenapa ia
menulis seperti itu?
.
.
.
Ini sudah kesekian kalinya dan Soojin masih setia
duduk di pojok ruangan dengan layar laptopnya yang menyala. Tangannya sibuk
menekan-nekan keyboard dengan matanya
yang sibuk menjelajahi setiap kata yang ia ketikkan. Begitu pula dengan
laki-laki itu, selalu mengawasinya dalam diam.
“Jangan terlalu memperhatikannya seperti itu.” Suara
Taehyung terdengar di telinga Jungkook. Ia tak mengerti mengapa seorang kakak
bisa setenang itu melihat adiknya yang begitu aneh belakangan ini. “Dia memang
berbeda, aku tahu,” ujar Taehyung seakan mengerti dengan tatapan heran yang
Jungkook lemparkan.
“Kau tahu, hyung?
Tapi kenapa kau hanya diam? Kau tahu apa yang terjadi dengannya? Aku sungguh
tidak mengerti.” Taehyung mengangguk lalu terduduk sambil menyandarkan
punggungnya di dinding, matanya mulai tampak sayu melihat Soojin.
“Kau pikir aku bisa apa? Soojin menganggap
masalahnya itu telah selesai, tapi nyatanya hatinya tak bisa semudah itu
melupakannya. Biarkan dia menenangkan diri, kurasa itu yang terbaik untuk saat
ini.”
Jungkook ikut menyandarkan tubuhnya disamping
Taehyung. Lagi-lagi matanya terpaku pada Soojin. Bagaimana jari lentik gadis
itu menari di atas keyboard, mata
sayunya yang menatap layar laptop sesekali, bagaimana ia meneguk air dari botol
minumnya ketika haus, bahkan Jungkook dapat melihat bagaimana gadis itu menarik
napas dengan irama tertentu.
Ia tahu, ini bukan sekadar rasa penasaran semata.
Jungkook mengakuinya, ia mulai tertarik dengan gadis itu. Sejak kapan? Dia
sendiri tidak tahu. Apa ia perlu bertanya pada hatinya? Jungkook rasa, hatinya
pun tidak tahu. Yang pasti, kehadiran Soojin yang semakin sering telah
meyakinkannya atas perasaan itu.
“Hyung,
apa kau tahu apa yang Soojin buat di dalam laptopnya?” Sekali lagi Jungkook
bertanya, pertanyaan yang paling mengganggunya saat ini. Ia selalu ingat tiap
kata yang sempat ia baca di layar laptop berwarna putih itu. Dan hatinya ingin
tahu lebih.
“Mungkin kisahnya? Entahlah, aku tak mau mengganggunya.”
Taehyung bangkit dari duduknya. “Aku mau membeli minum. Kau mau?”
Jungkook masih terdiam melihat Soojin yang juga
berdiri lalu pergi dari tempatnya. Laki-laki itu menggeleng. “Tidak, hyung. Kau saja.”
Seperginya Taehyung, Jungkook melangkah ke tempat Soojin.
Gadis itu sepertinya pergi ke toilet. Jungkook tahu itu perbuatan yang salah,
tapi ia tak bisa melawan rasa penasarannya. Ia membuka layar laptop Soojin dan
membaca baris-baris kalimat disana.
Dia mendekatiku
bukan karena aku, bukan. Tapi karena aku mirip dengan bagian masa lalunya. Ya,
karena itu. Aku bodoh, bukan? Mengapa aku mesti jatuh hati pada laki-laki yang
hanya mengingatku sebagai orang lain?
Apa aku salah
mengambil langkah? Ketika aku mulai terbuka dengan perasaanku, orang pertama
yang kupilih malah menyakitiku seperti ini. Kupikir aku memang bodoh. Oh Sehun,
aku menyesal telah mengenalnya.
Kalimat itu berakhir tapi mata Jungkook masih tak
bisa lepas dari dua kata itu. Oh Sehun. Dia pernah mendengar nama itu, terasa
sangat familiar, sangat dekat.
“Ya!! Apa
kau tidak punya sopan santun, hah?!
Tidak bisakah kau berhenti penasaran dengan apa yang aku tulis?!!” Suara tinggi
Soojin menyadarkan Jungkook. Gadis itu meraih laptopnya dengan kasar dan
menatap Jungkook penuh dengan amarah.
“Ma-maaf, Soojin-ah.
Aku tidak bermaksud-“
“Cih!
Kenapa semua lelaki sama saja? Suka seenak jidatnya bahkan hanya untuk
menghilangkan rasa penasarannya!”
Bulir air mata menetes di pipi Soojin. “Kau! Kau
pikir kau siapa bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini, hah?!!!” Dengan lemah tangan Soojin
memukul dada Jungkook. Tangisnya semakin keras, air matanya mengalir semakin
deras.
Jungkook menarik gadis itu dalam pelukannya.
Membiarkannya menangis dan membasahi kaos putih polosnya. Beberapa kali Soojin
memberontak, tetapi semakin erat Jungkook menenggelamkan gadis itu kedalam
dekapannya.
“Ishh,
anak itu mencari ulah saja,” geram Jimin hendak menarik Jungkook dan
memarahinya. Tetapi lengan Taehyung menghentikan langkah laki-laki itu.
“Tidak, biarkan mereka. Gadis itu perlu menangis,
sudah sangat lama sejak terakhir kali aku melihatnya menangis.”
Dan mereka hanya mampu memperhatikan tangis Soojin
dalam dekapan Jungkook dari kejauhan. Mungkin benar kata Taehyung, Soojin perlu
menangis. Gadis itu sudah terlalu kuat menahan bebannya selama ini. Kali ini ia
biarkan gadis itu rapuh. Dan Taehyung tidak akan pernah membiarkan adiknya
jatuh ke tangan yang salah lagi. Kali ini, gadis itu telah jatuh dalam dekapan
yang benar.
“Menangislah, Soojin-ah. Benar katamu, laki-laki sepertinya memang brengsek. Tangisilah,
tapi setelah itu tertawakanlah ia, karena ia baru saja menambah tumpukan
dosanya. Dan jika kau ingin balas dendam, datanglah padaku. Aku akan
membalasnya demi kau…”
.
.
.
THE END
A/N:
hai haiiiiii, udah lama author gak muncull yaaa??
ini kebetulan menuju uas huhuuhu dan udah lama gak nulis juga nih,, jadi maklum kalo ini pendek dan agak anehh yaaaa
hope you all enjoy it :D
Komentar
Posting Komentar